Welcome....

Selamat datang teman-teman. Saya Paulus yang biasa dipanggil PaO. Saya rindu sekali untuk membuat artikel. Disinilah saya menuangkan semua hasil pemikiran. Saya beri judul pada Blog ini, Reflection Results. Ini semua hasil pemikiran, ide, refleksi dari saya sendiri. Apabila ada kata-kata atau kalimat dari orang lain, saya berikan footnote atau resensi tulisan. Saya yakin anda mendapat pelajaran yang baik pada saat anda membacanya. Bila teman-teman sedang ada waktu, boleh sekalian dikasih komentarnya dalam setiap artikel yang dibaca. Bila ada yang tidak setuju juga tidak masalah :D all praise to Jesus! praise for ever!!

Selamat Membaca. Tuhan Yesus Kristus Memberkati.

Penulis : Pdp. Paulus Igunata Sutedjo, M.Th.

Labels

Thursday, September 10, 2015

Belajar dari Kitab Hagai 6: Menularkan Kekudusan - Hagai 2:11-15

Bagi orang Yahudi, aturan-aturan untuk kekudusan dalam ritual dan kurban sangat penting di dalam ibadah dan kebudayaannya mereka sendiri. Contoh-contoh yang dikemukakan Hagai dalam ayat-ayat yang sudah kita baca hari ini adalah sebuah pengajaran, sekaligus peringatan kepada para Imam, bahwa jauh lebih mudah mewariskan atau menularkan kenajisan daripada kekudusan. Mereka sedang berusaha untuk membangun kembali Bait Suci, tentu dalam prosesnya itu tidak mudah karena ada dari mereka yang najis, sehingga orang-orang yang najis ini akan dengan mudahnya menularkan kenajisan tersebut pada barang-barang atau benda-benda yang disentuh. Alhasil, barang dan benda yang disentuh itu juga menjadi najis dan tidak layak untuk dijadikan satu bagian dalam Bait Suci tersebut. Untuk itu pembangunan Bait Suci ini terancam oleh ikut sertanya orang-orang yang najis ini.  

Natur manusia dalam kehidupan sehari-hari memang seperti itu, jauh lebih mudah dan cepat menularkan hal yang tidak baik daripada menularkan yang baik. Suatu hari dekat rumah saya, pernah saya mendengar seorang ayah yang sedang berbicara kasar kepada anaknya. Tidak lama kemudian anaknya yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar itu membalas dengan kata-kata yang kasar juga kepada ayahnya. Hal ini membuktikan, bahwa hal-hal yang tidak baik itu memang lebih cepat ditularkan.  

Sebagai orang percaya sudah barang tentu kita harus dapat menularkan kekudusan bukan sebaliknya, sehingga yang kita tularkan kepada orang lain adalah hal-hal yang berkenan di mata Tuhan, bukan hal-hal yang sifatnya "najis" di mata Tuhan. Sehingga nama Tuhan dapat dimuliakan lewat hidup kita. Tentunya sebelum menularkan kekudusan itu sendiri, kita harus mengejar kekudusan terlebih dahulu, karena bagaimana kita mau menularkan hal yang kudus jika kita sendiri saja belum menjadi kudus.

Dalam Ibr. 12:14 ditulis bahwa kita harus mengejar kekudusan. Mengejar adalah kata kerja, jadi ada usaha yang harus dilakukan supaya kita bisa hidup kudus. Mengejar kekudusan dilakukan hari demi hari dengan tekun ketika kita menyerahkan hidup dalam ketaatan kepada perintah Tuhan dan berusaha menjauhkan diri dari hidup lama yang fokusnya hanya memuaskan diri sendiri. Tentu tidak mudah untuk melakukan hal ini, dibutuhkan pengendalian diri supaya kita dapat melakukan suatu hal yang berkenan di mata Tuhan. Jika kita tidak mampu melakukan hal ini sendiran, kita dapat meminta tolong kepada mentor rohani untuk menjadi pembimbing kita dalam rangka mengejar kekudusan tersebut. Butuh proses yang sangat panjang, tetapi jika ada kemauan maka jalan pasti terbuka! Jika kita sudah terbiasa hidup kudus, maka tanpa disadari kita juga sudah menularkan kekudusan tersebut kepada orang lain, dan kita sudah menjadi teladan yang baik bagi orang-orang di sekitar kita.  



Menularkan ketidakkudusan itu seperti berjalan di tanah yang landai, 
sedangkan menularkan kekudusan itu seperti mendaki.

No comments: