Welcome....

Selamat datang teman-teman. Saya Paulus yang biasa dipanggil PaO. Saya rindu sekali untuk membuat artikel. Disinilah saya menuangkan semua hasil pemikiran. Saya beri judul pada Blog ini, Reflection Results. Ini semua hasil pemikiran, ide, refleksi dari saya sendiri. Apabila ada kata-kata atau kalimat dari orang lain, saya berikan footnote atau resensi tulisan. Saya yakin anda mendapat pelajaran yang baik pada saat anda membacanya. Bila teman-teman sedang ada waktu, boleh sekalian dikasih komentarnya dalam setiap artikel yang dibaca. Bila ada yang tidak setuju juga tidak masalah :D all praise to Jesus! praise for ever!!

Selamat Membaca. Tuhan Yesus Kristus Memberkati.

Penulis : Pdp. Paulus Igunata Sutedjo, M.Th.

Labels

Monday, December 15, 2014

Hal Menghakimi

JANGAN MENGHAKIMI GUE!
Acap kali kita menggunakan kata-kata JANGAN MENGHAKIMI (Mat 7:1) supaya tindakan kita yang salah tidak dihakimi, sehingga kata JANGAN MENGHAKIMI menjadi tameng atas kesalahan kita. Padahal jika kita melakukan suatu kesalahan, alangkah baiknya jika ada yang mengoreksi, supaya kita tidak melakukan kesalahan yang sama di kemudian hari.

JANGAN MENGHAKIMI DIA!
Kata-kata ini pun sering kita gunakan untuk membela orang lain yang telah melakukan kesalahan atau berbuat dosa, supaya kita yang menghakimi dapat menyadari, bahwa kita tidak lebih baik dari orang itu, untuk itu jauh lebih baik menegur orang tersebut dengan penuh kasih. Saya setuju! Tetapi ingatlah, kasih Tuhan itu mendidik! Ada saatnya seseorang harus ditegur dengan keras! Jadi jika ada teman atau sahabat yang berbuat dosa, kita harus menegurnya, jika tidak, maka kita yang akan berdosa (Yak 4:17).

Maksud saya, jangan terlalu cepat menggunakan ayat  “JANGAN MENGHAKIMI” untuk membela diri kita sendiri ataupun membela untuk orang lain, karena jika memang kita harus menghakimi atau mengadili, ya lakukanlah dengan bijaksana sesuai dengan kitab Mat 18:15-17. Tegurlah terlebih dahulu, jika masih auban bawalah beberapa saksi, jika tidak berubah juga... Ya sudah... orang bebal kudu didoain aja.  

Setiap orang pernah berbuat salah, jika tidak ada yang menegur, maka dia selalu berbuat salah!

1 Tes 5:14. “ ... tegorlah mereka yang hidup dengan tidak tertib ... ” 

Thursday, November 27, 2014

Kita Bukan Superman! - 2 Samuel 23:8-39

Raja Daud dikenal sebagai seorang raja yang mampu mengalahkan banyak musuh. Namanya semakin dikenal sejak Raja Daud mengalahkan seorang pendekar Filistin dari Gat, yang bernama Goliat. Setelah itu, ia sering mendapatkan kemenangan dalam pertempuran. Raja Daud juga dapat mengalahkan orang Filistin dan menaklukkan banyak bangsa di sekitarnya, yakni Moab, kerajaan Aram, dan Edom. Tetapi, sehebat-hebatnya Raja Daud menaklukkan banyak musuh, ia tidak bertempur sendirian! Raja Daud memang hebat dalam bertempur, tetapi untuk mendapatkan kemenangan ia juga membutuhkan bantuan dari orang lain.  

Raja Daud dibantu oleh banyak orang atau anak buah untuk mendapatkan kemenangan dalam suatu pertempuran, yakni: Yasobam sebagai kepala tiga pahlawan, Eleazar yang mampu mengalahkan banyak orang Filistin, dan Sama yang tetap bertahan untuk mengalahkan orang Filistin, saat banyak tentara lainnya yang melarikan diri. Selain tiga pahlawan itu, masih ada yang lainnya, yakni: Abisai yang merupakan kepala dari 30 prajurit, dan Benaya yang dapat menewaskan kedua pahlawan besar dari Moab. Selain itu, Raja Daud juga memiliki orang kepercayaan yang bernama Yoab. Tentu masih banyak tentara lainnya, yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. 

Raja Daud memang hebat, tetapi ia juga memiliki anak buah atau orang kepercayaan yang tidak kalah hebatnya. Dari hal ini kita dapat belajar, bahwa kemenangan Raja Daud dalam suatu pertempuran bukanlah hasil kerja keras Raja Daud semata-mata. Ia tidak dapat berjuang sendirian, sekalipun ia juga seorang yang hebat dalam suatu pertempuran! Acap kali di dalam kehidupan ini, kita suka mengandalkan diri sendiri. Kita sering lupa, bahwa kita adalah manusia yang terbatas. Tuhan menciptakan setiap manusia dengan keunikannya masing-masing, tentunya hal ini memiliki suatu maksud tertentu. Salah satu maksudnya adalah supaya kita dapat saling melengkapi satu individu dengan individu yang lainnya. Sehingga di dalam kehidupan ini, kita dapat saling tolong-menolong. Kita bukan superman yang mampu mengerjakan segala sesuatunya sendirian, tetapi kita adalah makhluk sosial yang membutuhkan bantuan orang lain di dalam kehidupan ini.

Jadi, bila kita memiliki suatu masalah kehidupan yang tidak dapat teratasi, alangkah baiknya kita dapat meminta bantuan dari orang lain. Tentunya mencari orang yang berkompeten untuk dapat menyelesaikan masalah kita. Misalkan, bila kita sedang kesulitan mengatur keuangan pribadi, kita dapat meminta bantuan dengan orang yang sudah berhasil dalam bidang tersebut. Untuk itu, jangan pernah merasa diri kita yang paling hebat di dalam dunia ini, sehingga merasa mampu menyelesaikan semua masalah! Kita butuh orang lain, orang lain pun butuh bantuan kita. Ingatlah, Kita bukan superman!


Tidak meminta bantuan dari orang lain, 
sama dengan merendahkan kemampuan orang lain.



Sumber:
1. Wisdom of God
2. Renungan Harian Manna Sorgawi - Selasa, 13 Mei 2014

Wednesday, November 19, 2014

Perkataan Pertama - Lukas 23:1-34; Matius 6:14


Apa yang pertama kali akan kita katakan, apabila ada seseorang yang menyakiti hati kita, tetapi sebenarnya bukan kesalahan kita? Biasanya, orang akan membela dirinya karena memang merasa tidak bersalah. Ada juga yang membalasnya dengan perkataan yang tidak enak didengar dan ada juga yang membalas perbuatannya. Pada dasarnya, manusia akan cenderung membela dirinya apabila dia memang merasa tidak bersalah. Tetapi waktu Yesus akan disalib, Dia tidak membela diriNya sendiri, bahkan Yesus diam saja tanpa membalas perbuatan orang-orang yang menyakitiNya.

Perkataan Pertama yang Yesus ucapkan pada saat disalib adalah, "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat."  Yesus mengucapkan hal tersebut setelah Dia dituduh menyesatkan orang banyak, dinista, diolok-olok oleh Herodes beserta pasukannya, disiksa, dan dicambuk. Apabila kita imajinasikan dan memosisikan diri kita seperti Yesus, apakah kita sanggup mengampuni setelah apa yang diperbuat oleh orang-orang disekitarNya? 

Tentunya sangat sulit bagi kita untuk mengampuni, terutama terhadap orang-orang yang sudah menyakiti hati kita. Tetapi Yesus memberi teladan yang sangat baik, perkataan pertama yang Dia ucapkan setelah dihina begitu rupa oleh orang banyak adalah hal tentang pengampunan. Tidak ada jalan yang singkat untuk mengampuni, karena mengampuni membutuhkan proses yang sangat panjang. Seorang hamba Tuhan dari Amerika Serikat yang bernama Joice Meyer menceritakan pengalaman dirinya yang pernah mengalami pelecehan seksual dari ayahnya sendiri. Namun karena pertolongan Roh Kudus, Joice Meyer akhirnya dapat mengampuni ayahnya. Beberapa puluh tahun setelah Joice mengampuni, ayahnya bertobat dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya.

