Welcome....

Selamat datang teman-teman. Saya Paulus yang biasa dipanggil PaO. Saya rindu sekali untuk membuat artikel. Disinilah saya menuangkan semua hasil pemikiran. Saya beri judul pada Blog ini, Reflection Results. Ini semua hasil pemikiran, ide, refleksi dari saya sendiri. Apabila ada kata-kata atau kalimat dari orang lain, saya berikan footnote atau resensi tulisan. Saya yakin anda mendapat pelajaran yang baik pada saat anda membacanya. Bila teman-teman sedang ada waktu, boleh sekalian dikasih komentarnya dalam setiap artikel yang dibaca. Bila ada yang tidak setuju juga tidak masalah :D all praise to Jesus! praise for ever!!

Selamat Membaca. Tuhan Yesus Kristus Memberkati.

Penulis : Pdp. Paulus Igunata Sutedjo, M.Th.

Labels

Tuesday, December 17, 2013

#DREAMSbook available!

Hari yang dinantikan telah tiba!

Salah satu anak bangsa Indonesia telah menelurkan satu buku!

Buku yang diawali dari mimpi dan menjadi kenyataan!

Buku untuk para pemimpi yang ingin mewujudkan mimpinya!

Buku yang akan membuat Anda tetap semangat untuk mewujudkan mimpi, sekalipun bertemu dengan tembok kegagalan!

Buku yang akan membuat Anda menjadi kreatif, inovatif, dan realistis!

Buku yang setiap babnya bersifat afirmatif!

Buku yang tidak hanya membahas orang-orang terkenal, melainkan membahas orang-orang biasa yang memiliki mimpi luar biasa dan berusaha mewujudkan mimpinya!

Buku yang juga membahas pengalaman pribadi penulis dalam usaha mewujudkan mimpinya!

Buku yang mengambil nilai-nilai kehidupan berdasarkan firman Tuhan!



this is it!



Desire Responsibility Education Ability Maturity Spirituality




Kata mereka tentang buku DREAMS:


Pdp. Ir. Hendy Kasidi
Sahabat Pao
"Buku DREAMS wajib jadi bacaan para pendaki tebing sukses. Untuk bisa sampai ke puncak, tidak cukup persiapan seadanya, namun harus membangun 6 kelengkapan dengan tekun dan disiplin. Pao telah menyajikannya secara apik nyaris tanpa cacat, mudah ditangkap, tidak membosankan, dan sangat mengobarkan semangat untuk mencobanya. Kendati ini baru buku perdananya." 






Pdp. Karmelia Suryanto Komala, S.E., M.Div
Wakil I Gembala Jemaat Gereja Bethel Indonesia Jemaat 'AlBerTa'
"Sering kali mimpi-mimpi kita berkisar tentang hal-hal yang besar, hebat, dan spektakuler. Namun, kita tidak pernah memulainya, apalagi berhasil mewujudkannya. Buku ini 'menyentil' kita untuk mulai memerhatikan hal-hal kecil di sekitar kita, yang mendorong kita untuk memulai bahkan, tidak mustahil, mewujudkan mimpi-mimpi kita. Diperlengkapi dengan contoh yang diambil dari kisah tokoh-tokoh di Alkitab."




Josua Iwan Wahyudi
Master Trainer EQ Indonesia   |   www.josuawahyudi.com   |   @josuawahyudi
"Saya pikir masih jarang sekali seorang anak muda yang menuliskan pesan mendalam untuk generasi sejamannya. Paulus memiliki pemikiran yang 2 kali lebih "tinggi" dari rekan-rekan seusianya. Membaca buku ini menjadi mutlak dan wajib untuk siapapun yang mau hidup melebihi orang biasa!"










Marcella Flaorenzia, S.Th.
Penulis Buku : Radical For Jesus, The Matter Of Heart, SHE (Single Happy Excellent) dan Our Love Story.
"Buku ini membuat saya merasa tertantang untuk terus bermimpi, dan memberi saya semangat untuk mulai menggali kembali setiap mimpi yang selama ini mungkin sempat terkubur. Saya percaya Tuhan sudah memberikan setiap kita talenta dan potensi untuk kita kembangkan. Ia ingin memakai kehidupan kita untuk menjadi kesaksian serta berkat bagi orang lain. Tidak ada hal yang mustahil bagi Tuhan. Buku ini adalah salah satu bukti bagaimana Tuhan menyertai seorang Paulus Igunata Sutedjo dalam mewujudkan mimpinya. Dan saya percaya enam hal yang dibahas di dalam buku ini akan membantu Anda dalam mewujudkan mimpi-mimpi Anda di dalam Tuhan. It's a great book!"



