Welcome....

Selamat datang teman-teman. Saya Paulus yang biasa dipanggil PaO. Saya rindu sekali untuk membuat artikel. Disinilah saya menuangkan semua hasil pemikiran. Saya beri judul pada Blog ini, Reflection Results. Ini semua hasil pemikiran, ide, refleksi dari saya sendiri. Apabila ada kata-kata atau kalimat dari orang lain, saya berikan footnote atau resensi tulisan. Saya yakin anda mendapat pelajaran yang baik pada saat anda membacanya. Bila teman-teman sedang ada waktu, boleh sekalian dikasih komentarnya dalam setiap artikel yang dibaca. Bila ada yang tidak setuju juga tidak masalah :D all praise to Jesus! praise for ever!!

Selamat Membaca. Tuhan Yesus Kristus Memberkati.

Penulis : Pdp. Paulus Igunata Sutedjo, M.Th.

Labels

Friday, October 22, 2010

Menyeretkan kaki atau melangkah?


Setiap orang ingin mendapatkan pekerjaan yang gaji dan fasilitas diatas rata-rata, tetapi sedikit orang yang mengetahui betapa menyenangkan pekerjaan yang dilakukannya itu. Yang saya maksud adalah, banyak orang yang menginginkan hasil yang berupa materi daripada kenikmatan dari pekerjaan itu sendiri.

Seringkali saya temukan banyak orang yang “menyeretkan kakinya ke dalam kantor”. Yang saya maksud adalah, mereka yang bekerja hanya mendapatkan gaji saja dan tidak mencintai pekerjaan yang dilakukan. Sehingga setiap kali masuk kantor, mereka terlihat menyeretkan kakinya ke dalam kantor, dengan hidup yang tidak bergairah dan melakukannya hanya sebagai rutinitas. Padahal yang harus kita lakukan adalah melangkah dengan sukacita, sambil bersiul (kalo bisa :p), tentunya dengan muka yang ceria dan penuh semangat.


Mereka mungkin bekerja dengan gaji yang tercukupi tetapi mereka tidak menikmati pekerjaan yang dilakukannya. Contohnya : seorang yang pandai mengutak-atik komputer, karena tidak dapat pekerjaan, maka akhirnya dia melamar sebagai accounting. Dan masih banyak lagi contoh kasus yang serupa. Mungkin mereka mendapatkan gaji yang cukup tetapi apabila tidak menikmatinya, maka gaji yang cukup itu pun menjadi sia-sia, karena mencintai pekerjaan jauh lebih penting.

Mungkin hal itu semua disebabkan karena banyak orang yang tidak mengetahui betapa pentingnya hidup ini dan betapa pentingnya untuk menjalankan hidup ini sesuai dengan tujuan yang Tuhan sudah tentukan. Saya pernah bekerja di satu perusahaan sampai 5 tahun di bidang administrasi. Secara financial saya tecukupi tapi saya tidak menikmatinya, Karena itu pekerjaan rutinitas, bahkan saya harus mengurus kas kecil dan pajak, yang tentunya bukan dibidang saya.


Dengan seiring waktu berlalu saya belajar design grafis dan setelah saya belajar, di kantor saya mendapatkan tugas yang baru yaitu design brosur atau apapun yang berhubungan dengan design grafis. Sejak itu saya lebih mencintai pekerjaan saya sendiri. Tetapi tetap saja tugas utama saya adalah administrasi, dan saya tidak terlalu menikmati pekerjaan itu. Singkat cerita, akhirnya saya resign setelah 5 tahun saya bekerja disitu ke bidang yang saya sukai, tentunya yang tugas utamanya adalah design grafis.

Seringkali kita tidak menyadari betapa pentingnya mencintai pekerjaan itu. Karena apabila kita tidak mencintai pekerjaan itu, kita akan menemukan suatu titik dimana kita akan merasa hampa, bosan, stuck. Karena memang itu bukan bidang kita dan memang itu bukan talenta kita. Saya setuju apabila pekerjaan yang tidak sesuai dengan bidang kita, dapat dijadikan “batu loncatan”, tetapi saya tidak setuju apabila pekerjaan tersebut dijadikan kebutuhan seumur hidup.

