Welcome....

Selamat datang teman-teman. Saya Paulus yang biasa dipanggil PaO. Saya rindu sekali untuk membuat artikel. Disinilah saya menuangkan semua hasil pemikiran. Saya beri judul pada Blog ini, Reflection Results. Ini semua hasil pemikiran, ide, refleksi dari saya sendiri. Apabila ada kata-kata atau kalimat dari orang lain, saya berikan footnote atau resensi tulisan. Saya yakin anda mendapat pelajaran yang baik pada saat anda membacanya. Bila teman-teman sedang ada waktu, boleh sekalian dikasih komentarnya dalam setiap artikel yang dibaca. Bila ada yang tidak setuju juga tidak masalah :D all praise to Jesus! praise for ever!!

Selamat Membaca. Tuhan Yesus Kristus Memberkati.

Penulis : Pdp. Paulus Igunata Sutedjo, M.Th.

Labels

Wednesday, August 19, 2015

Entar Dulu! - 2 Samuel 20:4-12



Dodi sebenarnya mahasiswa yang pintar, namun kebiasaannya yang suka menunda setiap tanggung jawab yang dipercayakan kepadanya, akhirnya ia diberi label "sang pemalas", oleh teman-temannya sendiri. Suatu hari, Dodi mendapatkan tugas kuliah dari dosennya. Ia pun berjanji akan menyelesaikan tepat pada waktu yang telah ditetapkan oleh dosennya. Namun, ia menunda tugas kuliah tersebut sampai berbulan-bulan. Sampai akhirnya dia sadar, bahwa apa yang dilakukannya salah. Lalu Dodi bergegas untuk menyelesaikan tugas tersebut dalam satu hari. Ternyata tugas tersebut rampung hanya dalam sekitar 5 jam saja. Seandainya Dodi berkonsentrasi untuk mengerjakan tugas tersebut dari jauh-jauh hari, ia tidak perlu menelan omelan dari dosennya. Lagipula, pada akhirnya ia pun juga harus menyelesaikannya.

“Entar dulu!” Adalah kata-kata yang sering dipakai oleh seorang penunda waktu. Seolah-olah tanggung jawab yang dipikul akan lebih ringan, bila mengatakan hal tersebut. Pekerjaan yang bertumpuk adalah harga yang harus dibayar dengan kerja lebih keras. Orang yang bekerja keras untuk hal ini bukan disebut rajin, tetapi disebut bodoh, karena seharusnya ia dapat mengerjakan hal tersebut dari jauh-jauh hari. Menunda bukan berarti meniadakan pekerjaan, tetapi menambah pekerjaan yang baru! Sehingga kita harus dua kali kerja lebih keras untuk menyelesaikannya, karena pekerjaan yang lama dan pekerjaan yang baru bercampur menjadi satu. Pada saat kita melihat tumpukan pekerjaan tersebut, hal itu akan membuat sakit kepala dan jadi malas untuk menyelesaikannya.

Amasa adalah contoh dari orang yang suka menunda-nunda dari waktu yang telah ditetapkan. Sikap menundanya ini, akhirnya mendatangkan akibat yang sangat fatal dalam hidupnya. Suatu kali, Raja Daud berkata kepada Amasa, “Kerahkanlah bagiku orang-orang Yehuda dalam tiga hari, kemudian menghadaplah lagi ke mari!” Amasa tidak langsung mengerjakan perintah Raja Daud, ia menunda-nunda tugas itu sampai melewati batas waktu yang telah ditetapkan raja baginya. Memang tidak jelas, kenapa Amasa diberi tugas seperti itu oleh Raja Daud. Tetapi, bila Raja Daud sudah memberi perintah, berarti perintah itu sangat penting. Sudah sepantasnya Amasa taat pada perintah Raja Daud. Yang jelas, akibat dari perbuatannya yang menunda-nunda adalah kematian. Yoab menikam Amasa dengan pedang ke perutnya, sehingga isi perutnya tertumpah ke tanah. Mayat Amasa yang bermandikan darah itu tergeletak di tengah-tengah jalan.

Kesempatan sekecil apa pun jangan pernah ditunda-tunda, karena akibatnya sangat fatal dikemudian hari. Mungkin kita terasa ringan sementara, tetapi kita harus membayar dengan harga yang lebih mahal dikemudian hari. Orang yang bertanggung jawab adalah orang yang tidak menunda-nunda tanggung jawabnya.  


