Welcome....

Selamat datang teman-teman. Saya Paulus yang biasa dipanggil PaO. Saya rindu sekali untuk membuat artikel. Disinilah saya menuangkan semua hasil pemikiran. Saya beri judul pada Blog ini, Reflection Results. Ini semua hasil pemikiran, ide, refleksi dari saya sendiri. Apabila ada kata-kata atau kalimat dari orang lain, saya berikan footnote atau resensi tulisan. Saya yakin anda mendapat pelajaran yang baik pada saat anda membacanya. Bila teman-teman sedang ada waktu, boleh sekalian dikasih komentarnya dalam setiap artikel yang dibaca. Bila ada yang tidak setuju juga tidak masalah :D all praise to Jesus! praise for ever!!

Selamat Membaca. Tuhan Yesus Kristus Memberkati.

Penulis : Pdp. Paulus Igunata Sutedjo, M.Th.

Labels

Friday, March 22, 2013

Pernikahan Kaka & Caroline - Kejadian 24:16


Menjaga kekudusan di zaman teknologi yang sudah modern seperti sekarang ini, tentunya sangat sulit, karena seseorang semakin mudah untuk melihat hal-hal yang berbau pornografi. Akibat dari hal tersebut adalah langkanya keperawanan dan keperjakaan di zaman yang serba modern ini, khususnya di Indonesia. Sebuah survei yang dilakukan BKKBN (Badan Kependudukan Keluarga Bencana Nasional) di JABODETABEK pada tahun 2010 menghasilkan, 51 dari 100 remaja perempuan di JABODETABEK sudah tidak perawan. Di kota lain angkanya hampir sama. Di Surabaya tercatat 54%, di Bandung 47%, di Medan 52%. 

Angka tersebut bukan harus dibanggakan, tetapi harus didoakan dan diatasi, karena remaja adalah penerus bangsa. Akibat dari langkanya keperawanan dan keperjakaan adalah kehamilan yang tidak diinginkan, sehingga masa depannya semakin suram. Tentunya dia harus keluar dari sekolah apabila hamil, dan apabila di aborsi sekalipun, dia berarti sudah membunuh bayi dalam kandungannya sendiri. Sangat mengenaskan, di usianya yang masih muda sudah tidak produktif lagi. Belum lagi penyebaran penyakit kelamin karena free sex.

Dalam hal ini, kita dapat meneladani seorang bintang sepakbola asal Brazil yang bernama Ricardo Izecson dos Santos Leite, atau yang lebih dikenal dengan Kaka. Kaka menikah dengan seorang penyanyi dan sekaligus juga pernah menjabat pendeta di Reborn in Christ megachurch, Brazil, yang bernama Caroline Celico. Pernikahan mereka sederhana, sangat berbeda dengan pernikahan selebriti lainnya yang mewah. Dalam jumpa pers, Kaka menyatakan bahwa ia masih perjaka, sedangkan Caroline masih perawan. Seorang model cantik asal Brazil pernah berkata mengenai status perjaka Kaka, "hari gini masih perjaka saat married, jadul dan katrok banget !!" (terjemahan bebas). Dengan tenang Kaka menjawab "Itu adalah periode yang penting, sebuah ujian untuk cinta kami berdua. Saya seorang pria normal dan pasti tergoda untuk melakukan hubungan sebelum pernikahan, tapi saya bisa melewatinya. Malam pertama kami juga ditandai darah keperawanan, sebagai tanda cinta suci kami." Kita harus belajar dari pasangan selebriti seperti Kaka dan Caroline, yang mampu mengatasi godaan dan berhasil menjaga kekudusan.

Di Alkitab juga ada seorang contoh yang baik, yaitu Ribka. dikatakan dalam Alkitab, bahwa Ribka sangat cantik parasnya dan dengan jelas ditulis dia masih perawan, belum pernah bersetubuh dengan laki-laki. Selain cantik, Ribka juga berhasil menjaga kekudusan. Memang sulit bagi pria dan wanita untuk menjaga kekudusan, tetapi apabila kita memiliki komitmen yang kuat untuk menjaga kekudusan, Tuhan Yesus pasti akan menyertai kita. Tentunya kita tidak akan mampu memakai kekuatan sendiri, tetapi kita bisa minta Roh Kudus untuk selalu mengingatkan ke dalam kehidupan kita.


Menjaga kekudusan hidup dibutuhkan doa dan komitmen.

Sumber:http://www.in-christ.net/blog/literatur/kaka_cahaya_kekudusan_dalam_dunia_glamor_dan_hedonis

Wednesday, March 20, 2013

Pikiran Pertama Di Pagi Hari - Markus 1:35; Keluaran 24:4; Kejadian 22:3



Russel selalu berusaha untuk tidak telat ke kantor, tetapi apa daya, ia selalu tidur malam dan akhirnya susah untuk bangun pagi. Jadi, hampir setiap hari ia bangun pagi-pagi dengan terburu-buru, bahkan terkadang ada barang yang ketinggalan dan belum lagi ban motor bocor di perjalanan. Tentunya, suasana hati Russel di pagi hari sudah tidak enak, belum lagi ia harus menghadap atasan yang siap memarahinya. Hati Russel bercampur aduk antara kelelahan karena terburu-buru di pagi hari dan kesal karena ban motor bocor, bahkan ditambah lagi atasan yang mengomelinya. Siapapun tidak ingin mengawali hari seperti ini, karena pikiran dan suasana hati di pagi hari akan sangat mempengaruhi kehidupan kita di hari itu.

