Welcome....

Selamat datang teman-teman. Saya Paulus yang biasa dipanggil PaO. Saya rindu sekali untuk membuat artikel. Disinilah saya menuangkan semua hasil pemikiran. Saya beri judul pada Blog ini, Reflection Results. Ini semua hasil pemikiran, ide, refleksi dari saya sendiri. Apabila ada kata-kata atau kalimat dari orang lain, saya berikan footnote atau resensi tulisan. Saya yakin anda mendapat pelajaran yang baik pada saat anda membacanya. Bila teman-teman sedang ada waktu, boleh sekalian dikasih komentarnya dalam setiap artikel yang dibaca. Bila ada yang tidak setuju juga tidak masalah :D all praise to Jesus! praise for ever!!

Selamat Membaca. Tuhan Yesus Kristus Memberkati.

Penulis : Pdp. Paulus Igunata Sutedjo, M.Th.

Labels

Tuesday, April 22, 2014

Sukses Menjadi Orang Gagal - 1 Raja-Raja 11:43; 12:1-8


Pernahkah Anda mendengar kalimat seperti ini, "Nah, kan! Kejadian juga. Saya sudah nasihati sebelumnya, tetapi kamu mengabaikannya!" Biasanya kalimat seperti ini muncul ketika orang tua menasihati anaknya yang mengalami suatu kejadian yang tidak mengenakkan. Tetapi, tidak jarang perkataan tersebut juga dikatakan kepada orang dewasa yang dinasihati oleh teman atau atasannya. Mungkin tadinya, orang yang dinasihati tersebut berpikir bahwa dia yang paling tahu akan segalanya, sehingga tidak membutuhkan bantuan atau nasihat dari orang lain.

Itulah yang dialami oleh Rehabeam. Ia menggantikan posisi ayahnya sebagai raja bangsa Israel, setelah Salomo dimakamkan di kota Daud. Rakyatnya menginginkan keringanan tanggungan yang dibebankan kepada mereka selama masa pemerintahan Salomo, raja sebelumnya, yang sekaligus adalah ayah dari Rehabeam sendiri. Memang Rehabeam meminta nasihat kepada para tua-tua bangsa yang biasa mendampingi Salomo semasa hidupnya. Namun, setelah ia menerima nasihat tersebut, ia mengabaikannya. Ia bersikap tak acuh terhadap tua-tua bangsa yang pernah mendampingi Salomo. 

Rehabeam mengabaikan nasihat para tua-tua bangsa itu. Rehabeam seharusnya tahu bahwa tua-tua bangsa yang biasa mendampingi Salomo itu adalah orang-orang yang berpengalaman dan bijak. Mereka tahu persis pekerjaan berat yang telah ditanggungkan kepada rakyat selama masa pemerintahan Salomo. Namun, amat disayangkan karena Rehabeam lebih memilih mendengarkan nasihat orang-orang muda sebayanya, yang tidak dapat memahami penderitaan rakyat. Akhirnya, kerajaan Israel pun pecah menjadi dua kerajaan, yaitu: Kerajaan Selatan (Yehuda) dan Kerajaan Utara (Israel). Rehabeam sukses menjadi orang yang gagal dalam masa pemerintahannya karena tindakannya yang mengabaikan nasihat orang-orang yang lebih berpengalaman.

Ada beberapa orang yang berpikir, bahwa nasihat akan membatasi kesenangan hidupnya. Sehingga, tidak sedikit orang yang akhirnya mengabaikan nasihat dari orang-orang yang lebih berpengalaman, lebih jernih di dalam melihat masalah, atau lebih bijak di dalam membuat keputusan. Mereka merasa seperti orang yang sudah tahu segalanya, sehingga pendapat dan nasihat orang-orang ini tidak didengarkan, karena tidak masuk hitungan bagi mereka. Tidak jarang pula, penderitaan atau petaka akhirnya terjadi di dalam hidup mereka. Memang penyesalan hidup selalu datang terlambat. Kira-kira, itulah yang dialami oleh orang yang selalu mengabaikan nasihat yang baik seperti halnya Rehabeam. 