Harison Jannes Ompusunggu, S.Th.
Penulis Buku 100 Renungan Doa dan Penulis tetap di Renungan Harian Manna Sorgawi.
"Buku ini mengingatkan kita akan pentingnya mimpi, serta memberi kita cara-cara praktis untuk mewujudkan mimpi tersebut. Judulnya sangat menarik, DREAMS, yang berarti mimpi-mimpi. Tetapi itu juga sekaligus merupakan akronim dari Desire, Responsibility, Education, Ability, Maturity, Spirituality. Inilah enam hal yang harus kita miliki agar dapat mewujudkan mimpi-mimpi kita. Pembahasan buku ini dilakukan secara sistematis, namun praktis dan enak dibaca. Buku ini juga disertai dengan contoh-contoh praktis dari orang-orang yang telah berhasil meraih mimpi-mimpi mereka, termasuk tokoh-tokoh yang ada di Alkitab. Selain itu, penulis buku ini juga menceritakan pengalamannya sendiri dalam meraih mimpi-mimpinya. Saya sangat diberkati dengan pembacaan buku ini, Buku ini memotivasi saya untuk semakin sungguh-sungguh lagi dalam mewujudkan mimpi-mimpi saya yang belum terealisasi selama ini. Saya percaya, Anda pun pasti diberkati melalui pembacaan buku ini, dan semakin termotivasi untuk meraih mimpi-mimpi Anda."





Sekarang giliran Anda untuk membaca buku ini, 
sehingga Anda juga termotivasi untuk mewujudkan mimpi Anda sendiri!

Harga promo Rp.38.000,-  (belum ongkir)
langsung contact saya di: 0818 08 326 818

Harga normal Rp.42.600,- (belum ongkir)
dapat dibeli di: 








Thursday, December 12, 2013

Critical Moment - Kejadian 39:6-10; 2 Samuel 11:1-5


Saul dan Mina adalah teman satu kantor di sebuah perusahaan. Mereka menjalin relasi hanya sebagai teman kantor, tidak lebih daripada itu. Suatu ketika, Saul memandang Mina dengan berahi. Saul mendekati Mina untuk bercumbu dengannya, tetapi ternyata Mina menyambut pelukan tersebut, akhirnya tidak hanya sekadar pelukan saja, mereka pun saling berciuman. Padahal Saul dan Mina adalah sesama anak Tuhan dan Mina sudah mempunyai seorang pasangan. Berulang kali mereka melakukan hal itu di kantor. Mereka mengetahui bahwa apa yang dilakukannya salah, apalagi mereka juga sesama pelayan Tuhan. Mereka menyadari atas kesalahan yang dilakukannya, tetapi mereka tetap melakukannya hari demi hari. 

Critical moment adalah masa krisis di mana seharusnya kita bisa menolak perbuatan dosa yang tentunya tidak berkenan di hadapan Bapa. Dalam kehidupan ini, kita pasti pernah mengalami masa krisis ini. Masa tersebut adalah masa yang sangat sulit, antara kita mau melakukan perbuatan dosa atau meninggalkannya. Seperti kisah Saul dan Mina di atas, mereka tenggelam dalam perbuatan dosanya, karena pada saat masa krisis datang, mereka mengabaikannya dan mereka tetap melakukan perbuatan dosa hari demi hari. Dalam Alkitab, ada kisah yang sudah terkenal, yaitu kisah Yusuf dengan istri Potifar dan kisah Daud dengan Batsyeba. Mereka juga mengalami masa krisis. Ada persamaan dan perbedaan antara Yusuf dan Daud.  Persamaannya adalah mereka sama-sama dikatakan elok parasnya dalam Alkitab dan mereka sama-sama mendapat godaan dari istri orang. Inilah masa krisis yang seharusnya mereka bisa tolak. Tetapi yang membuat berbeda adalah Yusuf berani menolak istri Potifar pada saat masa krisis itu datang, sedangkan Daud tidak bisa menahan nafsu berahinya, sehingga ia berzina dengan istri orang lain.