Alkitab memberi contoh yang baik tentang bagaimana kita seharusnya mengawali hari.Pada saat hari masih gelap, pagi-pagi benar Yesus bangun dan pergi ke luar. Ia mencari tempat yang sunyi sehingga bisa berkonsentrasi untuk berdoa. Yesus mengawali hariNya untuk berdoa. Pikiran pertama Yesus adalah mementingkan hubungan pribadiNya dengan Bapa di Sorga di pagi hari. Disini kita dapat belajar untuk memiliki hubungan yang baik dengan Bapa di Sorga, seperti yang Yesus lakukan. Musa mengawali harinya dengan mendirikan mezbah untuk Tuhan. Pikiran pertama Musa di pagi hari adalah berterima kasih kepada Tuhan. Musa mengucap syukur di pagi hari. Ada baiknya kita juga mengawali hari dengan mengucap syukur atas hidup yang Tuhan sudah beri untuk kita. Belum tentu kita bisa bangun di pagi hari, bahkan bisa jadi kita sudah di panggil pulang oleh Bapa di Sorga, pada saat kita sedang tidur. Untuk itu, mengawali hari dengan mengucap syukur akan membuat kita semakin menghargai hidup yang Tuhan beri. Pagi-pagi, Abraham bangun untuk memasang pelana di keledainya dan mengajak dua orang bujangnya beserta Ishak untuk pergi ke tempat yang dikatakan Tuhan kepadanya. Pikiran pertama Abraham pada saat bangun di pagi hari adalah menjalankan perintah Tuhan. Apabila kita pikirkan, perintah Abraham tentu sangat sulit, karena ia harus mengorbankan anak yang dikasihinya, bahkan anak tunggalnya. Tetapi ia tetap menjalankan perintah Tuhan, dan bahkan pagi-pagi ia sudah pergi untuk mengorbankan Ishak sebagai korban bakaran.

Apa yang kita pikirkan pertama kali di pagi hari ini? apapun itu, akan sangat menentukan perjalanan hidup hari ini. Pikiran pertama Yesus di pagi hari adalah berdoa, pikiran pertama Musa di pagi hari adalah mengucap syukur kepada Tuhan dan pikiran pertama Abraham di pagi hari adalah mentaati perintah Tuhan. Untuk itulah, kita juga harus melakukan teladan yang baik dalam tokoh Alkitab ini, sehingga pikiran pertama kita di pagi hari adalah dengan berfokus kepada Bapa di Sorga. Bukan untuk sebagai rutinitas belaka, tetapi sebagai bentuk kasih kita kepada Tuhan Yesus Kristus. Mari kita mengawali hari dengan semangat yang baru! 

Hari ini dapat dikatakan baik atau tidak, bukan ditentukan dari keadaan sekitar tetapi dari pikiran pertama di pagi hari.

Friday, March 15, 2013

KORELASI PERTUMBUHAN GEREJA DENGAN PENGINJILAN


B A B  I
PENDAHULUAN

Gereja sudah seharusnya menjadi jawaban bagi dunia ini dan selamanya Gereja harus melayani. Gereja adalah alat sekaligus wakil dari Roh Kudus untuk melaksanakan rencana dan maksud yang telah ditetapkan Tuhan Yesus Kristus, untuk menjangkau seluruh umat manusia ke seluruh dunia sesuai dengan Amanat Agung, "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." Mat 28:18-20.
Dalam ayat ini Yesus sedang berbicara kepada seluruh murid-murid-Nya untuk menjangkau jiwa-jiwa ke seluruh bangsa. Perintah ini bukan serta merta dikhususkan kepada Pendeta, Penginjil, Pengerja Gereja, Pengurus Gereja saja. Tetapi tugas ini adalah untuk semua yang telah menjadi murid-Nya. Tentunya setiap orang yang percaya kepada-Nya mempunyai kewajiban untuk memberitakan injil. Jadi, ini adalah tugas kita semua sebagai orang percaya.
Amanat Agung ini ditujukan kepada semua orang, yang berarti tidak mengenal suku, bangsa dan agama, tugas kita sebagai orang percaya adalah tetap memberitakan kabar baik dengan cara yang baik dan benar. Tentunya ini juga tugas Gereja untuk melatih jemaatnya, dalam khotbah, pendalaman Alkitab, komunitas sel atau sekolah Alkitab, supaya dapat memberitakan injil dengan cara-cara yang praktis dan mudah dimengerti. Sehingga tidak hanya sekedar memenangkan jiwa saja, tetapi Gereja juga bertumbuh secara kualitas maupun secara kuantitas.