Joice Meyer menerapkan empat strategi untuk mengampuni. Pertama, buatlah keputusan bahwa kita mau mengampuni orang yang bersalah kepada kita. Kedua, minta bantuan Roh Kudus agar kita dimampukan untuk bertindak nyata mengampuni orang yang bersalah tersebut. Ketiga, jangan pernah mengingat atau menceritakan kembali kepada orang lain tentang pengalaman buruk yang pernah kita alami, karena akan membangkitkan luka lama, kecuali untuk kesaksian. Keempat, berdoa dan berkatilah orang yang telah berbuat salah kepada kita. Percayalah mujizat besar akan terjadi dalam diri kita.

Setiap orang pasti pernah berbuat kesalahan, bahkan secara sadar atau tidak, kita pun pernah bersalah sampai menyakiti hati orang lain. Mari kita introspeksi diri dengan merenungkan sikap Yesus yang mau mengampuni kepada orang-orang yang bersalah kepadaNya, karena bagi orang-orang yang mau mengampuni sesamanya, dia akan diampuni juga oleh Bapa di Sorga.

Pengampunan dimulai dari keputusan untuk mengampuni.




Sumber:
1. Wisdom of God
2. Renungan Harian Manna Sorgawi - Senin, 12 Mei 2014

Monday, November 10, 2014

Hal Yang Hampir Punah - 2 Tawarikh 31:20-21; Amsal 3:32

Ajiz seorang pegawai swasta yang baik menurut beberapa orang. Mungkin dia dianggap seorang yang baik, karena ia rajin ke gereja dan rajin pelayanan. Tetapi orang dapat dikatakan baik atau tidak bukan dilihat rajin ke gerejanya, namun dari perbuatan sehari-harinya. Suatu hari, Ajiz diberi tanggung jawab memegang kas kecil oleh atasannya. Jumlah uang yang dipegang lumayan banyak. Kurang lebih ia memegang Rp. 5 juta setiap bulannya. Ia diberi kepercayaan untuk mengelola uang tersebut untuk kebutuhan kantor sehari-hari. Hari pertama tidak ada masalah, minggu pertama pun juga tidak ada masalah. Bulan berganti bulan sejak ia memegang kas kecil, tetap tidak ada masalah. Namun setelah satu tahun lebih memegang kas kecil, Ajiz mulai tergoda untuk menggunakan uang tersebut untuk kebutuhan pribadinya. Tetapi, setelah ia mendapatkan gaji bulanan, ia mengembalikan uang yang dipinjam tanpa seizin atasannya itu ke kas kecil.

Setelah kejadian itu, Ajiz mulai terbiasa meminjam uang dari kas kecil yang dipegangnya, tanpa seizin atasannya. Ia mulai terbiasa hidup tidak jujur. Sampai suatu hari, ia merasa membutuhkan uang yang lebih banyak. Saat itu ia meminjam uang lima ratus ribu rupiah dari kas kecil. Ia merasa kebutuhan bulanannya semakin meningkat, sehingga ia menunda untuk mengembalikan uang yang dipinjamnya tersebut. Akhirnya, ia bertekad untuk tidak mengembalikan uang tersebut! Ajiz yang rajin ke gereja ini merasa gelisah hampir setiap hari. Ia hidup dengan rasa bersalahnya. Ia sudah merasa tidak kuat lagi, sehingga sampai satu hari ia sadar bahwa perbuatannya salah. Ia mengaku dosa kepada Tuhan, ia berjanji tidak akan melakukannya lagi. 

Janjinya pun diuji kembali. Suatu hari, ia menjual barang kepada seorang pembeli. Pembeli ini mentransfer uang hasil barang yang ia beli, sampai dua kali kepada Ajiz. Ajiz yang sudah berjanji kepada Tuhan, tidak ragu-ragu untuk mentransfer kembali uang kelebihannya tersebut. Ia sudah belajar untuk hidup jujur.

Pada dasarnya, ada dua macam kesempatan dalam hal kejujuran. Kesempatan untuk berbuat jujur dan kesempatan untuk berbuat curang. Pilihan dikembalikan ke tangan kita. Sebagai seorang pegawai swasta, Ajiz pernah memilih untuk berbuat curang, namun dia sadar bahwa yang dilakukannya salah, akhirnya ia memilih berbuat jujur. Tuhan bergaul erat dengan orang yang berbuat jujur. Contohnya seperti Raja Hizkia, ia melakukan apa yang benar di hadapan Tuhan karena ia jujur dalam menuaikan tugas tanggung jawabnya.

Kejujuran adalah hal yang hampir punah zaman sekarang ini, karena kejujuran membutuhkan pengorbanan yang lebih. Untuk itu, alangkah baiknya sebagai orang percaya kita melestarikan budaya hidup jujur, apapun profesi kita saat ini. Sehingga kejujuran menjadi gaya hidup orang percaya!



Kejujuran yang menyakitkan jauh lebih baik daripada dusta yang paling manis. 

Monday, October 13, 2014

Membuang Anugerah Tuhan - Keluaran 16:16-18; Matius 6:11

Saya masih suka heran dengan orang-orang yang doyan banget buang-buang makanan. Saya sering melihat kejadian ini. Suatu hari saya makan kwetiau di suatu restoran. Saya sedang makan dengan kakak saya. Di tempat itu ada sekumpulan anak muda yang sedang makan. Biasanya anak muda suka ribut kalau sedang makan. Saya tidak ada masalah dengan hal itu, karena anak muda memang biasanya makan sambil bercanda. Namun sayangnya, setelah kumpulan anak muda itu pergi, saya melihat masih ada satu piring kwetiau yang masih banyak isinya. Seperti belum tersentuh sama sekali. Rasanya kesal melihat hal itu. Bahkan saya juga sering melihat orang-orang yang kondangan membuang makanan yang masih banyak di piringnya. Ironisnya, setelah itu mereka mengambil makanan yang lainnya. Di sisi lain, saya juga pernah melihat orang yang kalau makan suka tidak habis, jadi otomatis dia buang sisa makanannya. Padahal dia bisa membungkus makanan itu dan makan lagi saat lapar. Atau paling tidak, kita dapat mengambil makanan seperlunya, karena diri kita yang paling tahu tentang kapasitas perut kita.

Facebook Forum Hijau Indonesia membuat suatu artikel yang bertuliskan seperti ini, “Makanan yang terbuang merugikan ekonomi dunia sekitar Rp. 8,5 triliun per tahun ...” Ironis sekali, padahal masih banyak negara yang mengalami kelaparan. Bahkan salah satunya adalah negara Indonesia! Indonesia menduduki peringkat ke-11 dari negara yang paling kelaparan. Tepatnya ada 12,6 juta orang di Indonesia yang kekurangan gizi!  Sudah seharusnya kita lebih memerhatikan hal ini. Bila Anda pernah membuang makanan atau memang hobi menyisakan makanan lalu dibuang, pikirkanlah ada 12,6 juta orang yang masih kekurangan gizi karena kelaparan di Indonesia!

Terkadang orang yang membuang makanan merasa ada hak untuk membuang makanan tersebut, karena merasa sudah membayarnya. Jadi makanan itu sudah menjadi miliknya dan dia berhak untuk memakan atau membuangnya. Ini adalah salah satu pembodohan yang sedang terjadi. Karena pada dasarnya, kita sama sekali tidak ada hak untuk membuang makanan. Bila kita suka membuang makanan, berarti kita suka membuang anugerah dari Tuhan! Ingatlah, kita bisa makan bukan karena kita lebih hebat dari orang yang tidak bisa makan, tetapi karena anugerah dari Tuhan. Memang kita sudah bekerja keras untuk hal itu. Namun jangan lupa, bila Tuhan tidak memberkati penghasilan dan makanan kita, maka kita pun tidak akan dapat menikmatinya! Walaupun ini terdengar klise, tapi hal ini harus dipahami dengan baik, bahwa masih banyak orang yang kelaparan!