Dalam hidup kita, pasti akan mengalami masa krisis. Masa krisis tersebut tidak selalu berupa godaan seksual, tetapi bisa jadi dalam bentuk godaan mencuri uang perusahaan, berbohong kepada relasi, selingkuh dengan suami orang, dsb. Di sini kita harus belajar untuk melewati critical moment. Ada beberapa hal yang harus dilakukan pada saat masa krisis tersebut datang: Pertama, menyadari bahwa Tuhan maha hadir. Ia tahu persis apa yang sedang kita lakukan. Dengan menyadari hal ini, akan membuat kita malu dan sadar untuk tidak melakukan dosa. Kedua, berani untuk mengatakan tidak untuk dosa! Kita harus melatih diri dalam hal ini, tentu tidak mudah untuk mengatakan tidak. Tetapi, dengan belajar pengendalian diri, maka dengan sendirinya kita dapat terlatih. Ketiga, menghubungi sahabat terdekat. Untuk mengingatkan diri sendiri memang sulit, tetapi apabila kita mempunyai sahabat yang dapat dipercaya, maka kita bisa saling mengingatkan dan menasihati. Masa krisis adalah masa di mana iman kita akan diuji, keputusannya di tangan kita.


Godaan akan selalu tampak indah. 
Pilihan di tangan kita, 
menolak atau tetap melakukannya.




________________________
Sumber:
1. Wisdom of God.
2. Renungan Harian Manna Sorgawi 12 November 2013.


Wednesday, December 4, 2013

Dyslexia - Amsal 17:6; Efesus 6:4


Taare zameen par atau yang lebih dikenal dengan like stars on earth adalah judul film yang diproduksi oleh Aamir Khan, salah satu aktor film India. Film ini bercerita tentang seorang anak yang menderita dyslexia. Dyslexia berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys yang berarti kesulitan untuk dan lexis yang berarti huruf atau leksikal. Jadi, dyslexia adalah suatu keadaan ketidakmampuan belajar pada seseorang yang disebabkan oleh kesulitan pada orang tersebut dalam melakukan aktivitas membaca dan menulis. 

Anak yang menderita dyslexia ini bernama Ishaan yang duduk di kelas 3 Sekolah Dasar. Ia sangat gemar melukis. Bagi orang-orang yang di sekelilingnya, Ishaan terkenal bandel, pemalas, bodoh, dan idiot. Semua pelajaran di sekolahnya mendapatkan nilai nol. Bahkan dalam satu ujian matematika, Ishaan hanya menjawab satu soal saja dan itu pun salah. Dia kesulitan membaca, sehingga setiap kali Ishaan membaca, huruf-hurufnya seperti menari-nari. Hukuman menjadi makanan sehari-hari baginya. Sampai akhirnya, orang tuanya mengirim Ishaan ke sekolah asrama yang terkenal disiplin. Orang tuanya berharap Ishaan mengalami perubahan di sekolah itu dan menjadi anak yang rajin, pintar, serta disiplin. Tetapi, yang terjadi malah sebaliknya, Ishaan merasa terbuang dari keluarganya. Ia merasa tidak diharapkan dalam keluarganya, tidak seperti kakaknya yang selalu menjadi juara dalam semua mata pelajaran. Di sekolahnya yang baru, Ishaan kehilangan keceriaannya, juga kenakalannya, bahkan juga kesenangannya untuk melukis. Keadaan Ishaan semakin terpuruk. Sampai suatu ketika, ada seorang guru seni bernama Nikumbh menyadari keadaan Ishaan. Nikumbh berusaha mengajari Ishaan. Perlahan, Ishaan belajar mengeja lagi, lalu menulis, dan berhitung sebagai kemampuan dasarnya. Ia pun mulai gemar melukis lagi. 

Perbuatan Ishaan seperti malas belajar dan suka bertengkar dengan temannya adalah akibat dari suatu masalah. Sering kali kita langsung menuduh atau menghakimi anak kita sendiri sebagai anak yang bandel dan pemalas, tanpa kita mengenalnya terlebih dahulu. Dari film ini kita dapat belajar, bahwa dukungan, pelukan, ciuman serta kasih sayang dari orang tua sangat penting. Pendidikan yang paling utama bukan didapatkan dari sekolah, tetapi dari orang tua. Jadi, apabila anak kita bermasalah, yang harus diselidiki bukan akibatnya, tetapi penyebabnya. Apa yang menyebabkan anak kita menjadi pemalas dan bandel. Seandainya anak kita ternyata mengidap dyslexia, jangan pernah takut! Itu bukan akhir dari segalanya. Banyak orang sukses yang mengidap dyslexia, antara lain adalah Steve Jobs, Tom Cruise, Lee Kuan Yew, Whoopi Goldberg, Deddy Corbuzier dan bahkan Albert Einstein. Seorang anak memang bertanggung jawab atas dirinya sendiri, tetapi orang tua juga bertanggung jawab untuk mendidik anak-anaknya di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.