B A B  II
PENGERTIAN PERTUMBUHAN
GEREJA DAN PENGINJILAN

A. Pengertian Pertumbuhan Gereja.
Kata pertumbuhan memiliki kata dasar tumbuh, yang artinya adalah timbul (hidup) dan bertambah besar atau sempurna. Sedangkan pertumbuhan itu sendiri adalah perkembangan atau kemajuan.[1] Sedangkan kata Gereja adalah gedung atau rumah tempat berdoa dan melakukan upacara agama Kristen.[2]
Sebagaimana kehidupan tanaman memerlukan pertumbuhan secara alami, maka gereja pun memerlukan pertumbuhan yang berlangsung secara sehat dan alamiah. Suatu tumbuhan dapat bertumbuh dengan baik bila terdapat ketersediaan media dan sari makanan yang cukup. Demikian pula gereja dapat bertumbuh dengan baik bila kehidupan orang-orang percaya di dalamnya memiliki kehidupan yang memaknai kebenaran firman Allah dalam kehidupan sehari-hari sebagai makanan rohani bagi pertumbuhan tersebut. Sehingga dengan demikian pertumbuhan gereja tidak dapat didasarkan pada karya tangan manusia. Megahnya sebuah gedung ibadah, peralatan musik, dan meriahnya suasana perkumpulan bukan sebuah indikator utama dalam sebuah pertumbuhan Gereja.
Hal tersebut dilihat secara obyektif bahwa ada orang-orang Kristen yang mengalami penganiayaan, mereka berada di tempat yang sunyi dan besembunyi di balik batu-batu untuk beribadah. Mereka memiliki iman yang tidak kalah dengan orang-orang di perkotaan yang sering kali nyaman dengan kehidupan gereja yang melimpah dalam hal fasilitas. Dalam pertumbuhan gereja yang sehat tidak pula ditentukan dari banyaknya orang dan ramainya orang berkumpul dalam suatu peribadatan yang berlangsung di hari Minggu atau tengah minggu.
Dengan demikian sebaiknya orang Kristen melihat lebih dalam lagi untuk memahami arti pertumbuhan yang sesungguhnya. Keseimbangan antara kualitas dan kuantitas tentu sangatlah penting. Kualitas iman yang baik dari perkumpulan orang percaya harus dapat menarik banyak orang datang kepada Allah. Namun sebuah realitas yang baru harus dipahami bahwa gereja yang bertumbuh harus pula dapat mengembangkan pos-pos pelayanan yang pada akhirnya didewasakan dan terus berkembang. Jadi gereja yang bertumbuh harus dapat menyebar, sesuai dengan Amanat Agung.

B. Pengertian Penginjilan.
Kitab yang menjadi pegangan utama mengenai penginjilan ke seluruh dunia dan pertumbuhan Gereja adalah Kitab Kisah Para Rasul. Kita tidak akan salah dalam memahami maksud penulis jika kita menerima ayat pendahuluan sebagai pernyataan tujuan dari kitab ini, serta Kisah Para Rasul 1:8 sebagai tema utama untuk menafsirkan bagian atau perikop pendahuluan tersebut.[3]
John Mott[4] pernah berkata: “Penginjilan itu berarti memperkenalkan Yesus Kristus, sehingga ia dikasihi, dipercayai dan ditaati”. Menurut D.T. Niles, penginjilan itu seumpama menerangkan kepada orang yang hampir mati kelaparan dan dahaga, dimana ia dapat menemukan makanan dan minuman.[5] Singkatnya, penginjilan adalah "memberitakan Kabar Baik tentang Kristus". Penginjilan itu lebih daripada sekadar metode; penginjilan adalah sebuah berita. Berita tentang kasih Allah, tentang dosa manusia, tentang kematian Kristus, tentang penguburan-Nya, dan kebangkitan-Nya. Penginjilan adalah berita tentang pengampunan dosa dari Allah. Penginjilan adalah berita yang menuntut suatu tanggapan menerima Injil itu dengan iman, lalu menjadi murid Yesus. Istilah "penginjilan" mencakup segala usaha untuk memberitakan Kabar Baik tentang Yesus Kristus. Tujuannya ialah supaya orang-orang mengerti bahwa Allah menawarkan keselamatan dan supaya mereka menerima keselamatan itu dengan iman, lalu hidup sebagai murid Yesus. Seperti yang ditetapkan dalam Perjanjian Lausanne, "Menginjili ialah memberitakan Kabar Baik bahwa Yesus Kristus mati bagi dosa-dosa kita, dan Ia sudah dibangkitkan dari antara orang mati, menurut Kitab Suci.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, penginjilan harus berpusatkan pada Kristus. Seperti yang dikatakan oleh Samuel Boon, bahwa penginjilan bukan hanya sekedar memberitakan tentang Kristus, tetapi tindakan atau kehidupan penginjil juga harus menceritakan Kristus atau Injil itu sendiri. Penginjilan harus mencakup dua aspek baik secara verbal maupun tindakan, karena orang lebih mudah meneladani seseorang yang bertindak dibandingkan dengan yang hanya berbicara saja. Sehingga kehidupan seorang penginjil harus dijaga dengan baik.