Ayat firman Tuhan hari ini mengajarkan kita untuk mengambil makanan sesuai dengan keperluannya, yaitu sesuai dengan kapasitas kemampuan makan kita. Jangan terlalu berlebih, juga jangan sampai kekurangan. Makanlah secukupnya dan jangan lupa berdoa.

Membuang makanan sama dengan membuang anugerah dari Tuhan 
dan tidak menghargai jerih payah sendiri.

Thursday, October 2, 2014

Berpuasa, Berdoa Dan Berusaha - Mazmur 42:6; 131:3

Dinda lahir dari keluarga broken home. Orang tua Dinda menikah saat usianya masih muda. Tepatnya, tamat dari Sekolah Menengah Pertama, orang tuanya langsung menikah. Karena usianya yang masih muda, Ayah Dinda tidak dapat diandalkan untuk menjadi seorang kepala keluarga. Dia tidak bertanggung jawab dan hanya mengandalkan keluarga dari istrinya. Sampai satu titik, Ayah Dinda tiba-tiba meninggalkan keluarganya dan pergi ke suatu tempat yang tidak diketahui oleh seluruh anggota keluarganya. Ternyata ada informasi dari orang lain, bahwa Ayah Dinda telah membuka usaha mandiri. Namun usaha itu tidak dapat bertahan lama, sampai akhirnya Ayah Dinda bangkrut. Setelah kejadian itu, ia pulang ke rumah keluarganya. Istrinya kesal dengan perbuatannya itu. Tidak kunjung jera, Ayah Dinda akhirnya pergi lagi ke suatu daerah. Saat itu, ia bercocok tanam kentang. Ia membuka usaha mandiri kembali. Namun kali ini lebih sukses, tetapi kesuksesannya membuat dirinya menjadi sombong. Sehingga ia sudah merasa mampu membiayai keluarga, jadi dengan seenaknya ia pulang dan pergi berulang kali tanpa izin dari istrinya. Saat itu Dinda kelas 6 SD. Perbuatan ayahnya membuat Dinda, ibunya Dinda dan keluarga besarnya marah besar. Mereka sangat kesal! Terlebih lagi dengan Dinda. Ia tidak hanya kesal, tetapi ia juga membenci ayahnya sampai kepahitan, serta ingin membunuh ayah kandungnya sendiri. Seluruh keluarga pun mendukung usaha Dinda untuk membunuh ayahnya, namun nenek dari ibunya Dinda saja yang tidak mengizinkannya.

Neneknya ini menasihati Dinda, bahwa bagaimanapun juga, dia adalah ayah kandungnya. Setelah beberapa kali dinasihati, akhirnya Dinda sadar, bahwa sikap terhadap ayahnya selama ini salah. Setelah itu Dinda menyerahkan masalahnya kepada Tuhan. Ia berpuasa, berdoa dan berusaha untuk mengampuni ayahnya. Sedikit demi sedikit pengampunan pun dapat diberikan pada ayahnya. Bahkan Dinda berusaha menyatukan ayahnya dan ibunya yang sering kali bertengkar. Saat itu, Dinda sedang melanjutkan sekolahnya ke Jakarta. Sehingga ia harus berhubungan jarak jauh dengan orang tuanya. Namun Dinda tidak menyerah! Ia tetap berusaha. Pemulihan dalam keluarganya sedikit demi sedikit terjadi. Lucunya, ayah dan ibunya suka mencurahkan isi hati mereka kepada Dinda yang ada di Jakarta via telepon dan sms. Jadi, Dinda menasihati orang tuanya untuk berpacaran kembali, sehingga mereka tidak bertengkar terus-menerus. Ternyata nasihat itu dilakukan oleh orang tuanya. Dan mereka sudah jarang bertengkar. Ini semua karena hasil dari puasa, doa dan usaha Dinda.

Terkadang dalam mendoakan suatu masalah kita mudah menyerah, hal ini mungkin terjadi karena kita tidak sungguh-sungguh. Seharusnya kita dapat belajar lewat pengalaman hidup Dinda yang mendoakan keluarganya. Ia tidak sekadar mendoakan, namun ia juga berpuasa dan berusaha! Sehingga Tuhan turut campur tangan atas masalah yang sedang dihadapinya.

Berdoa tanpa usaha sama dengan ingin kenyang, tetapi tidak mau makan.







Sumber:
1. Wisdom Of God.

2. Renungan Harian Manna Sorgawi Rabu, 30 April 2014

Friday, August 8, 2014

Cukup Berarti Cukup - Ibrani 13:5


Andri berumur empat puluh dua tahun. Sebagian masa dewasanya, ia berfokus pada bagaimana menjadi mapan secara finansial. Ketika Andri berumur sembilan belas tahun, ia mulai membeli properti-properti sewaan kecil yang tidak mahal. Sampai ketika ia berumur dua puluh delapan tahun, ia dan istrinya menjual semua rumah sewaannya untuk melunasi rumah utama mereka, dan mereka masih memiliki uang sisa. Membangun di atas dasar ini, mereka selalu hidup bebas hutang dan di bawah standar yang sebenarnya mereka mampu, sehingga mereka bisa menabung dan berinvestasi untuk masa depan. Andri selalu mengatakan kepada dirinya sendiri, suatu hari ketika mereka memiliki tabungan dalam sejumlah tertentu, maka ia akan merasa aman. Tetapi setiap kali ia mencapai garis batas keamanan khayalannya, garis itu berpindah. Apa yang sebelumnya kelihatan lebih dari cukup, tiba-tiba rasanya jauh dari cukup. Setelah berdoa dan merenungkan, Andri menyadari apa yang dilakukannya. Ia sedang menaruh kepercayaannya dalam uang dan bukan dalam Tuhan. Istrinya pun berkata, bahwa mereka sebenarnya berkecukupan. Kata istri Andri, "Jika kita tidak bisa bahagia dengan semua yang kita miliki, ada sesuatu yang benar-benar salah dan tidak sehat tentang kita."

Kisah di atas adalah kisah sepasang anak Tuhan. Ada satu hal yang menarik untuk dapat kita pelajari dalam kehidupan, bahwa manusia tidak pernah merasa cukup dari apa yang dimilikinya. Rasanya ingin memiliki ini dan itu, ingin mengikuti tren masa kini, tanpa memedulikan kebutuhan utama kita. Setelah kita merasa sudah cukup, pasti tiba-tiba rasanya jauh dari cukup. Seolah-olah, keinginan kita untuk suatu hal tidak akan ada habisnya! Orang yang menabung terus-menerus untuk masa depannya tidak akan pernah merasa cukup, karena kebutuhan hidup semakin naik. Harga sandang, pangan dan papan semakin melonjak, apalagi yang sudah berkeluarga.

Di negara Jepang, ada satu pepatah yang menggambarkan begitu bodoh dan naifnya orang-orang yang dikuasai keserakahan, “Biarpun Anda tidur di kamar seribu tikar, Anda hanya bisa tidur di atas satu tikar saja.” Benar juga pepatah itu. Meski kita memiliki puluhan mobil, tetap saja kita hanya bisa menggunakan satu mobil untuk berkendara. Meski kita mampu membeli makanan yang sedemikian banyak dan mewah, perut kita memiliki daya tampung yang sangat terbatas. Meski kita punya banyak materi dan uang yang melimpah, semuanya itu akan ditinggalkan ketika kita meninggal.

Kita tidak harus memiliki semua yang kita ingini, karena apa yang kita ingini belum tentu baik buat kita. Untuk itulah kita harus mensyukuri dengan apa yang kita miliki sekarang. Mengucap syukur dalam segala hal adalah kunci dari hidup berkecukupan. Tidak mengucap syukur dalam segala hal adalah kunci dari hidup berkekurangan.