Mungkin akan timbul pernyataan, seperti “Mencari pekerjaan itu susah, apa saja harus kita lakukan demi mencukupi kebutuhan hidup kita”. Jangan mengatasnamakan mencukupi kebutuhan untuk hal ini. Karena apabila kita dapat menemukan talenta / kemampuan kita dibidang tertentu, dengan itu kita akan mudah untuk mendapatkannya, jadi apabila ada kemauan pasti ada jalan keluar. Dan tentu sebagai orang percaya kita juga harus berserah kepada Tuhan. Berdoa + Usaha = Kepuasan, kenikmatan, tercukupi, memuliakan nama Tuhan.
 
Mari kita rubah cara pandang kita untuk mendapatkan pekerjaan, dengan cara : 
1. Mengenal talenta/kemampuan kita. 
2. Melatih talenta/kemampuan kita setiap hari. 
3. Mencari pekerjaan yang sesuai dengan bidang kita.
    (apabila belum mendapatkan yang sesuai, sementara ada kebutuhan 
    hidup yang mendesak, tidak salah kita ambil pekerjaan apa saja, 
    dengan catatan , hanya sebagai “batu loncatan”) 
4. Menyerahkan semua masalah ke tangan Tuhan Yesus Kristus dengan membuat hubungan yang intim, seperti : bersaat teduh, berdoa, beribadah, pelayanan dll.

Apabila anda yang sedang membaca artikel ini sedang dalam kondisi “Menyeretkan kaki ke kantor”, mari kita langsung merubah cara pandang kita dalam mencari pekerjaan dan mulai melakukan tindakan untuk mencari pekerjaan yang sesuai bidang kita dan tentunya kita juga harus mencintai pekerjaan tersebut.


Saya sudah dua kali mengambil keputusan untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan/ talenta kita, tentunya semuanya itu untuk memenuhi tujuan hidup yang Tuhan Yesus Kristus sudah tetapkan kepada saya.

- Jbu -

Wednesday, October 20, 2010

Quotes From Me (36-40)


36.  Seorang pemenang yang sejati adalah seseorang yang berhasil memenuhi 
      segala potensi yang Allah percayakan kepadanya.



37.  Kadang kita tak dapat mengubah situasi, tetapi kita dapat mengubah cara kita 
      menghadapi situasi. Sikap menggerutu membuat situasi tambah runyam.



38.  Menyelesaikan persoalan kerap kali bukan dengan menuding pihak lain 
      melainkan dengan memperbaiki persepsi kita sendiri.



39.  Disaat kita memberi perpuluhan untuk Tuhan, 
      jangan lupa untuk memanajemen yang 
      90% sisanya dengan baik, karena itu juga untuk Tuhan. 
      Kita hanya dipercaya untuk memanajemen.



40.  Jangan mengandalkan "kesempatan kedua" 
      Kita harus mengetahui momentum yang tepat 
      untuk mengambil keputusan. 
      -A Big Dream-

Friday, October 15, 2010

M3 (Miskin Masalah Mental)


Setiap manusia Tuhan beri kesempatan yang sama, yaitu 24jam dalam sehari, dengan diberi waktu yang sama, ada orang yang bekerja lebih dan juga ada orang yang malas-malasan dalam bekerja. Yang bekerja lebih daripada yang lain, mereka akan mendapatkan materi yang lebih besar daripada yang lain, sedangkan yang bermalas-malasan, mereka menuai kemiskinan materi.

Seringkali orang berpikir bahwa miskin itu adalah masalah materi. Setelah saya berpikir lebih jauh, ternyata miskin itu bukan masalah materi, tetapi miskin itu masalah mental. Seseorang yang mempunyai materi sedikit, tetapi mempunyai mental yang kuat, mereka pasti akan merasa dirinya sudah kaya, karena dengan rasa cukup dan syukur dari apa yang kita punya, maka kita akan merasakan betapa kayanya hidup ini.

Dengan cara konsep berpikir bahwa materi adalah nomor satu. Maka banyak orang yang berusaha mendapatkannya dengan jalan pintas, sebagai maling atau bahkan mungkin ada yang “makan teman”. Jadi yang harus dirubah adalah mentalnya. Sekarang kita akan membahas mental yang harus kita miliki dalam menghadapi kemiskinan dan hidup.


Ada 3 hal yang dapat kita pelajari dari Janda Sarfat dalam kitab 1Raja-raja17:7-15.  

1.   Ay.7-10 > Mau Berusaha.
Janda ini walaupun miskin tetapi masih ada usaha untuk mengumpulkan kayu kering, dia tidak pantang menyerah dengan kemiskinannya, tetapi dia tetap berusaha, walaupun usahanya tersebut terlihat kecil. Apabila kita ada usaha seperti Janda dari Sarfat ini, usaha yang terlihat kecil, pasti tetap Tuhan akan berkati. Usaha yang terlihat kecil, apabila Tuhan yang memberkati, pasti akan berdampak besar untuk kita.