B A B  III
PRINSIP-PRINSIP 
PERTUMBUHAN GEREJA

Prinsip berarti asas kebenaran yang menjadi dasar berpikir maupun bertindak,[6] berdasarkan definisi yang disampaikan maka prinsip pertumbuhan gereja adalah asas kebenaran yang menjadi dasar berpikir maupun bertindak dalam perkembangan maupun perluasan tubuh Kristus baik dalam kualitas maupun kuantitas.

A. Berpusat pada Tuhan Yesus Kristus.
Alkitab mencatat, “Gereja adalah tubuh Kristus,” (Ef 1:23; 4:12-16 dan Kol 1:24). “Tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan” (Kis 2:47). Jelas sekali ayat-ayat ini menerangkan bahwa orang yang diselamatkan (Kualitas yang tidak nampak), tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka (Kuantitas yang nampak). Ini adalah makna pertumbuhan Gereja.
Ide pertumbuhan Gereja bukan berasal dari pikiran manusia, namun dari kehendak Allah sendiri. Tatkala Allah menciptakan manusia, Ia memberi mereka agar mereka berkembang biak memenuhi bumi. (Kej 1:27-28)[7] dan Tuhan Yesus juga memerintahkan murid-muridNya untuk pergi ke ujung bumi untuk memberitakan Injil kepada semua orang, serta membaptisnya (Mat:28:19-20). Maka ide pertumbuhan Gereja adalah berasal dari kehendak Allah sendiri. Karena Allah tidak menghendaki manusia binasa, melainkan menghendaki semua orang diselamatkan dan percaya bahwa Tuhan Yesus adalah Juru Selamat pribadi dan beroleh hidup yang kekal (IIPet 3:9; Yoh 3:16). Sehingga pertumbuhan Gereja berpusat kepada Tuhan Yesus Kristus bukan kepada manusia.

B. Pertumbuhan Gereja dan Pekerjaan Roh Kudus.
Gereja bertumbuh bersandarkan pada Roh Kudus (Kis 2:37-47), seperti yang telah dikatakan oleh Alkitab bahwa Roh Kudus di curahkan pada hari pentakosta. Setelah peristiwa pentakosta pertumbuhan Gereja pun menjadi nyata, Alkitab mencatat bahwa “Allah mulai menambahkan jumlah mereka” (Kis 2:47), dari sini nyata bahwa pertumbuhan gereja itu telah terjadi sebagaimana relasi ketritunggalan Allah, pekerjaan Roh Kudus adalah sebagai pemelihara, penghibur. Sebagaimana Gereja yang dipimpin oleh Roh Kudus harus menjadi saksi yang sempurna bagi Tuhan Yesus, sehingga Gereja menjadi jawaban bagi dunia. Alkitab mengajarkan sebagai berikut, Kita harus menerima pengajaran Roh Kudus tentang seluruh kebenaran (Yoh 14:26), taat kepada bimbingan Roh Kudus, masuk dalam segala kebenaran (Yoh 14:26), taat pada perintah Roh Kudus, menjalankan segala kebenaran (Rom 8:5-11), menerima teguran Roh Kudus, bertobat dari dosa (Wah 2:3), menyerahkan tubuh kita supaya di penuhi oleh Roh Kudus menjadi bait Allah (1 Kor 3:16-17; 6:19-20).

C. Pertumbuhan Gereja dan Tanggung Jawab Jemaat.
Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang Maha Kuasa, Dia mempunyai kekuasaan yang mutlak dapat menjadikan segala sesuatu tanpa bantuan manusia. Misalnya dalam penciptaan langit, bumi dan segala isinya (Kej 1:2; Maz 33:6,9). Tapi Tuhan juga mau manusia ambil bagian dalam pekerjaanNya, khususnya dalam penyelamatan manusia. Misalnya Dia memerintahkan nabi Nuh membuat bahtera untuk menyelamatkan dirinya dan seisi rumahnya (Kej 6:8). Sebenarnya Allah tidak perlu nabi Nuh untuk membuat bahtera dengan kekuasanNya, Allah sanggup mengerjakan sendiri. Tetapi Allah menghendaki nabi Nuh bertanggung jawab juga dalam pekerjaan penyelamatan ini. Dan pada akhirnya memang Nuh dan sekeluarga diselamatkan, dan itu bukan karena jasanya sendiri, tetapi berdasarkan pada firman Allah, nabi Nuh menuaikan kewajibannya menurut apa yang ia harus dan dapat lakukan.
Ada beberapa  kebenaran pertumbuhan gereja dan tanggung jawab anggota jemaat, yaitu jemaat mempunyai tanggung jawab untuk memperluaskan Injil, anggota jemaat bertanggung jawab untuk bersaksi, anggota jemaat bertanggung jawab untuk memperhatikan sesamanya, anggota jemaat bertanggung jawab untuk menabur, dan anggota jemaat bertanggung jawab untuk mempergunakan karunianya.[8] Tujuan Tuhan ialah agar manusia ikut bertanggung jawab dalam pekerjaan Tuhan Yesus, dan dalam bekerjasama dengan Tuhan dapat menikmati kuasa dan kenyataan hidup kekal.
  Pertumbuhan gereja merupakan kehendak Allah sehingga berbagai upaya dalam pertumbuhan gereja harus berpusat pada Tuhan Yesus Kristus. Pertumbuhan gereja juga bersandarkan pada Roh Kudus yang akan memimpin dan memberikan pertumbuhan tersebut. Selain Allah Tritunggal, manusia juga terlibat dalam mitra kerja Allah untuk pertumbuhan gerejaNya. Sehingga setiap warga jemaat diwajibkan untuk ambil bagian dalam pertumbuhan gereja.