Orang bodoh akan berpikir bahwa dengan menunda 
akan mengurangi beban pekerjaan.

Sunday, August 16, 2015

BEBAS BEROPINI 3 - gadget in the church


Saya pernah mendengar seorang hamba Tuhan yang melarang jemaatnya menggunakan Alkitab dalam smartphone-nya. Lalu ada juga beberapa hamba Tuhan yang menghimbau untuk tidak menggunakan Alkitab di smartphone-nya. Di sisi lain, ada juga yang memperbolehkan hal tersebut, bahkan sering dibuka dengan kata, "Silahkan buka Kitab Sucinya, atau handphone sucinya, atau tablet sucinya". Ada juga hamba-hamba Tuhan yang berkhotbah sudah tidak membawa Alkitab dalam bentuk buku ke mimbar.

Tentang gadget in the church, ada yang pro, juga ada yang kontra. Yang pro biasanya berpikir lebih ke hal yang praktisnya dan menggunakan kemajuan teknologi sebagai sarana untuk menyampaikan dan membaca firman Tuhan. Sedangkan yang kontra biasanya beralasan, bahwa orang-orang yang menggunakan gadgetnya dalam gereja biasanya tidak konsentrasi, karena mudah terpancing untuk menggunakan aplikasi lainnya, seperti aplikasi media sosial, dan aplikasi permainan. Mungkin inilah penyebabnya ada hamba Tuhan yang tidak memperbolehkan jemaatnya menggunakan gadgetnya untuk membaca Alkitab di gereja.

Saya menerima yang kontra, tetapi tidak menyetujui pendapat atau opini yang kontra itu. Karena memang saya termasuk orang yang beropini untuk memperbolehkan seorang hamba Tuhan atau jemaat menggunakan gadgetnya untuk berkhotbah atau membaca Alkitab di gereja. 

Opini saya, tidak ada yang salah dengan gadget, jika ada yang menyalahgunakan gadget saat jam ibadah dengan cara mengupdate status atau bermain, berarti yang salah adalah usernya. Orang seperti ini, sekalipun dia membawa Alkitab dalam bentuk buku (selanjutnya: Alkitab buku) pasti tetap akan tergoda untuk "bermain" dengan smartphonenya. Jadi masalahnya balik kepada pribadi masing-masing.

Saya sendiri pun berkhotbah menggunakan ipad. Bukan maksud untuk mengikuti tren atau kebanyakan lagak, tetapi ipad atau gadget lainnya sangat sangat sangat membantu saya! Dulu saya menggunakan Alkitab buku dan kertas HVS ± 4 lembar sebagai bahan khotbah. Dengan ipad, saya hanya perlu membawa ipad saja. Jadi ayat Alkitab yang akan dibahas dan bahan khotbahnya saya jadikan satu dalam bentuk microsoft word, sehingga memudahkan saya dalam berkhotbah. Apa ada yang salah dengan hal itu?

Saya pun pernah beribadah hanya membawa gadget yang isinya ada aplikasi Alkitab. Sangat bermanfaat sekali! Karena saya membawa Alkitab sekaligus catatan kecil dalam gadget tersebut. Sehingga firman yang diberitakan tidak hanya berlalu saja, tetapi saat itu saya bisa mencatatnya dalam gadget dan langsung tersimpan. Sampai sekarang catatan khotbah itu masih ada. Banyak orang zaman sekarang yang membuat catatan khotbah dalam gadgetnya. Sayangnya banyak orang sering kali lebih fokus hanya pada kekurangan dari gadget itu, daripada kelebihannya. 

Kemajuan teknologi seharusnya memudahkan manusia dalam beraktivitas, tetapi sering kali pikiran kita terlalu kolot untuk menerima teknologi karena merasa orang yang lebih suci itu adalah orang yang memegang Alkitab buku. Sadarlah, kesucian orang Kristen tidak dilihat dari Alkitab buku atau gadget yang ia bawa ke gereja, tetapi dari sikap hidup yang memancarkan kasih Kristus. 