Walaupun Anda memiliki puluhan kasur, 
pada akhirnya Anda hanya bisa tidur di atas satu kasur.


Sumber:
1. Wisdom Of God.
2. Renungan Harian Manna Sorgawi Selasa, 29 April 2014

Wednesday, July 16, 2014

Keunikan Adalah Hasil Kreativitas - Kejadian 1:1; Pengkhotbah 9:10

Johanes Djauhari adalah seorang yang kreatif, ia gemar dengan dunia desain grafis. Kegemarannya itu membuat dirinya tertarik untuk merakit mesin pencetak 3D. Hal itu pun telah menjadi kenyataan! Dengan memanfaatkan teknologi open source, printer 3D yang dirakit Johanes dapat mencetak dokumen digital menjadi benda tiga dimensi. Ia membuat mesin pencetak 3D itu karena suatu alasan. Johanes bekerja sebagai desainer produk suatu barang. Beberapa klien yang ingin membuat produk kepada Johanes, terkadang tidak puas jika hanya melihat desain produknya dalam bentuk dokumen digital. Klien itu lebih puas bila mereka dapat melihat bentuk fisik dari produk tersebut, walaupun dalam ukuran kecil. Inilah alasan Johanes membuat printer 3D. 

3D printing merupakan proses cetak berlapis untuk membentuk benda padat dengan perspektif tiga dimensi yang dapat dipegang dan memiliki volume. Materi yang digunakan adalah plastik. Sebenarnya, printer 3D bukan barang yang baru. Beberapa negara sudah ada yang memproduksi dan menjualnya. Bahkan, di online market pun sudah dijual bebas. Namun, di Indonesia masih jarang pemakainya. Johanes berhasil membuat terobosan baru di dunia bisnis Indonesia. Dia benar-benar kreatif! Kreatif artinya adalah memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu. Printer 3D yang dibuat Johanes masuk dalam dunia perdagangan. Ia membuka pre-order dengan harga Rp. 10 juta. Setelah masa pre-order berakhir pada September 2013, printer 3D dibanderol Rp. 12 juta. Kerja kerasnya dibayar mahal!

Kreatif tidak hanya dimiliki orang seni saja, tetapi kreatif seharusnya dimiliki juga oleh semua anak Tuhan. Sebagai anak Tuhan, kita dituntut untuk kreatif dalam bidang yang kita tekuni, karena kita hidup di zaman teknologi yang semakin maju. Tuhan yang kita sembah pun adalah Tuhan yang kreatif. Ia menciptakan langit dan bumi. Kata "menciptakan" di dalam bahasa Ibrani adalah bara yang memiliki pengertian, Tuhan menciptakan sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada. Sebagai anak-anakNya, kita juga mewarisi kemampuan untuk menciptakan sesuatu. Hanya saja, kita cuma dapat menciptakan dari materi yang sudah ada menjadi materi yang baru. Kreatif juga tidak harus selalu membuat sesuatu yang benar-benar baru seperti Thomas Alfa Edison yang dapat menciptakan lampu listrik. Jadi kreatif juga bisa diartikan, menciptakan sesuatu yang sudah ada menjadi lebih unik. Keunikan adalah hasil dari kreativitas. Seperti Johanes yang kreatif, ia berhasil memuaskan kliennya dengan contoh produk dalam bentuk tiga dimensi, di saat orang lain hanya dapat memuaskan kliennya dengan contoh produk dalam bentuk dua dimensi. 

Untuk itu, mari kita lebih kreatif lagi di dalam setiap tanggung jawab yang Tuhan sudah percayakan kepada kita, sehingga hasil dari kreativitas kita dapat bermanfaat bagi banyak orang, terutama dapat memuliakan nama Tuhan!   


Kreativitas sudah dimiliki oleh setiap anak Tuhan. 
Muncul atau tidaknya, tergantung masing-masing pribadi.





Sumber:
1. Wisdom Of God.

2. Renungan Harian Manna Sorgawi Jumat, 25 April 2014

Tuesday, July 15, 2014

Evaluasi Diri - Mazmur 90:1-11

Seorang bocah laki-laki masuk ke dalam sebuah toko. Ia mengambil peti minuman dan mendorongnya ke dekat telepon umum koin. Lalu ia naik ke atasnya, sehingga ia bisa menekan tombol angka di telepon dengan leluasa. Ditekannya tujuh digit angka. Si pemilik toko memerhatikan tingkah bocah ini dan menguping percakapan teleponnya. Bocah itu berkata, "Selamat siang Bu, bisakah saya mendapatkan pekerjaan memotong rumput di halaman rumah Ibu?" Ibu di ujung telepon sebelah sana berkata, "Maaf, saya sudah punya orang kepercayaan untuk mengerjakannya." Bocah laki-laki ini tetap berusaha, "Ibu bisa bayar saya setengah upah dari orang itu." Dengan tersenyum ibu itu berkata, "Terima kasih, tetapi saya sudah sangat puas dengan hasil kerja orang itu." Dengan sedikit memaksa bocah ini berkata, "Saya juga akan menyapu pinggiran trotoar Ibu dan saya jamin di hari Minggu nanti, halaman rumah Ibu akan jadi halaman yang tercantik di antara rumah-rumah yang berada di kompleks perumahan Ibu." Ibu itu akhirnya menjelaskan, "Sekali lagi terima kasih Nak, Anda tidak perlu repot-repot, karena sudah ada orang kepercayaan saya yang mengerjakannya. Dia sudah membuat halaman rumah saya sangat indah. Ia tidak hanya memotong rumput liar, tetapi ia juga menghias rumput tersebut dengan bunga-bunga. Bahkan, tetangga di sebelah saya memuji halaman rumah saya. Saya sudah sangat puas dengan hasil pekerjaan orang kepercayaan saya!" Dengan senyuman di wajahnya, bocah laki-laki itu menaruh kembali gagang telepon. Si pemilik toko yang dari tadi mendengarkan, menghampiri bocah itu. Pemilik toko itu berkata,  "Nak, aku suka dengan sikapmu, semangat positifmu, dan aku ingin menawarkanmu pekerjaan, karena kelihatannya kamu sangat menginginkan pekerjaan." Bocah laki-laki itu tersenyum dan berkata, "Tidak, terimakasih. Tadi saya hanya ingin mengevaluasi, apakah pekerjaan saya sudah bagus atau belum. Sebenarnya, saya adalah orang kepercayaan Ibu tadi."

Seperti bocah laki-laki itu, sebaiknyalah kita mengevaluasi diri untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik. Kita dapat mengevaluasi diri dalam hal apapun, hanya dengan bertanya kepada orang-orang di sekitar kita. Kita juga dapat mengevalusi dengan menilai diri kita sendiri, tentunya dibutuhkan kejujuran bila ingin mengevaluasi diri sendiri! Alangkah baiknya jika kita dapat mengevaluasi diri pada pagi hari sebelum melakukan aktifitas sehari-hari, tentang apa yang kita sudah kerjakan pada hari kemarin untuk memastikan kualitas hidup yang lebih baik pada hari ini! Ayat yang sudah kita baca menjelaskan, bahwa kehidupan kita sebagai manusia di bumi ini sangat singkat. Umur kita pun juga terbatas. Untuk itu, sangat penting untuk mengevaluasi diri, sehingga kita dapat memanfaatkan waktu dengan baik di setiap harinya. Jangan pernah menyia-nyiakan satu hari, karena kita dapat hidup di hari ini pun adalah karena anugerah dari Tuhan. 

Mengevaluasi diri bukan tanda dari kelemahan seseorang, 
tetapi tanda kekuatan seseorang!