Ketidakmampuan belajar seorang anak berasal dari 
ketidakmampuan mengajar orang tua.



________________________
Sumber:
1. Wisdom of God.
2. Renungan Harian Manna Sorgawi 9 November 2013.

Monday, December 2, 2013

NgeTweet - Yesaya 50:4







Gara-gara nge-tweet, gelandang muda Liverpool, Jesus Fernandez Saez alias Suso, didenda 10.000 pounds atau sekitar Rp150 juta. Federasi Sepak Bola Inggris tanggal 17 Desember 2012 yang lalu mengatakan, "Ia dinyatakan bersalah dengan tindakannya yang tidak benar dan berkomentar yang bersifat merendahkan nilai pertandingan yang diungkapkan melalui akun twitter, termasuk ekspresinya terhadap seseorang atau menyangkut orientasi seksual dan kekurangan atau cacat seseorang." Twitter adalah sebuah situs web yang dimiliki dan sekaligus dioperasikan oleh Twitter Inc., yang menawarkan jejaring sosial berupa mikroblog sehingga memungkinkan penggunanya untuk mengirim dan membaca pesan yang disebut kicauan atau tweets. Kicauan adalah teks tulisan hingga seratus empat puluh karakter yang ditampilkan pada halaman profil pengguna. Kicauan dapat dilihat secara bebas, namun pengirim dapat membatasi pengiriman pesan ke daftar teman-teman mereka saja. Pengguna dapat melihat kicauan penulis lain yang dikenal dengan sebutan pengikut atau follower. Mengirim pesan yang disebut dengan kicauan ini, di Indonesia lebih sering dikenal dengan istilah nge-tweet. Yang jadi masalah adalah, ada beberapa orang yang menyalahgunakan teknologi tersebut, sehingga kicauan yang dikeluarkan sering kali berupa hinaan kepada seseorang atau bentuk ekspresi lainnya yang menunjukkan ketidaksukaan kepada seseorang, seperti kisah striker muda asal Spanyol yang bernama Suso itu. 

Manusia adalah makhluk sosial yang sudah pasti akan menjalin relasi dengan orang lain. Dalam menjalin relasi dengan orang lain, pasti ada masanya di mana kita akan mengalami konflik kehidupan karena kesalahpahaman. Dan, sering kali ada yang mengungkapkan ketidaksukaannya pada jejaring sosial seperti twitter. Dalam ayat yang sudah kita baca, dikatakan bagaimana kita seharusnya menggunakan lidah kita untuk dapat memberi semangat. Ayat ini menjadi pelajaran bagi kita semua untuk dapat mengintrospeksi diri, karena seharusnya kehadiran kita mendatangkan damai sejahtera bagi orang lain bukan malah sebaliknya. Dalam setiap kata yang kita ucapkan, seharusnya berguna bagi diri kita dan juga orang lain, baik ucapan kita secara verbal ataupun ucapan kita dalam jejaring sosial yang sudah pasti dilihat oleh banyak orang. Itu semua kita lakukan untuk saling membangun satu dengan yang lainnya.

Perkataan kita dapat memberi semangat dan menjadi berkat bagi orang lain tergantung sumbernya. Sumbernya tentu adalah diri kita sendiri, sehingga kita harus mengisi diri kita dengan hal-hal yang positif, seperti membaca firman Tuhan dan membaca buku dengan kata-kata yang membangun. Apabila kita sudah terbiasa untuk memberi semangat kepada orang lain, maka waktu nge-tweet, kata-kata yang keluar adalah kata-kata yang membangun. 


Teknologi bisa menjadi berkat bagi orang lain atau tidak tergantung penggunannya.



________________________
Sumber:
1. Wisdom of God.
2. Renungan Harian Manna Sorgawi 8 November 2013.