Btw, dulu kitab-kitab yang ada dalam Alkitab buku sekarang ini berasal dari kumpulan lembaran papirus. Dan biasanya berupa gulungan. Kenapa digulung? Logikanya karena lembarannya besar dan juga jauh lebih tebal daripada kertas zaman sekarang. Seiring perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi, akhirnya dicetaklah dalam kertas dan dibentuklah berupa buku. Jika kita melihat kertas Alkitab zaman sekarang, Anda pasti sadar betapa tipisnya kertas Alkitab itu. Jadi kita tidak perlu membawa Alkitab berupa lembaran papirus. Dengan kemajuan teknologi, kita dipermudah untuk dapat membawa Alkitab buku dengan kertas yang tipis. Dengan kemajuan teknologi pun, akhirnya kita dapat membawa Alkitab dalam gadget (tidak harus berupa buku). Jika kita bisa menerima Alkitab buku, mengapa tidak bisa menerima Alkitab dalam gadget? Lagipula yang penting kan isinya!?


Sumber: Wisdom of God

Thursday, August 13, 2015

BEBAS BEROPINI 2 - LGBT

Sekarang lagi hotnya membahas tentang LGBT dengan fokus pernikahan sesama jenis. Banyak orang yang tidak bisa menerima pernikahan sesama jenis, karena memang sangat bertentangan dengan agama manapun. Belanda adalah negara pertama yang mencetuskan hal ini, kemudian di sambung beberapa negara lainnya seperti Belgia, Spanyol, Kanada, dll. Terakhir Amerika Serikat. Mungkin negara lain akan mengikuti "tren" ini dalam beberapa tahun ke depan.

Orang-orang yang tidak bisa menerima LGBT, akan cenderung memusuhi mereka dengan berbagai cara. Dari yang berupa sindiran, sampai dengan cara yang kasar pun dilakukan untuk menunjukkan sikap tidak bisa menerima perbuatan yang dilakukan oleh mereka. Apakah saya menerima mereka? Yup! Saya sangat menerima mereka, tetapi saya tidak setuju dengan perbuatan mereka! Saat Tuhan menciptakan manusia, hanya Adam dan Hawa. Dan dalam Alkitab jelas tertulis, " ... seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya ... " (Kej. 2:24). Inilah yang sering saya sebut The Original Plan. Lagipula, dalam kita Rasul Paulus sudah sangat jelas, bahwa banci dan pemburit tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Surga! (1Kor. 6:9).

Jadi, bila ada LGBT datang ke gereja, tidak ada yang salah dengan hal itu! Justru gereja seharusnya menerima mereka. Sama seperti kita sebagai manusia berdosa masuk ke dalam gereja. Perbedaannya, akibat dari dosa mereka di dunia mungkin lebih besar. Tetapi kita sama-sama manusia berdosa. Mungkin kita tidak tergolong LGBT, tetapi kita memiliki dosa yang lain seperti suka berbohong, mengingini barang atau istri orang lain, tidak menghormati orang tua, egois, menjadi pemicu perseteruan, suka menggosip, dll. 

Jadi, untuk memberitahukan perbuatan mereka salah dan tidak berkenan di mata Tuhan, satu-satunya cara adalah merangkulnya bukan memusuhinya. Kita tidak bisa memusuhi sambil menasihati, tetapi kita bisa merangkul sambil menasihati. Orang akan lebih mudah menerima orang yang merangkul, daripada orang yang memusuhi. As simple as that!

Sumber:
1. Wisdom Of God
2. Alkitab
3. http://www.freedomtomarry.org/landscape/entry/c/international





BEBAS BEROPINI 3: 
http://reflectionresults.blogspot.com/2015/08/bebas-beropini-3-gadget-in-church.html

BEBAS BEROPINI



Indonesia sebentar lagi akan merayakan kemerdekaannya yang ke-70, tepatnya tanggal 17 Agustus 2015. Merdeka itu sendiri artinya adalah bebas! Tentu yang dimaksud adalah bebas dari penjajah. Setelah Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945 yang lalu, Indonesia harus meniti "karier"nya sebagai negara merdeka. Banyak orang yang notabene adalah penduduk Indonesia itu sendiri berpandangan negatif terhadap tanah airnya sendiri. Namun ada juga yang berpandangan positif terhadap tanah airnya.Yang lucu, ada juga yang cuek terhadap negaranya sendiri. Orang seperti ini mungkin saja sudah terlalu capai dan lelah melihat kemunduran, korupsi, ketidakadilan yang terjadi di Indonesia ini, sehingga tidak ada rasa peduli lagi tentang negaranya sendiri. 