Dalam kitab 1Tes2:9, diceritakan bahwa Rasul Paulus bekerja membuat tenda dari siang dan malam. Walaupun dia seorang Rasul, tetapi dia tetap bekerja, dia tidak tergantung dari persembahan atau persepuluhan jemaatnya. Dia tetap ada usaha.

Banyak orang yang sibuk melihat apa yang orang lain punya, dan mereka lupa dengan apa yang dimilikinya. Padahal dengan rasa bersyukur dengan apa yang kita miliki, kita akan dapat melihat betapa kayanya diri kita. Asalkan kita dapat memaksimalkan yang kita miliki, dan bersandar pada Tuhan, pasti kebutuhan hidup akan tercukupi. Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan, apabila kita melangkah.

Mari kita tetap usaha, walaupun ada resikonya. Jangalah lagi kita bermalas-malasan, karena nanti akan menuai kemiskinan. Dalam kitab 2Tes.3:10-13 dengan keras mengatakan bahwa apabila orang yang tidak bekerja, jangan makan. Mari kita bekerja dengan segenap hati, mari kita berusaha semaksimal mungkin dan terus berdoa kepada Tuhan, percayalah, Tuhan akan mencukupi seluruh kebutuhan hidup kita.


2.   Ay.11-12 > Menabur
Semakin kita menabur dengan luar biasa buat Tuhan, Tuhan pasti akan membalasnya. Sekilas mungkin akan terdengar seperti Teologi Kemakmuran, tetapi maksud saya bukan seperti itu. Kita harus belajar dari Janda Sarfat ini, dia tetap menabur walaupun keadaannya dalam kekurangan.

Kita dapat melihat dari ayat 12, apabila Janda ini memberikan makanan yang dia miliki pada saat itu ke Nabi Elia, maka keesokan harinya Janda dan anaknya tidak mempunyai makanan lagi. Tetapi akhir dari kisah cerita ini, akhirnya Janda ini tetap memberikannya (ay.15a). Pada saat memberi, dia dalam keadaan yang kekurangan, tetapi dia tetap berani menabur.

“Ah… gila kali ini nabi, makanan hanya sedikit, diminta juga, apa dia tidak dapat berpikir?”. Tidak ada kata-kata seperti itu yang terlintas di pikiran janda dari Sarfat ini. Dia tidak mempunyai pikiran yang negative, dia taat kepada firman Tuhan yang disampaikan oleh Nabi Elia ini.

Kita seringkali berpikir, untuk menabur tunggu sampai kaya, atau mungkin tunggu nanti bila ada bonus tahunan, dll. Berbagai macam alasan kita keluarkan untuk tidak menabur. Percayalah, apabila kita menunggu sampai kita mampu dalam financial, maka selama itu juga kita tidak akan menabur. Apabila kita menabur pada saat berkelimpahan, dimanakah pahalanya? Justru menabur pada saat kekurangan adalah merupakan ujian yang berat buat kita.

Mari menabur dari hal-hal yang kecil. Mungkin kita dapat memberi santunan ke Yatim Piatu lewat lembaga sosial atau Gereja yang mempunyai program ke Panti Asuhan, dll. Sebenarnya banyak cara supaya kita dapat menabur, apabila kita memang ingin menabur. Selama kita menabur dengan motivasi yang benar, pasti kita akan diberkati, tentunya oleh Sumber Berkat kita, yaitu Yesus Kristus, Tuhan Allah kita. Dan untuk memberi tidak akan pernah rugi.


3.   Ay.13-15 > Melakukan firman Tuhan
Kita dapat belajar dari point terakhir yaitu, tetap melakukan firman Tuhan seperti Janda dari Sarfat ini. Dia tetap melakukannya walaupun dia sendiri tidak mengerti maksud Tuhan. Mungkin kita juga pernah mendengar kisah Abraham yang disuruh memberi korban persembahan, yang ternyata korban tersebut adalah anaknya sendiri. Abraham tetap melakukannya walaupun dia tidak mengerti maksud Tuhan.