Thursday, June 12, 2014

Doa Sebagai Alibi - Yakobus 2:14-26

Sebuah keluarga petani baru saja mendapatkan informasi bahwa gerombolan teroris sedang bersiap-siap menyerbu desa mereka pada malam itu. Mereka ketakutan membayangkan apa yang akan terjadi, tetapi mereka merasa tidak berdaya untuk menolong warga desa. Gerombolan teroris itu telah menebar ancaman dan memaksa siapa pun untuk bungkam. Dalam ketakutan yang mencekam, sang petani mengajak keluarganya untuk berdoa, "Tuhan, kami tidak dapat berbuat apa-apa, hanya Tuhan yang dapat menolong, kami hanya dapat berdoa." Pada saat itu, anak perempuannya menyelinap keluar. Ia berlari untuk membangunkan seluruh penduduk desa setempat dan memperingatkan mereka. Ketika ia berlari pulang, gerombolan teroris itu pun datang. Tidak segan gerombolan tersebut menembak gadis kecil ini, dan langsung roboh seketika. Namun semua penduduk berhasil mengungsi, dan mereka semua selamat karena gadis kecil itu.

Apabila kita di posisi keluarga petani itu, kita akan mengerti situasi kondisinya. Seakan-akan tidak ada jalan bagi mereka kecuali berdoa. Kita dapat mengerti bagaimana terjepitnya keadaan mereka. Bahkan, mereka menyempatkan diri untuk berdoa pada saat keadaan sedang tegang. Sepertinya mereka mempunyai nilai lebih dalam hal ini, yaitu tidak panik di dalam menghadapi masalah. Namun bila kita renungkan, justru doa mereka hanya sebagai alibi! Memang keadaan mereka terlihat sepertinya tidak memungkinkan untuk menolong seluruh penduduk desa, karena nyawa mereka juga terancam. Namun sebenarnya, mereka menyerah karena keadaan, bukan berserah kepada Tuhan. Mereka lebih memilih berdoa, ketimbang berbuat sesuatu. Doa terlalu cepat dijadikan jalan terakhir dalam menghadapi suatu persoalan. 

Acap kali, pada saat masalah bertubi-tubi menerpa, kita langsung berdoa, seakan-akan berserah penuh kepada Tuhan, tetapi tidak melakukan apa-apa. Firman Tuhan hari ini mengingatkan kita, apa gunanya orang yang memiliki iman tetapi tidak bertindak? Apakah iman seperti itu akan menyelamatkan kita dari suatu masalah? Abraham disebut bapak orang beriman karena perbuatan-perbuatannya. Jadi, iman tanpa perbuatan pada hakikatnya adalah mati, kosong, tidak ada guna! Berdoa kepada Tuhan atas masalah yang terjadi dalam hidup kita, tetapi tidak berbuat sesuatu, itu sama saja dengan menyerah! Ketika semua keluarga petani itu berdoa dengan berkata, "Kami tidak dapat berbuat apa-apa," seorang gadis kecil berpikir, "Apakah betul kita tidak bisa berbuat apa-apa?" Untuk itulah, ia melakukan suatu tindakan, yang akhirnya dapat menyelamatkan seluruh penduduk desa. Gadis itu tidak berhenti berdoa, ia tetap berdoa, namun ia melanjutkan doanya dalam bentuk tindakan! 

Berdoa tanpa tindakan hasilnya adalah sia-sia, begitu pula dengan tindakan tanpa doa, hasilnya juga sia-sia. Mari kita belajar keseimbangan hidup di dalam berdoa dan bertindak, sehingga doa kita tidak hanya sekadar sebagai alibi karena kemalasan kita untuk bertindak. 

Berdoa tanpa tindakan sama dengan menyerah. 
Berdoa dengan tindakan sama dengan berserah kepada Tuhan.




Sumber:
1. Wisdom Of God.
2. Renungan Harian Manna Sorgawi Kamis, 25 Februari 2014

Wednesday, June 11, 2014

Think Twice! - Pengkhotbah 12:1

Bagi orang percaya, nama Salomo sudah tidak asing lagi di telinga. Dia adalah Raja Israel yang berkuasa, persediaan makanannya lebih dari cukup, memiliki hikmat yang luar biasa, menggubah tiga ribu amsal, kaya, penulis sebagian dari Kitab Mazmur, penulis Kitab Amsal, Kitab Kidung Agung, dan Kitab Pengkhotbah. Ia juga mendirikan Bait Suci, memiliki tujuh ratus istri dan tiga ratus gundik. Melihat prestasinya, tentu banyak hal yang dapat dipelajari dari Raja Salomo. Kali ini kita belajar dari Raja Salomo di masa tuanya. Kitab Pengkhotbah adalah kitab yang ditulis oleh Raja Salomo di usianya yang sudah lanjut. Dalam kitab ini banyak sekali kata-kata ungkapan penyesalan dari seorang Raja Salomo karena perbuatan di masa mudanya. Ungkapan tersebut antara lain adalah "segala sesuatu adalah sia-sia", "segala sesuatu menjemukan", dan "usaha yang dilakukannya adalah usaha menjaring angin".   

Kenapa Salomo sampai bisa berkata seperti itu? Bukankah ia seorang raja yang punya segalanya? Di dalam Pkh 12:1 dikatakan, "Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu, sebelum tiba hari-hari yang malang dan mendekat tahun-tahun yang kaukatakan: Tak ada kesenangan bagiku di dalamnya!" Salomo menyesal di dalam hidupnya, karena ia tidak berpegang pada perintah Tuhan di masa mudanya. Seandainya Salomo berpikir dua kali atau think twice dan mengingat kepada Sang Pencipta, dia tidak akan menyesali masa mudanya. 

Banyak hal yang akhirnya kita sesali karena kita tidak berpikir jauh ke depan pada saat melakukan sesuatu. Padahal, berpikir dua kali tidak memerlukan waktu yang lama, paling hanya membutuhkan beberapa detik. Waktu kita mengalami suatu kejadian, kita harus memikirkan tindakan kita, kira-kira apa akibat yang akan terjadi apabila kita melakukan tindakan itu dan pikirkanlah, apakah Tuhan berkenan atas tindakan kita? Misalkan, apabila kita sedang mengendarai mobil, lalu diserempet mobil lain, respons pertama kita tentu akan marah. Dan rasanya ingin turun dari mobil, lalu langsung menghajar orang yang menyerempet mobil kita. Tetapi dengan berpikir dua kali, yang hanya membutuhkan beberapa detik, maka kita dapat berpikir jauh ke depan. Seandainya kita memukulnya, lalu apa yang akan kita dapatkan? Tentu hanya kepuasan sementara. Dengan berpikir dua kali, kita akan menyadari betapa bodohnya apabila kita melakukan hal tersebut, karena tindakan tersebut akan merugikan diri kita sendiri pada akhirnya nanti. Untuk itu, sangat penting untuk think twice.

Berpikir dua kali hanya menghabiskan beberapa detik dari 86.400 detik yang tersedia setiap hari, tetapi mempunyai kekuatan yang luar biasa apabila kita menggunakannya dengan baik. Seandainya Salomo sudah belajar tentang hal ini, ia tidak perlu bertobat di usianya yang sudah tua. Ia dapat melakukannya di usianya yang masih muda! Kita beruntung dapat belajar hal ini sekarang, sehingga kita tidak perlu menyesal di kemudian hari. Berpikirlah dua kali!

Bertindak tanpa berpikir dua kali 
akan membuat hidup kita penuh penyesalan.





Sumber:
1. Wisdom Of God.
2. Renungan Harian Manna Sorgawi Senin, 24 Februari 2014

Tuesday, April 22, 2014

Sukses Menjadi Orang Gagal - 1 Raja-Raja 11:43; 12:1-8


Pernahkah Anda mendengar kalimat seperti ini, "Nah, kan! Kejadian juga. Saya sudah nasihati sebelumnya, tetapi kamu mengabaikannya!" Biasanya kalimat seperti ini muncul ketika orang tua menasihati anaknya yang mengalami suatu kejadian yang tidak mengenakkan. Tetapi, tidak jarang perkataan tersebut juga dikatakan kepada orang dewasa yang dinasihati oleh teman atau atasannya. Mungkin tadinya, orang yang dinasihati tersebut berpikir bahwa dia yang paling tahu akan segalanya, sehingga tidak membutuhkan bantuan atau nasihat dari orang lain.