Saya adalah orang yang berpandangan positif walau terkadang cuek. Saya tidak mempermasalahkan orang-orang yang berpandangan negatif, ataupun yang cuek. Kenapa? Ya... karena Indonesia sudah merdeka, yang artinya sudah bebas, berarti penduduknya juga bebas beropini dong? Jadi tidak ada yang salah dengan hal itu. Mereka yang berpandangan negatif dan yang cuek terhadap tanah airnya sendiri memiliki alasan yang kuat, karena tidak mungkin seseorang menilai negatif tanpa ada alasan yang pasti. Jadi, pandangan negatifnya saya terima, namun bukan berarti saya setuju dengan hal tersebut, karena bagi saya jauh lebih baik melihat hal yang positif dan memperbaiki yang negatif daripada melihat hal yang negatif, lalu tidak berusaha apa-apa.

Menerima dan menyetujui adalah dua hal yang berbeda. Kita bisa menerima pendapat orang tanpa harus menyetujui pendapat orang itu. Ingat, Indonesia sudah merdeka, berarti kita juga bebas beropini atau bebas memberikan pendapat. Dengan menerima pendapat atau opini orang lain, berarti kita telah menghargai orang tersebut. Untuk itu saya akan beropini tentang berbagai hal yang berkaitan dengan orang-orang Kristen atau orang-orang percaya di Indonesia dalam artikel-artikel selanjutnya. Artikel-artikel berjudul "BEBAS BEROPINI" berikutnya adalah opini saya tentang LGBT, gadget in the church, dll.



BEBAS BEROPINI 2: 
http://reflectionresults.blogspot.com/2015/08/bebas-beropini-2-lgbt.html

Sam Mengalahkan Keterbatasannya - Ulangan 5:16; Efesus 6:1-3


Jessie Nelson adalah seorang penulis sekaligus sutradara dalam film yang berjudul i am Sam. Film ini berhasil memenangkan kategori aktor terbaik dalam peran utama di ajang Academy Award tahun 2002 lalu. Film ini mengisahkan tentang Sam Dawson, seorang ayah yang memiliki seorang anak yang bernama Lucy Diamond. Sam mengidap developmental disability, sehingga ia kesulitan untuk berbahasa dengan benar, mobilitas, belajar, menolong dirinya sendiri, dan hidup mandiri. Walau seperti itu, Sam yang ditinggalkan oleh istrinya, ia tetap berjuang merawat Lucy dengan penuh kasih sayang. Lucy terlahir normal sebagaimana manusia biasanya, bahkan ia dapat dikategorikan anak yang cerdas. Untuk merawat Lucy, Sam dibantu oleh teman-temannya dan tetangganya yang bernama Annie. 

Untuk merawat dan membesarkan Lucy, Sam memiliki keterbatasan, karena Sam memiliki kapasitas intelektual yang setara dengan anak yang berumur 7 tahun. Suatu hari, Sam bersama teman-temannya dan teman-teman Lucy mengadakan acara ulang tahun kejutan untuk Lucy. Sebelum acara ulang tahun kejutan berlangsung, ada seorang teman Lucy yang berkata, bahwa Lucy pasti sudah tahu tentang acara kejutan ini. Mendengar hal itu, Sam pun marah dan mendorong anak itu sampai jatuh. Saat itu ada perwakilan dari departemen urusan anak dan keluarga, Sam dituduh tidak bisa menahan emosi, membahayakan anak-anak lain, dan memiliki gangguan mental sehingga diragukan kemampuannya untuk merawat Lucy. Akhirnya, pengadilan memutuskan, agar Lucy dirawat oleh pihak yang berwenang. Sam hanya diizinkan untuk menjenguk Lucy selama 2 kali seminggu dengan intensitas pertemuan selama 2 jam. Yang menarik dari kisah ini adalah, Sam tetap memperjuangkan haknya sebagai seorang ayah untuk mengasuh anak kandungnya sendiri, sekalipun ia memiliki keterbatasan yang signifikan. Hal ini dikarenakan Sam sangat mengasihi anaknya, Lucy. Lucy pun tetap ingin bersama ayahnya, ia tidak ingin dipisahkan dari ayahnya, sekalipun ia tahu bahwa ayahnya memiliki keterbatasan untuk mengasuh dirinya.

