Welcome....

Selamat datang teman-teman. Saya Paulus yang biasa dipanggil PaO. Saya rindu sekali untuk membuat artikel. Disinilah saya menuangkan semua hasil pemikiran. Saya beri judul pada Blog ini, Reflection Results. Ini semua hasil pemikiran, ide, refleksi dari saya sendiri. Apabila ada kata-kata atau kalimat dari orang lain, saya berikan footnote atau resensi tulisan. Saya yakin anda mendapat pelajaran yang baik pada saat anda membacanya. Bila teman-teman sedang ada waktu, boleh sekalian dikasih komentarnya dalam setiap artikel yang dibaca. Bila ada yang tidak setuju juga tidak masalah :D all praise to Jesus! praise for ever!!

Selamat Membaca. Tuhan Yesus Kristus Memberkati.

Penulis : Pdp. Paulus Igunata Sutedjo, M.Th.

Labels

Thursday, November 27, 2014

Kita Bukan Superman! - 2 Samuel 23:8-39

Raja Daud dikenal sebagai seorang raja yang mampu mengalahkan banyak musuh. Namanya semakin dikenal sejak Raja Daud mengalahkan seorang pendekar Filistin dari Gat, yang bernama Goliat. Setelah itu, ia sering mendapatkan kemenangan dalam pertempuran. Raja Daud juga dapat mengalahkan orang Filistin dan menaklukkan banyak bangsa di sekitarnya, yakni Moab, kerajaan Aram, dan Edom. Tetapi, sehebat-hebatnya Raja Daud menaklukkan banyak musuh, ia tidak bertempur sendirian! Raja Daud memang hebat dalam bertempur, tetapi untuk mendapatkan kemenangan ia juga membutuhkan bantuan dari orang lain.  

Raja Daud dibantu oleh banyak orang atau anak buah untuk mendapatkan kemenangan dalam suatu pertempuran, yakni: Yasobam sebagai kepala tiga pahlawan, Eleazar yang mampu mengalahkan banyak orang Filistin, dan Sama yang tetap bertahan untuk mengalahkan orang Filistin, saat banyak tentara lainnya yang melarikan diri. Selain tiga pahlawan itu, masih ada yang lainnya, yakni: Abisai yang merupakan kepala dari 30 prajurit, dan Benaya yang dapat menewaskan kedua pahlawan besar dari Moab. Selain itu, Raja Daud juga memiliki orang kepercayaan yang bernama Yoab. Tentu masih banyak tentara lainnya, yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. 

Raja Daud memang hebat, tetapi ia juga memiliki anak buah atau orang kepercayaan yang tidak kalah hebatnya. Dari hal ini kita dapat belajar, bahwa kemenangan Raja Daud dalam suatu pertempuran bukanlah hasil kerja keras Raja Daud semata-mata. Ia tidak dapat berjuang sendirian, sekalipun ia juga seorang yang hebat dalam suatu pertempuran! Acap kali di dalam kehidupan ini, kita suka mengandalkan diri sendiri. Kita sering lupa, bahwa kita adalah manusia yang terbatas. Tuhan menciptakan setiap manusia dengan keunikannya masing-masing, tentunya hal ini memiliki suatu maksud tertentu. Salah satu maksudnya adalah supaya kita dapat saling melengkapi satu individu dengan individu yang lainnya. Sehingga di dalam kehidupan ini, kita dapat saling tolong-menolong. Kita bukan superman yang mampu mengerjakan segala sesuatunya sendirian, tetapi kita adalah makhluk sosial yang membutuhkan bantuan orang lain di dalam kehidupan ini.

Jadi, bila kita memiliki suatu masalah kehidupan yang tidak dapat teratasi, alangkah baiknya kita dapat meminta bantuan dari orang lain. Tentunya mencari orang yang berkompeten untuk dapat menyelesaikan masalah kita. Misalkan, bila kita sedang kesulitan mengatur keuangan pribadi, kita dapat meminta bantuan dengan orang yang sudah berhasil dalam bidang tersebut. Untuk itu, jangan pernah merasa diri kita yang paling hebat di dalam dunia ini, sehingga merasa mampu menyelesaikan semua masalah! Kita butuh orang lain, orang lain pun butuh bantuan kita. Ingatlah, Kita bukan superman!


Tidak meminta bantuan dari orang lain, 
sama dengan merendahkan kemampuan orang lain.



Sumber:
1. Wisdom of God
2. Renungan Harian Manna Sorgawi - Selasa, 13 Mei 2014

Wednesday, November 19, 2014

Perkataan Pertama - Lukas 23:1-34; Matius 6:14


Apa yang pertama kali akan kita katakan, apabila ada seseorang yang menyakiti hati kita, tetapi sebenarnya bukan kesalahan kita? Biasanya, orang akan membela dirinya karena memang merasa tidak bersalah. Ada juga yang membalasnya dengan perkataan yang tidak enak didengar dan ada juga yang membalas perbuatannya. Pada dasarnya, manusia akan cenderung membela dirinya apabila dia memang merasa tidak bersalah. Tetapi waktu Yesus akan disalib, Dia tidak membela diriNya sendiri, bahkan Yesus diam saja tanpa membalas perbuatan orang-orang yang menyakitiNya.

Perkataan Pertama yang Yesus ucapkan pada saat disalib adalah, "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat."  Yesus mengucapkan hal tersebut setelah Dia dituduh menyesatkan orang banyak, dinista, diolok-olok oleh Herodes beserta pasukannya, disiksa, dan dicambuk. Apabila kita imajinasikan dan memosisikan diri kita seperti Yesus, apakah kita sanggup mengampuni setelah apa yang diperbuat oleh orang-orang disekitarNya? 