B A B  IV
PRINSIP-PRINSIP PENGINJILAN
DARI AMANAT AGUNG

Amanat adalah pesan atau perintah.[9] Biasanya amanat diberikan karena orang tersebut akan meninggalkan dalam jangka waktu yang tidak bisa ditentukan. Bisa jadi amanat diberikan waktu seseorang merasa usianya sudah tidak lama lagi di dunia. Sebelum Yesus terangkat ke Sorga, Ia memberi pesan sekaligus perintah kepada murid-muridNya. Perintah ini lebih sering dikenal dengan nama Amanat Agung. Perintah Yesus untuk mewartakan kabar gembira ke semua orang di seluruh dunia. Inilah yang seringkali disebut dengan penginjilan. Ada beberapa prinsip penginjilan yang dapat kita pelajari dari Amanat Agung ini (Mat 28:18-20).

A. Target Jiwa.
Alkitab mencatat bahwa target penginjilan adalah “semua bangsa” (Mat 28:19). Mungkin terlihat mustahil untuk menginjil ke semua bangsa di seluruh dunia ini, karena terlalu banyak jumlah penduduknya. Tetapi dalam Kis 1:8 diingatkan kepada kita untuk memulai dari tempat kita terlebih dahulu. “…kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." Yerusalem pada saat itu adalah tempat murid-murid Yesus berada. Artinya dalam menginjil, kita tidak harus selalu ke tempat yang jauh, tetapi dari lingkungan sekitar terlebih dahulu. Tentunya masih banyak orang yang belum percaya di lingkungan kita.

B. Empat perintah (amanat) Tuhan Yesus.
Dalam Amanat Agung terdapat empat kata perintah secara langsung yang Yesus katakan kepada murid-muridNya. Kata ini mengandung makna yang sangat mendalam dalam penginjilan.

B.1. Ay.19. Pergilah!
Yesus dengan jelas memberi perintah kepada murid-muridNya untuk pergi menjangkau jiwa. Untuk memenuhi Amanat Agung kita tidak bisa tinggal di dalam zona kenyamanan kita. Tetapi kita harus pergi mencari jiwa yang terhilang. Kita harus pergi memberitakan kabar gembira. Tentunya seperti yang sudah dibahas sebelumnya, itu semua dimulai dari lingkungan sekitar kita. Kita harus membuat tujuan secara spesifik, kemana kita akan memulai penginjilan kita. Mungkin dari pembantu di rumah, atau dari saudara kita yang belum percaya. Kita bisa menjalin persahabatan terlebih dahulu sebelum menguraikan kebenaran firman Tuhan, karena biasanya orang akan dengan mudahnya menolak tawaran kita, apabila belum mengenalnya. Untuk itulah kita harus memulai dengan menjadi sahabatnya terlebih dahulu, sehingga kita bisa juga menyisipkan kebenaran firman Tuhan dalam setiap percakapan.

B.2. Ay.19. Jadikanlah semua bangsa murid-Ku!
Perintah yang kedua adalah menjadikan semua bangsa murid Yesus. Yang artinya kita harus memuridkan target jiwa tersebut. Sebelum memuridkan orang lain, tentunya kita juga harus menjadi murid Yesus terlebih dahulu. Untuk itulah pengetahuan tentang Alkitab sangat penting. Kita sebagai mahasiswa Teologi bertanggung jawab untuk mengajar anak-anak Tuhan yang tidak belajar Teologi secara akademis. Sehingga kita bisa memberi pengajaran kepada anak-anak Tuhan yang rindu menginjil melalui pendalaman Alkitab dalam suatu Gereja. Dan setelah mereka belajar menjadi murid, mereka juga bisa memuridkan orang lain. Semua bangsa bukan pekerjaan yang mudah, tetapi dengan bantuan jemaat Tuhan yang rindu melayani, pasti akan mempengaruhi penginjilan kita.