Salah satu pelajaran yang dapat kita ambil dari film i am Sam adalah tentang kasih antar orang tua dengan anak. Untuk mengasuh kita, orang tua memiliki keterbatasan, namun acap kali kita marah terhadap orang tua, karena mereka tidak mengerti apa yang kita inginkan. Kita harus sadar dalam hal ini, bahwa orang tua dan kita lahir di dua zaman yang berbeda, jadi wajar saja bila cara pandang hidup mereka berbeda dengan kita. Pada dasarnya, sekalipun orang tua memiliki keterbatasan dalam hal apa pun juga, mereka tetap mengasihi kita dan ingin memberikan yang terbaik untuk kita. Masalahnya apakah kita yang juga terbatas sebagai seorang anak, dapat mengasihi orang tua seperti mereka mengasihi kita? Salah satu bentuk penghormatan kita kepada orang tua adalah dengan mengasihi, sekalipun kemampuan mereka terbatas.



Keterbatasan seorang manusia bukanlah alasan 
untuk tidak mewujudkan kasih terhadap keluarganya.

Saturday, August 1, 2015

Cara Memandang "Weiji" - Bilangan 13: 25-30



Ada satu kisah menarik dari Negeri Cina pada abad ke-19. Ada sebuah toko buah, yang bernama Toko Buah Yu. Toko ini membawa 50 keranjang nanas dari daerah Laiyang ke daerah Shanghai. Akibat dari perjalanan yang jauh, maka ada sebagian nanas yang mulai membusuk dan dibuang. Di seberang Toko Buah Yu, tinggallah sepasang suami istri yang miskin. Melihat banyak buah nanas yang dibuang, dengan segera mereka memungut nanas-nanas tersebut dan mengupasnya. Lalu mereka memotongnya kecil-kecil dan dengan teliti memilih bagian buah yang masih baik, kemudian menjualnya. Ternyata dagangan itu laris manis. Akhirnya, suami istri tersebut membeli nanas yang tidak bisa dijual Toko Buah Yu karena sudah mulai membusuk. Pemilik Toko Buah Yu menyambut dengan senang hati dan menjualnya dengan harga sangat murah!

Pasangan suami istri miskin ini berdagang dengan tekun. Selain menjual nanas dalam potongan-potongan kecil, mereka juga menyediakan kue dodol nanas. Akhirnya, kue dodol nanas telah menjadi makanan khas daerah Tiongkok Selatan dan bahkan dikenal sampai ke kerajaan. Pemilik Toko Buah Yu tidak senang atas keberhasilan bisnis suami istri tersebut. Maka pada malam hari, Tuan Yu menulis "Tian Zhi Dao", yang artinya "langit tahu" di sehelai kertas, lalu menempelnya di pintu toko kue dodol nanas. Esok harinya, suami istri tersebut melihat tulisan itu. Mereka terperanjat, tahu kalau ada orang yang ingin merusak bisnis mereka. Namun muncul ide dari sang suami, ia berucap, "Saya kebetulan sedang berpikir mencari nama toko, dan hari ini ada orang yang menuliskan nama toko dan mengirimnya ke depan pintu. Bagus sekali!" Katanya lagi, "Kaisar juga pernah memakan kue dodol nanas dari tokoku. Kaisar adalah Putra Langit di masa ini, jadi sangat cocok memakai nama Tian Zhi Dao. Baiklah, saya gunakan tiga aksara ini sebagai nama toko!" Akibatnya, bisnis kue dodol nanas ini menjadi semakin melejit. Mereka berhasil melewati masa krisis ekonomi.

Kata "krisis" dalam bahasa Cina adalah "weiji". Kata ini terdiri dari kata "wei", artinya kesulitan, dan kata "ji", artinya kesempatan atau peluang. Kata "weiji" ini mengajarkan kepada kita, bahwa dalam setiap kesulitan selalu ada kesempatan! Orang yang pesimis tidak akan pernah melihat sebuah krisis sebagai peluang atau kesempatan untuk berhasil, namun orang yang bijak dapat mengubah setiap krisis atau masalah menjadi sebuah peluang. Yang menjadi perbedaan antara orang yang pesimis dengan orang yang bijak adalah cara mereka memandang kesulitan atau masalah yang terjadi dalam hidupnya.

Sikap suami istri penjual dodol nanas di atas sangat bijak, sama halnya dengan sikap Kaleb dalam memandang kesulitan. Kaleb tahu bahwa ia akan menghadapi musuh yang sangat kuat, namun ia tetap memandang kesulitan itu menjadi peluang untuk mencapai kemenangan. Dalam setiap kesulitan pasti ada peluang untuk mencapai keberhasilan!

Masa kesulitan adalah kesempatan untuk meraih keberhasilan. 
Masa kenyamanan adalah kesempatan untuk menikmati hasil.