Banyak hal yang kita tidak mengerti apa yang Tuhan inginkan dalam hidup kita, tetapi apabila taat dan setia kepada seluruh perintahNya. Apapun yang kita lakukan pasti berhasil. Sebenarnya dengan menjalin hubungan intim dengan Tuhan, kita dapat mengerti maksud Tuhan dengan iman yang kita miliki.

Secara logika memang tidak dapat kita mengerti, tetapi dengan iman semuanya pasti akan dapat berjalan dengan lancar. Tuhan tidak akan mencelakakan anakNya, Dia selalu sayang kepada kita, Dia tidak bisa tidak mengasihi kita. Mari kita lakukan seluruh perintahNya kedalam kehidupan kita.



Ketiga mental inilah yang harus kita miliki sebagai anak Tuhan, karena kemiskinan itu bukan masalah materi, tetapi masalah mental. Apabila kita melakukan ketiga point diatas, percayalah, hidup kita pasti akan berkelimpahan dan disertai dengan rasa syukur kepada Tuhan. Hidup kita tidak akan berkekurangan. Hidup kita akan menjadi berkat juga untuk orang lain. Dan semuanya itu, kemuliaan hanya bagi namaNya.


--== JBU ==--

Tuesday, October 12, 2010

Kitab Wahyu 3 : 1-5 (Jemaat di Sardis)


SURAT KEPADA JEMAAT DI SARDIS


3:1a Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Sardis.

Keadaan Kota Sardis sangat strategis. Geografis kota tersebut membawa beberapa keuntungan yang sangat menonjol bagi mereka. Lima jalan yang bertemu di Sardis membawa kekayaan perdagangan ke pasar Sardis. Sungai Paktolus yang mengalir dari Gunung Tmolus dan melewati pasar Sardis, pada zaman kuno membawa bubuk emas dari sumbernya. Di lading-ladang Frigia yang tidak jauh dari Sardis banyak domba diternak sehingga wolnya juga dipasarkan di Sardis. Sebelum kitab Wahyu ditulis, lokasi Kota Sardis yang sebelumnya sudah terlalu sempit, sehingga sebuah “kota baru” dibangun di lembah. Di lereng Gunung Tmolus sebelah utara, masih ada reruntuhan dari Sardis yang lama. Kota Sardis yang lama itu aman sekali.

Oleh karena benteng Sardis dianggap mustahil dikalahkan, maka Sardis berkembang sebagai ibu kota dari Kerajaan Lydia, dengan segala macam kemewahan. Dalam persaingan antara budaya Eropa (atau Yunani) dan Asia, Sardis mewakili Asia. Kota Sardis diserang oleh banyak kota Yunani di sebelah barat, tetapi Sardis mengalahkan mereka.

Pada waktu kitab Wahyu ditulis, benteng Sardis di lereng Gunung Tmolus sudah tinggal reruntuhan saja. Ternyata perdamaian yang diadakan di seluruh kawasan Kekaisaran Romawi (Pax Romana) berarti bahwa benteng yang mustahil dikalahkan itu tidak berfaedah lagi.

Tampaknya keadaan Kota Sardis terlalu enak, sehingga zaman itu penghuninya dikenal sebagai orang yang malas, suka berpesta, tetapi tidak suka bekerja keras.

Keadaan jemaat Kristus di Sardis, juga enak sekali. Di dalam jemaat tidak ada guru palsu yang mengancam kemurnian ajaran dan kehidupan mereka. Penyembah Kaisar tidak kuat di Sardis, sehingga kemungkinan besar mereka tidak mendapat ancaman penganiayaan.

Dalam ayat ini ditulis sebagai perkenalan jemaat di Sardis, dan saya memberi keterangan sejarah keadaan kota Sardis pada waktu itu. Diambil dari Buku Tafsiran Kitab Wahyu dari bahasa Yunani – Dave Hagelberg.

Bahwa ternyata keadaan kota Sardis adalah keadaan kota yang tenang dan nyaman karena keadaan kota yang sangat strategis. Sering kita menghadapi sepertinya hidup kita aman-aman saja dan tidak ada masalah yang harus diselesaikan, karena keadaan kita yang sudah enak dan nyaman.


3:1b inilah Fiman Dia, yang memiliki ketujuh Roh Allah dan ketujuh   bintang itu.

Dalam pembahasan pasal 1:4 di atas, sebutan ketujuh Roh Allah diidentifikasikan sebagai Roh Allah sendiri. Demikian juga dalam pembahasan pasal 1:20 di atas, sebutan ketujuh bintang diidentifikasikan  sebagai utusan dari ketujuh jemaat yang saat itu sedang mengunjungi Rasul Yohanes.