B.3. Ay.19. Baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus!
Baptisan air melambangkan kematian kita terhadap dosa, dan bersama dengan Kristus kita dibangkitkan untuk hidup baru (Rom.6:3-4). Kita dilahirkan kembali oleh air dan Roh (Yoh.3:5). Baptisan menandai hidup baru itu dan bahwa kita dibersihkan dari dosa (1Ptr.3:21). Maka makna baptisan adalah tindakan iman bahwa kehidupan lama dengan seluruh dosa kita dikuburkan bersama kematian dan penguburan Yesus Kristus Tuhan dan dibangkitkan bersama dengan Kristus Yesus oleh kemuliaan Allah, dan memperoleh hidup baru didalam Yesus Kristus.
Perintah ketiga adalah perintah untuk membaptis. Apabila Tuhan Yesus menyempatkan diri untuk memberi pesan sebelum naik ke sorga berarti hal ini sangat penting bagi kehidupan orang percaya. Baptisan sangat penting, karena apabila baptisan tidak penting, maka tidak mungkin Yesus yang tidak berdosa (Luk 1:35; Ibr 4:15; 1Yoh 3:5) menyempatkan diri meminta diriNya sendiri untuk dibaptis. Berarti Yesus sudah menjadi teladan yang baik dalam hal ini. Untuk itulah kita juga harus mengajar target jiwa kita untuk memberi dirinya dibaptis.

B.4. Ay.20. Ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu!
Perintah keempat yang Yesus berikan kepada kita adalah perintah untuk mengajar. Pengajaran sangat penting untuk mengkokohkan iman seseorang, untuk itulah kita juga harus mengorbankan waktu, tenaga dan materi untuk mengajar target jiwa kita. Karena pengenalan yang dangkal terhadap Tuhan Yesus Kristus, keraguan yang timbul dan pertanyaan- pertanyaan yang tidak terjawab hanya akan membuat orang-orang tersebut tidak dapat berdiri dengan teguh pada kebenaran yang kudus. Karena itu, perlu ada pengajar-pengajar yang terus meneguhkan dan mengokohkan iman percayanya kepada Tuhan, sehingga mereka dapat terus bertumbuh dan tidak mudah digoyahkan oleh apa pun juga. Tugas kita tidak berhenti sampai tahap pengenalan kepada Yesus Kristus saja, tetapi tugas kita juga harus sampai kepada pengajaran tentang Yesus Kristus supaya mereka tidak tersesat lagi. Untuk itulah kita juga harus selalu belajar Alkitab, sehingga bisa menjadi jawaban bagi mereka yang mempertanyakan iman Kristen.

C. Janji Tuhan Yesus.
Yesus tidak hanya memberi amanat lalu lepas tangan, tetapi Yesus juga berjanji kepada kita bahwa Dia akan menyertai kita senantiasa sampai kepada akhir zaman (Mat 28:20). Mungkin kita merasa khawatir karena ketidakmampuan kita dalam menginjil, tetapi dalam ayat 20, Yesus berjanji kepada kita untuk selalu mendampingi kita. Untuk itulah kita harus menginjil sesuai dengan kemampuan kita. Apabila kita bertindak maka Tuhan juga akan melakukan bagianNya. Sehingga kita tidak perlu khawatir lagi, karena Tuhan beserta kita.


B A B  V
KORELASI PERTUMBUHAN GEREJA
DENGAN PENGINJILAN

Sejarah gereja mencatat bahwa pertumbuhan gereja secara kualitas maupun kuantitas ada karena penginjilan. Ini dapat dibuktikan dari catatan-catatan yang terdapat dalam kitab Perjanjian Baru khususnya kitab Kisah Para Rasul. Berikut ini bukti-bukti penginjilan yang dicatat oleh kitab Kisah Para Rasul:

1.                  Alkitab mencatat bahwa sejarah kelahiran Gereja dimulai setelah kejadian pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta. Setelah kejadian itu, Petrus berkhotbah (penginjilan) dan orang-orang yang menerima firman itu meminta dirinya untuk dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa (pertumbuhan Gereja). Lalu mereka membentuk persekutuan dan bertekun dalam pengajaran rasul-rasul, serta berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa, seperti yang biasanya Yesus lakukan. Kis 2:41-42.

2.                  Ketika Petrus dan Yohanes sedang berbicara kepada orang banyak (penginjilan), mereka tiba-tiba didatangi imam-imam dan kepala pengawal Bait Allah serta orang-orang Saduki. Orang-orang itu menjadi sangat marah lalu mereka ditangkap. Tetapi di antara orang yang mendengar ajaran Petrus dan Yohanes, banyak orang yang menjadi percaya, sehingga jumlah mereka menjadi kira-kira lima ribu orang laki-laki (pertumbuhan Gereja). Kis 4:1-4.

3.                  Para rasul memilih pemimpin-pemimpin untuk menolong mereka mengatur kehidupan jemaat perdana. Tujuh orang dipilih untuk melayani orang miskin. Setelah itu firman Tuhan semakin tersebar (penginjilan), dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak, juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya (pertumbuhan Gereja). Kis 6:1-7.