Itulah yang dialami oleh Rehabeam. Ia menggantikan posisi ayahnya sebagai raja bangsa Israel, setelah Salomo dimakamkan di kota Daud. Rakyatnya menginginkan keringanan tanggungan yang dibebankan kepada mereka selama masa pemerintahan Salomo, raja sebelumnya, yang sekaligus adalah ayah dari Rehabeam sendiri. Memang Rehabeam meminta nasihat kepada para tua-tua bangsa yang biasa mendampingi Salomo semasa hidupnya. Namun, setelah ia menerima nasihat tersebut, ia mengabaikannya. Ia bersikap tak acuh terhadap tua-tua bangsa yang pernah mendampingi Salomo. 

Rehabeam mengabaikan nasihat para tua-tua bangsa itu. Rehabeam seharusnya tahu bahwa tua-tua bangsa yang biasa mendampingi Salomo itu adalah orang-orang yang berpengalaman dan bijak. Mereka tahu persis pekerjaan berat yang telah ditanggungkan kepada rakyat selama masa pemerintahan Salomo. Namun, amat disayangkan karena Rehabeam lebih memilih mendengarkan nasihat orang-orang muda sebayanya, yang tidak dapat memahami penderitaan rakyat. Akhirnya, kerajaan Israel pun pecah menjadi dua kerajaan, yaitu: Kerajaan Selatan (Yehuda) dan Kerajaan Utara (Israel). Rehabeam sukses menjadi orang yang gagal dalam masa pemerintahannya karena tindakannya yang mengabaikan nasihat orang-orang yang lebih berpengalaman.

Ada beberapa orang yang berpikir, bahwa nasihat akan membatasi kesenangan hidupnya. Sehingga, tidak sedikit orang yang akhirnya mengabaikan nasihat dari orang-orang yang lebih berpengalaman, lebih jernih di dalam melihat masalah, atau lebih bijak di dalam membuat keputusan. Mereka merasa seperti orang yang sudah tahu segalanya, sehingga pendapat dan nasihat orang-orang ini tidak didengarkan, karena tidak masuk hitungan bagi mereka. Tidak jarang pula, penderitaan atau petaka akhirnya terjadi di dalam hidup mereka. Memang penyesalan hidup selalu datang terlambat. Kira-kira, itulah yang dialami oleh orang yang selalu mengabaikan nasihat yang baik seperti halnya Rehabeam. 

Bila Anda ingin sukses menjadi orang yang gagal, abaikanlah setiap nasihat yang diberikan kepada Anda! Ikutilah nasihat yang hanya mengedepankan kedagingan dan keinginan Anda semata!


Orang yang mengabaikan nasihat, 
sama dengan orang yang sukses menjadi orang yang gagal.



Sumber: 
1. Wisdom Of God.
2. Renungan Harian Manna Sorgawi Kamis, 23 Januari 2014

Thursday, April 3, 2014

Modal Yang Terpendam - Amsal 22:29; Keluaran 4:10-13

Charles Proteus Steinmetz adalah seorang ahli matematika dan insinyur listrik. Ia merancang generator-generator yang menghidupkan jalur-jalur produksi di General Electric, perusahaan milik Henry Ford di Dearborn, Michigan. Beberapa waktu setelah Charles Steinmetz pensiun, generator-generator itu mati, sehingga seluruh pabrik itu berhenti. Insinyur-insinyur GE tidak dapat menemukan masalahnya, jadi Ford menelepon teman lamanya Steinmetz. Steinmetz mengotak-atik meteran, menaik-turunkan tuas, mencoba tombol-tombol, menandai dengan kapur dan setelah beberapa jam menggerak-gerakkan saklar utama. Motor-motor mulai berjalan, dan mesin produksi tersebut kembali normal. Ford sangat senang atas kerja dari Steinmetz. Beberapa hari kemudian, Ford menerima tagihan dari Steinmetz sebesar $10.000. Ford menganggap tagihan ini terlalu besar dan ia menulis surat kepada temannya, “Charles, rasanya terlalu mahal tagihan sebesar $10.000 ini untuk orang yang hanya sebentar mengotak-atik beberapa motor.” Steinmetz menulis tagihan baru dan mengembalikannya kepada Tuan Ford, “Henry, untuk mengotak-atik motor, $1; untuk mengetahui apa yang harus diotak-atik, $9.999.” 

Akhirnya Ford membayar tagihan tersebut. Apa yang tidak dimiliki oleh para insinyur GE, ternyata dimiliki oleh Steinmetz. Ford tidak memiliki insinyur listrik yang setara kecakapannya dengan Steinmetz, sehingga Ford harus memanggil kembali Steinmetz. Pada dasarnya, setiap manusia dilahirkan dengan berbagai macam kemampuan atau kelebihan. Kemampuan itu seringkali diartikan sebagai bakat yang menjadi modal bagi kita untuk menjalani hidup di dunia ini. Sayangnya, masih banyak orang yang belum mengetahui bakatnya, bahkan hingga tua pun ia belum mengetahui bakatnya. Itu sebabnya tidak heran jika ia tidak mengembangkan bakatnya dengan sebaik-baiknya karena ia tidak tahu bakatnya.

Pada saat Tuhan memerintahkan Musa untuk memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir, ia merasa tidak mampu. Ia merasa dirinya tidak pandai bicara dan tidak pantas diutus. Padahal usia Musa pada saat itu sudah tergolong dewasa. Seringkali kita seperti Musa, kita sudah takut terlebih dahulu akan tugas yang diberikan kepada kita, sehingga bakat kita tidak tertantang untuk berkembang dan kita membuat batasan kepada diri sendiri dengan berkata "Aku tidak mampu!" Jadi yang membuat kita tidak mampu, tidak berkembang, sehingga bakat alami kita menjadi terpendam sebenarnya adalah diri kita sendiri.

Sejarah selalu mengajarkan kepada kita, bahwa orang-orang yang mau mengembangkan bakatnya akan selalu dikenang dan dibayar mahal seperti halnya Steinmetz. Bakat atau modal yang sejak lahir kita miliki akan terkubur percuma, bila kita tidak pernah mau berusaha untuk mengembangkannya. Untuk itu, mari kita bijak melihat, apa yang menjadi bakat kita dan sungguh-sungguh mempunyai kerinduan untuk mengembangkannya.


Terkadang alasan "aku tidak mampu" bersumber dari kemalasan seseorang.


Sumber: 
1. Wisdom Of God
2. Renungan Harian Manna Sorgawi Rabu, 22 Januari 2014

Wednesday, March 26, 2014

Pacaran Setelah Menikah - Efesus 5:25 & 33

Tedjo dan Tini adalah sepasang kekasih yang sudah lama berpacaran. Akhirnya, mereka memutuskan untuk menikah. Mereka berjanji untuk setia sampai tua, seperti yang biasa diucapkan pada janji pernikahan. Luar biasanya, kehidupan pernikahan mereka tidak hanya sekadar sebuah ucapan janji nikah saja, tetapi mereka menjalaninya dengan setia hingga menjadi teladan bagi banyak orang. Tedjo dan Tini berjemaat dalam sebuah gereja kecil di daerah yang cukup terkenal. Di usianya yang sudah tua, tidak jarang mereka bergandengan tangan menunjukkan kemesraan, sekali pun di dalam gereja. Walaupun sudah tua, mereka tetap menjadi teladan bagi anak-cucu mereka, bahkan saudara-saudara seiman lainnya. Roni dan Rini adalah contoh yang lain. Kehidupan pernikahan mereka juga menjadi teladan bagi anak-anak dan keponakan-keponakan mereka. Usia mereka juga sudah tua, tetapi tetap saja sesekali Roni memberi kejutan kepada istrinya. Suatu hari, Roni memberi kejutan jalan-jalan ke luar negeri kepada istrinya. Dia menyiapkan segala-galanya begitu rupa sehingga anak-anaknya pun tidak diberi tahu akan rencana ini. Beberapa jam sebelum keberangkatan, Roni mempersembahkan kejutan itu kepada istrinya. Sontak, istrinya sangat kaget mendengar hal itu. Dengan senang hati, Rini mengikuti rencana Roni. Seorang pendeta dan istrinya yang juga seorang pendeta, juga memberi teladan yang baik dalam hal pernikahan. Rumah tangga mereka tidak sempurna, pasti ada saja masalah yang terjadi. Usia pernikahan mereka sudah lebih dari 27 tahun, namun kemesraan di antara mereka berdua tidak pernah reda. Pak pendeta ini pun tidak jarang mencium istrinya di depan jemaat dalam acara-acara tertentu.