Jadi dalam ayat ini jemaat di Sardis diingatkan bahwa Tuhan Yesus adalah tempat jawaban atas semua yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Dan jemaat Sardis sungguh sangat membutuhkan Roh Tuhan dalam setiap keperluan dalam hidupnya.


3:1c-2 Aku tahu segala pekerjaanMu : engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati ! Bangunlah, dan kuatkanlah apa yang masih tinggal yang sudah hampir mati, sebab tidak satu pun dari pekerjaanmu Aku dapati sempurna di hadapan Allah-ku.

Dalam ayat ini jemaat Sardis diingatkan bahwa mereka yang mengira keadaannya yang sekarang adalah baik ternyata di hadapan Tuhan sebetulnya mereka mati. Jemaat Sardis seperti susu basi yang mempunyai kemasan menarik, yang diluarnya baik, tapi busuk didalamnya. Dan bila mereka hidup berkelanjutan seperti itu terus, akan berdampak buruk dikemudian hari. Maka disinilah Tuhan mengingatkan untuk bangkit dari kehidupan yang buruk itu. Tuhan Yesus sangat tau, bahwa pekerjaan yang dilakukannya penuh dengan dosa.

Begitu juga dalam kehidupan kita. Tidak perlu kita berbohong dengan Tuhan bahwa kita melakukan semuanya untuk kemuliaan nama Tuhan, tapi sebenarnya kita masih hidup dalam dosa, mungkin dengan sesama manusia kita bisa menutupi dosa kita, tetapi Tuhan tau semua yang kita lakukan dan pikirkan dalam kehidupan kita.


3: 3 Karena itu ingatlah, bagaimana engkau telah menerima dan mendengarkannya; turutilah itu dan bertobatlah ! Karena jikalau engkau tidak berjaga-jaga Aku akan datang seperti pencuri dan engkau tidak tahu pada waktu manakah Aku tiba-tiba datang kepadamu.

Ada peristiwa dari sejarah kota Sardis lama yang sangat berkaitan erat dengan perkataan ini. Herodotus, sejarahwan Yunani, menceritakan bagaimana Koresh mengepung dan mengalahkan Kota Sardis pada tahun 546 SM, waktu Sardis masih terletak di lereng gunung. Ternyata Kroesus, raja Lydia, pergi menyerang Koresh, raja Persia, tetapi Kroesus dipukul kalah, dan lari ke dalam benteng Sardis. Koresh mengejar Kroesus sampai ke Sardis, dan mengepung Kota Sardis. Benteng itu kuat sekali, karena lereng Gunung Tmolus sangat curam. Melihat curamnya lereng gunung yang dipakai untuk membentengi Sardis, Koresh berpikir, bagaimanakah kota ini dapat dikalahkan. Lalu dia mengumumkan adanya hadiah yang besar untuk pasukannya yang berhasil mendaki dan menyerang lereng dan benteng kota tersebut.

Mendengar janji mengenai pemberian hadia itu, seorang prajurit, bernama Hyeroeades, mengamat-amati lereng itu. Saat dia mengamati lereng ada prajurit Sardis di atas benteng itu yang topi bajanya jatuh ke bawah. Entah karena prajurit itu takut ditegur, tetapi setelah topinya jatuh dia langsung turun dari benteng, dan turun dari lereng yang curam, mengambil topi bajanya, dan mendaki kembali ke tempat semula. Semua itu dilihat Hyroeades, yang juga menghafal jalan yang dipakai orang itu. Malam itu Hyeroeades memimpin satu kelompok pasukan yang terpilih lewat jalan itu. Ketika tiba di atas, sama sekali tidak ada petugas yang jaga. Akhirnya Sardis dikalahkan oleh Koresy, karena mereka tidak berjaga-jaga, puas dengan keadaannya.

Lebih aneh lagi, pada tahun 216 SM, sewaktu Antiokhus Agung menyerang Sardis, terjadi lagi hal yang sama ! Lagoras melakukan apa yang dilakukan oleh Hyeroeades.

Dari awal dalam ayat yang ketiga ini dikatakan turutilah dan bertobatlah, itu sambungan dari ayat yang kedua bahwa hidup kita seperti telanjang di hadapan Tuhan, tidak ada satu dosa yang luput dari Tuhan. Maka kita diharuskan untuk bertobat sebelum kita kecewa dengan keputusan kita.