Bila Anda ingin sukses menjadi orang yang gagal, abaikanlah setiap nasihat yang diberikan kepada Anda! Ikutilah nasihat yang hanya mengedepankan kedagingan dan keinginan Anda semata!


Orang yang mengabaikan nasihat, 
sama dengan orang yang sukses menjadi orang yang gagal.



Sumber: 
1. Wisdom Of God.
2. Renungan Harian Manna Sorgawi Kamis, 23 Januari 2014

Thursday, April 3, 2014

Modal Yang Terpendam - Amsal 22:29; Keluaran 4:10-13

Charles Proteus Steinmetz adalah seorang ahli matematika dan insinyur listrik. Ia merancang generator-generator yang menghidupkan jalur-jalur produksi di General Electric, perusahaan milik Henry Ford di Dearborn, Michigan. Beberapa waktu setelah Charles Steinmetz pensiun, generator-generator itu mati, sehingga seluruh pabrik itu berhenti. Insinyur-insinyur GE tidak dapat menemukan masalahnya, jadi Ford menelepon teman lamanya Steinmetz. Steinmetz mengotak-atik meteran, menaik-turunkan tuas, mencoba tombol-tombol, menandai dengan kapur dan setelah beberapa jam menggerak-gerakkan saklar utama. Motor-motor mulai berjalan, dan mesin produksi tersebut kembali normal. Ford sangat senang atas kerja dari Steinmetz. Beberapa hari kemudian, Ford menerima tagihan dari Steinmetz sebesar $10.000. Ford menganggap tagihan ini terlalu besar dan ia menulis surat kepada temannya, “Charles, rasanya terlalu mahal tagihan sebesar $10.000 ini untuk orang yang hanya sebentar mengotak-atik beberapa motor.” Steinmetz menulis tagihan baru dan mengembalikannya kepada Tuan Ford, “Henry, untuk mengotak-atik motor, $1; untuk mengetahui apa yang harus diotak-atik, $9.999.” 

Akhirnya Ford membayar tagihan tersebut. Apa yang tidak dimiliki oleh para insinyur GE, ternyata dimiliki oleh Steinmetz. Ford tidak memiliki insinyur listrik yang setara kecakapannya dengan Steinmetz, sehingga Ford harus memanggil kembali Steinmetz. Pada dasarnya, setiap manusia dilahirkan dengan berbagai macam kemampuan atau kelebihan. Kemampuan itu seringkali diartikan sebagai bakat yang menjadi modal bagi kita untuk menjalani hidup di dunia ini. Sayangnya, masih banyak orang yang belum mengetahui bakatnya, bahkan hingga tua pun ia belum mengetahui bakatnya. Itu sebabnya tidak heran jika ia tidak mengembangkan bakatnya dengan sebaik-baiknya karena ia tidak tahu bakatnya.

Pada saat Tuhan memerintahkan Musa untuk memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir, ia merasa tidak mampu. Ia merasa dirinya tidak pandai bicara dan tidak pantas diutus. Padahal usia Musa pada saat itu sudah tergolong dewasa. Seringkali kita seperti Musa, kita sudah takut terlebih dahulu akan tugas yang diberikan kepada kita, sehingga bakat kita tidak tertantang untuk berkembang dan kita membuat batasan kepada diri sendiri dengan berkata "Aku tidak mampu!" Jadi yang membuat kita tidak mampu, tidak berkembang, sehingga bakat alami kita menjadi terpendam sebenarnya adalah diri kita sendiri.

Sejarah selalu mengajarkan kepada kita, bahwa orang-orang yang mau mengembangkan bakatnya akan selalu dikenang dan dibayar mahal seperti halnya Steinmetz. Bakat atau modal yang sejak lahir kita miliki akan terkubur percuma, bila kita tidak pernah mau berusaha untuk mengembangkannya. Untuk itu, mari kita bijak melihat, apa yang menjadi bakat kita dan sungguh-sungguh mempunyai kerinduan untuk mengembangkannya.


Terkadang alasan "aku tidak mampu" bersumber dari kemalasan seseorang.


Sumber: 
1. Wisdom Of God
2. Renungan Harian Manna Sorgawi Rabu, 22 Januari 2014