Apa yang menjadi rahasia pernikahan mereka sehingga semua dapat berjalan langgeng selama puluhan tahun? Jawabannya sangat sederhana! Mereka tetap berpacaran, sekali pun sudah menikah. Tedjo dan Tini tetap bergandengan tangan menunjukkan kemesraan sekali pun usia mereka sudah tua, Roni sering memberi kejutan-kejutan kepada istrinya, sekali pun usia mereka juga sudah tua dan pak pendeta juga tidak jarang melancarkan ciuman kepada istrinya, sekali pun usia mereka sudah tua. Hal yang mereka lakukan sebelum menikah, tetap mereka lakukan setelah menikah. Ya! Mereka tetap berpacaran setelah menikah, itulah rahasianya. Banyak orang tidak pernah melakukan lagi di kehidupan pernikahannya, hal-hal yang pernah mereka lakukan saat mereka masih berpacaran. Mungkin mereka berpikir bahwa pacaran hanya dilakukan untuk masa sebelum menikah saja. 

Salah satu bentuk mengasihi pasangan kita adalah dengan menyatakan kasih kita lewat perkataan dan tindakan nyata seumur hidup. Pacaran seharusnya dilakukan seumur hidup dengan pasangan kita bukan hanya sebelum pernikahan saja, tetapi juga harus dilakukan setelah menikah.


Berpacaran sebelum menikah adalah hal yang biasa, 
tetap berpacaran setelah menikah adalah hal yang luar biasa!



Sumber: 
1. Wisdom Of God.
2. Renungan Harian Manna Sorgawi Selasa, 21 Januari 2014.

Thursday, March 6, 2014

Mempersembahkan Remah-Remah - Maleakhi 1:6-8



Feli adalah seorang pegawai swasta, sekaligus  pelayan Tuhan. Ia bekerja keras untuk mendapatkan penghasilan yang baik. Ternyata memang kinerjanya sangat baik, sehingga atasannya mempromosikan Feli naik jabatan. Jabatan naik, penghasilannya pun naik. Namun ada harga yang harus dibayar. Hampir setiap hari ia harus bekerja lembur. Akhirnya, ia tidak bisa pelayanan di gereja lagi, padahal dia adalah salah satu pemusik gereja. Pemusik gereja harus latihan sebelum ibadah hari Minggu. Biasanya latihan diadakan di hari biasa, namun karena tuntutan jabatan dan pekerjaannya, Feli tidak bisa ikut latihan musik seperti dulu lagi. Sehingga Feli tidak bisa pelayanan di hari minggu. Sekalipun terkadang Feli ikut pelayanan, itu pun karena ia dapat pulang lebih awal dari pekerjaannya.
     
Dalam cerita yang lain, ada seorang yang bernama Tono. Ia adalah seorang hamba Tuhan dalam sebuah gereja. Tono selalu berpikir realistis. Bahkan dalam memberi persembahan persepuluhan di gerejanya saja juga realistis. Bila ia merasa penghasilannya tidak cukup untuk memberikan persembahan persepuluhan, maka ia tidak akan memberikannya! Jadi Tono akan memberikan persembahan persepuluhan bila ada penghasilan lebih.

Tono memiliki seorang teman yang bernama Lusi. Perilakunya pun mirip dengan Tono. Lusi jarang mempersiapkan uang kolekte di rumah untuk persembahan di gerejanya. Jadi, pada saat kolekte diedarkan, baru kemudian Lusi mengambil uang di dompetnya. Ia selalu mengambil seadanya saja dan memilih nominal yang paling kecil di dalam dompetnya. Bila di dompetnya hanya ada uang seribu rupiah dan lima ribu rupiah, tentu yang dipilih adalah seribu rupiah, sekalipun uang seribu rupiahnya sudah lusuh!

Feli, Tono, dan Lusi hanya mempersembahkan "remah-remah" atau sisa dari yang mereka miliki untuk Tuhan. Seharusnya, Feli dapat membagi waktu antara pelayanan dan pekerjaan, sehingga tidak memberikan waktu sisa untuk Tuhan dalam bentuk pelayanan. Tono seharusnya dapat menyisihkan terlebih dahulu untuk persembahan persepuluhan pada saat ia mendapatkan penghasilan bulanannya, bukan malah menyisakannya. Lusi sudah seharusnya mempersiapkan kolekte dari rumah, bahkan ia dapat menyiapkan persembahan kolekte tersebut setelah ia mendapatkan penghasilan bulanan.

Tanpa disadari, terkadang kita suka memberi "remah-remah" kepada Tuhan. Baik dalam tenaga, waktu, dan materi. Sama seperti para imam di zaman Maleakhi, yang mempersembahkan binatang buta, timpang dan sakit. Tuhan menyebut hal ini sebagai kejahatan! "Remah-remah" bukan saja tidak cukup dalam pandangan Tuhan, tetapi dipandang jahat! Untuk itu, mari kita mempersembahkan dengan persembahan yang terbaik untuk Tuhan. Bukan sekadar memberi saja, tetapi mempersembahkan dengan kasih.

Mempersembahkan "remah-remah" untuk Tuhan 
sama saja dengan memberi makanan sisa untuk hewan piaraan kita.

Friday, February 28, 2014

Painkiller - Markus 15:23


Kenapa Yesus menolak anggur yang bercampur dengan mur itu? Bukankah Ia seharusnya membutuhkan cairan yang lebih banyak pada saat itu karena kondisi tubuhNya yang sedang letih sehabis memikul salib? Matthew Henry mengatakan bahwa sudah menjadi kebiasaan untuk memberikan anggur kepada orang yang dihukum mati dan mereka memberiNya anggur, tetapi bercampur mur, yang rasanya pahit dan memuakkan. Dia mengecapnya, tetapi tidak mau meminumnya. Dia bersedia mengakui pahitnya anggur itu, tetapi keuntungannya tidak. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah keuntungan dari anggur bercampur mur tersebut? Anggur yang bercampur dengan mur adalah minuman yang pahit rasanya, tetapi berkhasiat. Apabila Yesus meminumnya, rasanya seperti dibius dan sakit yang dirasakanNya akan berkurang, sehingga penderitaan yang Dia alami akan berkurang. Itulah sebabnya Yesus menolak minuman tersebut. Yesus tahu bahwa pada saat itu Dia sedang memikul hukuman dosa seluruh umat manusia, yang berarti Dia tidak ingin melewati bagian penderitaanNya.

Sejenak kita perhatikan sebuah film yang berjudul "Click". Click adalah sebuah film yang keluar tahun 2006 dengan Adam Sandler sebagai pemeran utama. Dia berperan sebagai seorang kepala keluarga yang bernama Michael Newman. Click bukan film rohani, melainkan film sekuler, tetapi banyak hal yang dapat kita pelajari dari film ini. Michael adalah seorang kepala keluarga yang mempunyai ambisi untuk naik jabatan sehingga dapat membahagiakan keluarganya. Suatu hari, ia mendapatkan sebuah alat kendali multifungsi. Michael sangat senang mendapatkan alat ini, karena salah satu fungsi alat kendali ini adalah dapat melewatkan bagian-bagian kehidupan yang dia tidak sukai. Misalkan, waktu dia bertengkar dengan istrinya, dia tidak ingin merasakan hal itu, sehingga ia mempercepat kehidupannya dan melewatkan konflik tersebut. Suatu kali, atasannya berjanji untuk mempromosikannya, tentunya dengan jabatan yang lebih tinggi. Karena Michael tidak sabar menunggu, akhirnya dia mempercepat kehidupannya sampai pada saat promosi yang sudah ditetapkan oleh atasannya itu. Karena terlalu sering mempercepat kehidupannya dan melewatkan bagian yang tidak disukai, tanpa disadari usia Michael sudah tua. Michael baru sadar di usianya yang sudah tua, bahwa ternyata dia telah melewati momen-momen penting yang seharusnya dia rasakan, walaupun mungkin momen itu tidak menyenangkan.