4.                  Filipus memberitakan firman sampai ke kota Samaria (penginjilan), banyak orang yang yang dengan bulat hati menerima firman itu. Dan mereka yang percaya, memberi diri untuk dibaptis, baik laki-laki maupun perempuan, termasuk simon tukang sihir yang dari dulu melakukan sihir di kota itu. Sesudah dibaptis, Simon senantiasa bersama-sama dengan Filipus (pertumbuhan Gereja). Kis 8:4-13.

5.                  Rasul Paulus serta teman-temannya penginjilan ke daerah-daerah di luar Yerusalem. Alkitab mencatat beberapa nama dari jemaat di luar Yerusalem hasil penginjilan tersebut, antara lain adalah jemaat di Ikonium Listra (Kis 13: 43, 48), jemaat di Antiokia (Kis 14:21), jemaat di Filipi (Kis 16:13,14), jemaat di Tesalonika yang terdiri dari orang-orang Yunani (Kis 17: 1-4).
Sejarah gereja sesudah dunia Perjanjian Baru juga memberikan bukti-bukti penting bagaimana peranan penginjilan dalam pertumbuhan Gereja. Khususnya di Indonesia, Pertumbuhan Gereja di negeri ini dapat berdiri karena penginjilan yang dilakukan oleh para penginjil dari Eropa yang bernaung di Nederlands Zendeling Genootscap (N.Z.G.), antara lain di Maluku oleh Yosef Kam.[10] Di tanah Batak yaitu Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) pada tahun 1862 oleh Ingwer Ludwig Nomensen.[11]
Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa ada korelasi[12] antara pertumbuhan Gereja dengan penginjilan. Kaitannya sangat erat sekali, karena Gereja bertumbuh secara kualitas dan kuantitas, salah satunya disebabkan adanya penginjilan dalam Gereja tersebut. Penginjilan sebagai salah satu tugas esensial[13] Gereja mempunyai peranan penting dalam kehidupan Gereja. Gereja Tuhan di seluruh belahan bumi ini mulai dari perkotaan sampai dengan ke pedalaman bertumbuh karena penginjilan.




[1] Kamus Besar Bahasa Indonesia, KBBI v1.1. Tumbuh.
[2] Kamus Besar Bahasa Indonesia, KBBI v1.1. Gereja.
[3] George W. Peters, Teologi Pertumbuhan Gereja  (Malang:Gandum Mas, 2002), hlm. 21.
[4] John Raleigh Mott adalah seorang tokoh penginjilan di kalangan mahasiswa di berbagai universitas di Amerika Serikat pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Mott dikenal juga sebagai tokoh ekumene dunia karena turut berperan dalam pembentukan "Dewan Gereja se-Dunia" (World Church Organization). Lihat. Wikipedia Ensiklopedia Bebas. John Mott, in http://id.wikipedia.org/wiki/John_Mott, 6 Oktober 2012.
[5] http://www.scribd.com/doc/57935490/67/b-Arti-Penginjilan
[6] Kamus Besar Bahasa Indonesia, KBBI v1.1. Prinsip.
[7] Dr. Peter Wongso, Tugas Gereja Dan Misi Masa Kini  (Malang:Departemen Literatur SAAT, 1999), hlm. 97.
[8] Ibid, hlm. 106-109.
[9] Kamus Besar Bahasa Indonesia, KBBI v1.1. Amanat.
[10] H. Berkhof  & L. H. Enklaar, Sejarah Gereja (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 1990), hlm. 314.
[11] Ibid. hlm. 316.
[12] Ko·re·la·si /korélasi/ n hubungan timbal balik atau sebab akibat. Korelasi. In Kamus Besar Bahasa Indonesia, KBBI v1.1.  
[13] Esen·si·al /ésénsial/ a perlu sekali; mendasar; hakiki. Esensial. In Kamus Besar Bahasa Indonesia, KBBI v1.1.  

Wednesday, March 13, 2013

Perkataan PERTAMA - Lukas 23:1-34


Apa yang pertama kali akan kita katakan apabila ada seseorang yang menyakiti hati kita, tetapi sebenarnya bukan kesalahan kita? Biasanya, orang akan membela dirinya karena memang merasa tidak bersalah, ada juga yang membalasnya dengan perkataan yang tidak enak didengar dan ada juga yang membalas perbuatannya. Pada dasarnya, manusia akan cenderung membela dirinya apabila dia memang merasa tidak bersalah. Tetapi waktu Yesus akan disalib, Dia tidak membela diriNya sendiri, bahkan Yesus diam saja tanpa membalas perbuatan orang-orang yang menyakitiNya.

Perkataan Pertama yang Yesus ucapkan pada saat disalib adalah "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." Yesus mengucapkan hal tersebut setelah Dia dituduh menyesatkan orang banyak, dinista dan diolok-olok oleh Herodes beserta pasukannya, disiksa, dicambuk dan banyak orang juga mengatakan "salibkanlah Dia!" Apabila kita imajinasikan dan memposisikan diri kita seperti Yesus, apakah kita sanggup mengampuni setelah apa yang diperbuat oleh orang-orang disekitarNya? 