Tentunya sangat sulit bagi kita untuk mengampuni, terutama terhadap orang-orang yang sudah menyakiti hati kita. Tetapi Yesus memberi teladan yang sangat baik, perkataan pertama yang Dia ucapkan setelah dihina begitu rupa oleh orang banyak adalah hal tentang pengampunan. Tidak ada jalan yang singkat untuk mengampuni, karena mengampuni membutuhkan proses yang sangat panjang. Seorang hamba Tuhan dari Amerika Serikat yang bernama Joice Meyer menceritakan pengalaman dirinya yang pernah mengalami pelecehan seksual dari ayahnya sendiri. Namun karena pertolongan Roh Kudus, Joice Meyer akhirnya dapat mengampuni ayahnya. Beberapa puluh tahun setelah Joice mengampuni, ayahnya bertobat dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya.

Joice Meyer menerapkan empat strategi untuk mengampuni. Pertama, buatlah keputusan bahwa kita mau mengampuni orang yang bersalah kepada kita. Kedua, minta bantuan Roh Kudus agar kita dimampukan untuk bertindak nyata mengampuni orang yang bersalah tersebut. Ketiga, jangan pernah mengingat atau menceritakan kembali kepada orang lain tentang pengalaman buruk yang pernah kita alami, karena akan membangkitkan luka lama, kecuali untuk kesaksian. Keempat, berdoa dan berkatilah orang yang telah berbuat salah kepada kita. Percayalah mujizat besar akan terjadi dalam diri kita.

Setiap orang pasti pernah berbuat kesalahan, bahkan secara sadar atau tidak, kita pun pernah bersalah sampai menyakiti hati orang lain. Mari kita introspeksi diri dengan merenungkan sikap Yesus yang mau mengampuni kepada orang-orang yang bersalah kepadaNya, karena bagi orang-orang yang mau mengampuni sesamanya, dia akan diampuni juga oleh Bapa di Sorga.

Pengampunan dimulai dari keputusan untuk mengampuni.




Sumber:
1. Wisdom of God
2. Renungan Harian Manna Sorgawi - Senin, 12 Mei 2014

Monday, November 10, 2014

Hal Yang Hampir Punah - 2 Tawarikh 31:20-21; Amsal 3:32

Ajiz seorang pegawai swasta yang baik menurut beberapa orang. Mungkin dia dianggap seorang yang baik, karena ia rajin ke gereja dan rajin pelayanan. Tetapi orang dapat dikatakan baik atau tidak bukan dilihat rajin ke gerejanya, namun dari perbuatan sehari-harinya. Suatu hari, Ajiz diberi tanggung jawab memegang kas kecil oleh atasannya. Jumlah uang yang dipegang lumayan banyak. Kurang lebih ia memegang Rp. 5 juta setiap bulannya. Ia diberi kepercayaan untuk mengelola uang tersebut untuk kebutuhan kantor sehari-hari. Hari pertama tidak ada masalah, minggu pertama pun juga tidak ada masalah. Bulan berganti bulan sejak ia memegang kas kecil, tetap tidak ada masalah. Namun setelah satu tahun lebih memegang kas kecil, Ajiz mulai tergoda untuk menggunakan uang tersebut untuk kebutuhan pribadinya. Tetapi, setelah ia mendapatkan gaji bulanan, ia mengembalikan uang yang dipinjam tanpa seizin atasannya itu ke kas kecil.

Setelah kejadian itu, Ajiz mulai terbiasa meminjam uang dari kas kecil yang dipegangnya, tanpa seizin atasannya. Ia mulai terbiasa hidup tidak jujur. Sampai suatu hari, ia merasa membutuhkan uang yang lebih banyak. Saat itu ia meminjam uang lima ratus ribu rupiah dari kas kecil. Ia merasa kebutuhan bulanannya semakin meningkat, sehingga ia menunda untuk mengembalikan uang yang dipinjamnya tersebut. Akhirnya, ia bertekad untuk tidak mengembalikan uang tersebut! Ajiz yang rajin ke gereja ini merasa gelisah hampir setiap hari. Ia hidup dengan rasa bersalahnya. Ia sudah merasa tidak kuat lagi, sehingga sampai satu hari ia sadar bahwa perbuatannya salah. Ia mengaku dosa kepada Tuhan, ia berjanji tidak akan melakukannya lagi. 

Janjinya pun diuji kembali. Suatu hari, ia menjual barang kepada seorang pembeli. Pembeli ini mentransfer uang hasil barang yang ia beli, sampai dua kali kepada Ajiz. Ajiz yang sudah berjanji kepada Tuhan, tidak ragu-ragu untuk mentransfer kembali uang kelebihannya tersebut. Ia sudah belajar untuk hidup jujur.

Pada dasarnya, ada dua macam kesempatan dalam hal kejujuran. Kesempatan untuk berbuat jujur dan kesempatan untuk berbuat curang. Pilihan dikembalikan ke tangan kita. Sebagai seorang pegawai swasta, Ajiz pernah memilih untuk berbuat curang, namun dia sadar bahwa yang dilakukannya salah, akhirnya ia memilih berbuat jujur. Tuhan bergaul erat dengan orang yang berbuat jujur. Contohnya seperti Raja Hizkia, ia melakukan apa yang benar di hadapan Tuhan karena ia jujur dalam menuaikan tugas tanggung jawabnya.

Kejujuran adalah hal yang hampir punah zaman sekarang ini, karena kejujuran membutuhkan pengorbanan yang lebih. Untuk itu, alangkah baiknya sebagai orang percaya kita melestarikan budaya hidup jujur, apapun profesi kita saat ini. Sehingga kejujuran menjadi gaya hidup orang percaya!



Kejujuran yang menyakitkan jauh lebih baik daripada dusta yang paling manis.