Film ini memang hanya sebuah film fiksi, tetapi ada pelajaran penting di sini, bahwa proses kehidupan itu sangat penting. Justru yang membuat hidup lebih indah adalah pada saat kita harus menghadapi penderitaan yang tidak menyenangkan. Jangan lari dari masalah, tetapi hadapilah bersama Tuhan, walaupun terasa sakit. Ingatlah, Yesus tidak pernah mengurangi rasa sakit dalam penderitaanNya, walaupun sebenarnya Ia mampu.


Melewati bagian penderitaan kehidupan dengan lari dari masalah 
sama saja dengan melupakan Tuhan.


Sumber: 
1. Wisdom Of God
2. Renungan Harian Manna Sorgawi 15 November 2013

Monday, February 10, 2014

8 Berkat Dukungan Pada Tanggal 8

 Launching DREAMS Book
08.02.2014


Sabtu tanggal 8 februari kemarin adalah salah satu hari yang terindah dalam hidup saya. Karena akhirnya salah satu mimpi saya terwujud. Ya! Saya punya mimpi untuk menerbitkan buku berjudul DREAMS. Dengan berdoa dan bekerja keras akhirnya buku DREAMS pun telah terbit! Sebenarnya buku ini sudah terbit dari bulan Desember 2013, hanya saja saya baru membuat acara launchingnya di bulan februari ini. Lagipula memang belum masuk ke toko buku resmi. Keinginan semula sebenarnya ingin bulan Januari, hanya saja banyak hal yang harus dipertimbangkan, akhirnya saya memutuskan untuk mengadakan acara launching DREAMS book di bulan Februari.

Puji Tuhan banyak kejutan di acara ini! Bahkan saya sendiri pun sampai terharu atas anugerah Tuhan. Saya sendiri tidak memiliki dana khusus untuk mengadakan acara launching DREAMS book, tapi orang-orang di sekitar saya yang akhirnya membantu saya dan mendukung acara ini supaya tetap berlangsung. Dukungan itu pun berlangsung dari orang-orang terdekat saya.


Pertama, saya tidak memiliki dana untuk menyewa gedung atau tempat tertentu. Akhirnya saya berinisiatif untuk bertanya kepada gereja tempat saya berjemaat, supaya saya dapat diberi izin mengadakan acara ini. Di sisi lain, memang saya juga memiliki keinginan untuk dapat mengadakan acara ini di "rumah" saya sendiri. Tanpa pikir panjang, akhirnya Wakil Gembala I GBI AlBerTa - Pdp. Karmelia Suryanto Komala, S.E., M.Div. langsung memberi izin. Tentu saya sambut dengan hati yang gembira!


Kedua, saya minta hari sabtu jam 6 sore, di mana seharusnya ada ibadah remaja atau AYT (AlBerTa Youth Team). Puji Tuhan! Pembina, ketua dan staff AYT pun tidak keberatan untuk saya mengadakan acara ini. Bahkan mereka membantu terlaksananya acara launching DREAMS book dalam bentuk dana, waktu, dan tenaga, tanpa saya harus minta tolong secara langsung.

Ketiga, saudara saya yang bernama Gracelina Sutedjo bersedia meliput acara ini dengan sukarela dan sukacita! Tentunya saya yang memang minta secara langsung, puji Tuhan! Saat itu ia tidak ada kerjaan atau kegiatan lainnya. Karena dia biasa juga meliput acara pernikahan atau event-event lainnya. Jadi foto-foto yang ada dalam blog ini adalah hasil jepretannya.

Keempat, tadinya saya pikir tidak usah ada makanan. Tapi setelah dipikir-pikir, kayanya perlu juga ada makanan, karena saya juga mengundang beberapa orang yang notabene bukan jemaat GBI AlBerTa. Puji Tuhan! Mami saya turut andil dalam hal ini, dia membeli pastel dan lontong untuk makanan ringannya. Tidak lama kemudian, OO (tante) saya pun turut menyumbang minuman, padahal saya tidak memintanya. Dan hari-H tiba-tiba ada tukang antar makanan dari J.Co Donuts, tukang itu mengantar donat beberapa lusin! Saya terkejut, karena saya tidak memesannya. Ternyata ketua AYT (Raymond Hioeras) yang memesannya. Dia memang sengaja membeli J.Co. khusus untuk acara launching DREAMS book. Saya pun shock, campur terharu, campur senang!

Kelima, tanggal 6 februari, yaitu 2 hari sebelum hari-H, sore hari sebelum kuliah, saya mendapat telepon dari salah satu staf www.benih.com yang bernama Pak Yosua. Dia berkata bahwa benih.com ingin mendukung acara launching DREAMS book. Tentu saya sangat senang sekali! Saya terima langsung tawaran tersebut. Benih.com memberikan beberapa voucher untuk memeriahkan dan mendukung acara ini. Inilah pertama kalinya buku DREAMS saya berkerjasama langsung dengan toko buku rohani Kristen yang resmi.

Keenam, peserta atau jemaat yang hadir pun menyambut acara launching DREAMS book dengan sukacita! Dukungan mereka sangat penting! Tanpa kehadiran mereka, tidak mungkin acara ini terlaksana. :)

Ketujuh, keluarga saya pun hadir semua! Dari papi, mami, dan koko! Bahkan keluarga besar Sutedjo pun menyempatkan untuk hadir, walau tidak semuanya yang datang. Tapi tetap saya sukacita sekali, karena didukung juga oleh keluarga saya. Om saya yang pendeta-pendeta pun juga hadir! Bahkan oma saya juga datang ke acara launching DREAMS book ini. Senang sekali! :D

Kedelapan, orang-orang yang secara langsung mendukung saya dalam acara ini lewat ucapan dan doa, yang tentunya saya tidak bisa sebutkan satu persatu orang-orangnya. Ucapan dan doa kalian benar-benar memberiku kekuatan! Terima kasih!
Kira-kira, itulah 8 berkat berupa dukungan yang saya terima pada tanggal 8 februari kemarin, sehingga acara launching DREAMS book dapat terlaksana dengan baik. Jujur, saya sangat terharu atas dukungan dan kerja keras panitia "cabutan". Saya sendiri pun juga sadar, bahwa dalam buku DREAMS masih banyak kekurangan. Baik dalam kesalahan penamaan seseorang, layout, ukuran buku yang berbeda tiap kali dicetak, warna yang berbeda tiap kali dicetak, kata-kata yang tidak sesuai dengan EYD, dll. Untuk itu, saya berjanji akan menyempurnakannya kembali! Puji Tuhan proses ini sudah berlangsung, dan sudah semakin baik.

Tentunya mimpi saya tidak berhenti sampai di "titik" ini. Saya berjanji kepada diri saya sendiri, kepada papi saya, dan orang-orang terdekat saya, bahwa saya akan menulis buku kembali dengan judul yang berbeda. Saya memiliki program pribadi, yaitu program "1 Year, 1 Book". Inilah salah satu mimpi saya. Saya sadar bahwa program tersebut sangat sulit, namun ini tekad saya! Karena sebagai pengkhotbah saya sadar, bahwa setelah saya meninggal, saya tidak akan bisa berkhotbah lagi, tetapi dengan menulis buku, tulisan saya akan selalu memberkati bagi orang yang membacanya, sekalipun saya sudah meninggalkan dunia.

Akhir kata, terima kasih atas doa dan dukungannya!
Tuhan Yesus memberkati.