Tentunya sangat sulit bagi kita untuk mengampuni, terutama terhadap orang-orang yang sudah menyakiti hati kita. Tetapi Yesus memberi teladan yang sangat baik, perkataan pertama yang Dia ucapkan setelah dihina begitu rupa oleh orang banyak adalah pengampunan. Tidak ada jalan singkat untuk mengampuni, karena mengampuni membutuhkan proses yang sangat panjang. Seorang hamba Tuhan dari Amerika Serikat yang bernama Joice Meyer menceritakan pengalaman dirinya yang pernah mengalami pelecehan seksual dari ayahnya sendiri. Namun karena pertolongan Roh Kudus, Joice Meyer akhirnya dapat mengampuni ayahnya. Beberapa puluh tahun kemudian, ayahnya bertobat dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya.

Joice Meyer menerapkan empat strategi untuk mengampuni. Pertama, buatlah keputusan bahwa kita mau mengampuni orang yang bersalah kepada kita. Kedua, minta bantuan Roh Kudus agar kita dimampukan untuk bertindak nyata mengampuni orang yang bersalah tersebut. Ketiga, jangan pernah mengingat atau menceritakan kembali kepada orang lain pengalaman buruk yang pernah kita alami, karena akan membangkitkan luka lama, kecuali untuk kesaksian. Keempat, berdoa dan berkatilah orang yang telah berbuat salah kepada kita. Percayalah mukjizat besar akan terjadi dalam diri kita.

Setiap orang pasti pernah berbuat kesalahan, bahkan, secara sadar atau tidak, kita-pun pernah bersalah sampai menyakiti hati orang lain. Mari, kita introspeksi diri dengan merenungkan sikap Yesus yang mau mengampuni kepada orang-orang yang bersalah kepada-Nya, karena bagi orang-orang yang mau mengampuni sesamanya, dia akan diampuni juga oleh Bapa di Sorga (Mat.6:14). 

Pengampunan dimulai dari keputusan untuk mengampuni.

Tuesday, March 5, 2013

Agnes melayani dengan cuma-cuma - Matius 10:5-15

Pergilah! Letakkan tanganmu dalam tangan Yesus dan berjalanlah bersama Dia." Itulah kata-kata perpisahan yang diucapkan dari ibu Agnes. Gadis yang berusia delapan belas tahun dengan tubuh yang kurus kecil itu pergi dari Skopye, bekas Yugoslavia, menuju Irlandia. Agnes Gonxha Bejaxhiu lahir tanggal 27 Agustus 1910. Dengan berbagai perasaan yang saling bercampur, Agnes meninggalkan orang tuanya dan sanak saudaranya untuk menjadi biarawati Loreto. Sekarang seluruh dunia dengan penuh hormat mengakui bahwa Agnes memang benar-benar berjalan dengan Yesus dalam arti sedalam-dalamnya. Ia dianugerahi hadiah oleh Paus Johanes XXIII. Ia diundang untuk berbicara di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa. Tentunya kita pasti sudah pernah mendengar nama panggilannya, Mother Teresa.

Sejak remaja, Mother Teresa mempunyai visi untuk melayani menjadi misionaris di India. Dia mengajar sejarah dan ilmu bumi di SMA St. Maria di Kalkuta. Selama mengajar, perhatian dia tidak terlepas dari orang-orang miskin di Kalkuta. Mother Teresa yakin bahwa panggilannya untuk melayani orang-orang miskin di Kalkuta, sehingga akhirnya dia minta izin dari Paus Pius XII, pada tahun 1948 untuk melayani disana. Di tempat itu dia dengan sejumlah suster setiap pagi pukul 04.30 mengawali hari dengan meditasi lalu mencuci pakaian, kemudian sarapan dan sesudah itu berangkat ke lorong-lorong kota Kalkuta untuk mengajar abjad kepada anak-anak gelandangan atau membersihkan luka-luka orang sakit. Mengacu kepada ucapan Tuhan Yesus, "Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma." (Mat.10:8), dia berjanji bahwa dia tidak mau dibayar dengan apa pun.

Seringkali kita melayani di Gereja, karena untuk sesuatu yang berkaitan dengan materi atau kehormatan semata, padahal seharusnya kita melayani bukan untuk sesuatu tetapi untuk Tuhan Yesus. Seandainya kita melayani ke luar seperti bakti sosial-pun, mayoritas fokus utamanya untuk membagi-bagikan pakaian bekas dan makanan, padahal seharusnya fokus utamanya adalah membagi-bagikan kasih Kristus. Melayani cuma-cuma bukan berarti tidak membutuhkan dana, tetap kita membutuhkan tetapi fokusnya bukan pada dana, tetapi kepada Kristus yang akan mencukupkan kebutuhan kita.

Melayani Tuhan Yesus, bukan untuk mendapatkan sesuatu. tetapi untuk kemuliaan nama Kristus.