Sejarah yang saya ambil dari Buku Tafsiran Kitab Wahyu dari bahasa Yunani – Dave Hagelberg juga kita diingatkan untuk berjaga-jaga dalam keadaan apapun. Karena Tuhan datangnya tiba-tiba, seperti pencuri yang kita tidak tahu kapan datangnya.

Dalam kehidupan kita juga diajar dari ayat ini untuk selalu berwaspada dalam keadaan yang tenang sekalipun. Berwaspada dalam arti merenungkan firman Tuhan siang dan malam, supaya kita semakin hari semakin tahu mana yang baik dan mana yang buruk, sehingga kita tidak jatuh dalam dosa dan kita mempersiapkan diri kita untuk layak menyambut Tuhan Yesus yang datangnya secara tiba-tiba.


3: 4 Tetapi di Sardis ada beberapa orang yang tidak mencemarkan pakaiannya; mereka akan berjalan dengan Aku dalam pakaian putih, karena mereka adalah layak untuk itu.

Walaupun seluruh jemaat Sardis tidak dipuji Tuhan, tetapi didalam ayat ini Tuhan menyatakan bahwa beberapa anggota jemaat itu tidak mencemarkan pakaiannya. Mereka menjaga kekudusan mereka, sama seperti orang yang memakai pakaian putih harus berjaga-jaga supaya pakaiannya tidak kena pencemaran. Tuhan berjanji bahwa mereka akan berjalan dengan Aku dalam pakaian putih. Warga Roma memakai pakaian putih untuk merayakan kemenangan yang besar.

Dalam kehidupan kita sehari-hari pastinya kita lebih menjaga pakaian yang bewarna putih, di banding dengan warna lain, karena pakaian bewarna putih mudah kotor, dan sekali kotor gampang bertanda, dan menimbulkan bekas, sehingga kita jadi tidak ingin memakai pakaian bewarna putih tersebut.

Begitulah dari ayat ini dijelaskan bahwa kita harus menjaga kekudusan dalam kehidupan sehari-hari kalau mau berjalan dengan Tuhan dalam pakaian putih yang menandakan kemenangan dari dosa-dosa, karena selama manusia masih hidup, selama itu pula manusia mempunyai potensi untuk jatuh dalam dosa. Jadi kita harus menjaga apa yang kita lakukan setiap hari. Tentunya meminta hikmat kebijaksanaan dari Roh Kudus. Dan hanya orang yang berhasil menjaga “noda-noda hitam” yang akan memakai baju bewarna putih (simbol kemenangan dari dosa) dan kita dilayakan untuk berjalan bersama Tuhan Yesus.


3: 5 Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian; Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan, melainkan Aku akan mengaku namanya di hadapan Bapa-Ku di hadapan para malaikat-Nya.

Bagi orang Yunani pakaian putih dapat melambangkan tiga hal, yaitu kesucian, suasana sukacita di dalam pesta dan kemenangan.

Dalam setiap peraturan yang Tuhan keluarkan, misalkan untuk saling mengasihi, untuk setia, dll. Tuhan pasti juga memberikan janji-janji yang luar biasa untuk kita, baik berkat dalam bentuk jasmani maupun rohani.

Dalam ayat yang kelima ini ada 3 janji Tuhan, yaitu :
1.   Barangsiapa yang menang akan dikenakan pakaian putih, yang berarti kita mendapatkan tanda kemenangan dari dosa-dosa kita.

2.    Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan, yang isinya merupakan daftar nama orang yang diselamatkan, yaitu mereka yang memiliki kewarganegaraan dalam Kerajaan Allah. Yang berarti Tuhan akan berjanji bahwa orang yang berjaga-jaga juga mengaku dosa dan menjaga kekudusan supaya tidak jatuh dalam dosa akan mendapatkan tempat di Surga nanti. Dan inilah yang menjadi kerinduan dan tujuan hidup setiap umat manusia dimuka bumi, terutama anak-anak Tuhan.

3.    Aku akan mengaku namanya di hadapan Bapa-Ku di hadapan para malaikat-Nya, yang berarti kita tidak sekedar masuk surga, tapi nama kita diakui Tuhan Yesus dihadapan Bapa dan malaikat-malaikat di surga. Tidak seperti orang yang berseru-seru nama Yesus waktu masih hidup dibumi tapi pada akhirnya tidak diselamatkan. Dan Tuhan pun berkata pada orang itu, “Aku tidak mengenalmu”.


--===Jbu===--