Welcome....

Selamat datang teman-teman. Saya Paulus yang biasa dipanggil PaO. Saya rindu sekali untuk membuat artikel. Disinilah saya menuangkan semua hasil pemikiran. Saya beri judul pada Blog ini, Reflection Results. Ini semua hasil pemikiran, ide, refleksi dari saya sendiri. Apabila ada kata-kata atau kalimat dari orang lain, saya berikan footnote atau resensi tulisan. Saya yakin anda mendapat pelajaran yang baik pada saat anda membacanya. Bila teman-teman sedang ada waktu, boleh sekalian dikasih komentarnya dalam setiap artikel yang dibaca. Bila ada yang tidak setuju juga tidak masalah :D all praise to Jesus! praise for ever!!

Selamat Membaca. Tuhan Yesus Kristus Memberkati.

Penulis : Pdp. Paulus Igunata Sutedjo, M.Th.

Labels

Monday, August 13, 2012

When Characters meet Relationship


Intro
Dalam menjalin relasi dengan orang lain, tentunya kita akan bertemu dengan orang-orang yang seringkali membuat kita tidak mengerti atas tindakan yang dilakukannya. Biasa orang-orang yang seperti itu, disebut dengan orang sulit, mungkin disebut seperti itu, karena orang seperti itu sulit dimengerti. Dalam Reflection Results kali ini, saya akan membahas tentang orang sulit tersebut, yang seringkali disebut dengan orang yang menyebalkan. Tetapi sebelumnya kita harus koreksi diri terlebih dahulu sebelum menilai hal ini kepada orang lain :) Saya sendiri intropeksi terlebih dahulu, karena ada beberapa kali saya juga diposisi sebagai orang sulit. Dengan mengintropeksi diri terlebih dahulu, kita akan semakin mengerti manfaatnya belajar tentang orang sulit.


About The Book
Saya membahas hal ini dari buku yang berjudul High-Maintenance Relationships, karangan Les Parrott. Beliau memang ahlinya dalam membahas tentang Relationships, dan banyak buku yang sudah dikeluarkan oleh beliau, beserta dengan isterinya. Langsung saja kita bahas tentang buku ini.

Manusia adalah mahluk sosial. Sudah pasti dalam hidup ini, kita akan berhubungan dengan orang disekitar kita, antara lain adalah dengan orang tua, rekan sepelayanan, teman gereja, teman bermain, teman sekolah, keluarga, pacar, guru dengan murid, dll. Di dalam hubungan tersebut pasti ada konflik, karena manusia diciptakan unik dan berbeda satu sama lain. Disinilah kita diuji untuk menghadapi sifat/karakater yang berbeda dalam hubungan. Kita akan membahas beberapa sifat/karakter yang menyebalkan, atau yang biasa disebut dengan orang sulit. Dari beberapa yang dibahas dalam buku ini, saya akan membahas 6 karakter. Berikut pembahasannya: 



1. Tipe Parasit.
Tipe orang seperti ini adalah orang yang selalu membutuhkan, tetapi tidak pernah membalas. Untuk mengenal orang seperti ini, kita harus mengetahui sifatnya. Sifatnya adalah sebagai berikut :
  • Menempel,
  • Melumpuhkan,
  • Membutuhkan,
  • Membuat orang lain merasa bersalah,
  • Takut,
  • Mementingkan diri sendiri,
  • Menahan,
  • Berorientasi pada krisis.

     Tipe parasit bersifat tergantung pada orang lain, karena kebutuhan mereka itu berperan sebagai jembatan menuju orang lain. Kata-kata yang sering kita dengar tentang orang seperti ini, adalah orang yang berteman atas azas manfaat.


Cara Menghadapi
Kita harus berani berkata “Tidak” untuk orang seperti ini, supaya kita dapat mendidik secara tidak langsung. Setelah melakukannya jangan merasa bersalah, karena memang dia harus diajar sedemikian rupa, sehingga dia mengerti atas perbuatannya yang hanya mementingkan dirinya sendiri.

Buatlah batasan-batasan yang baik dengan orang seperti ini dan tunjukkanlah dengan terus terang bila perlu. kita bisa bertindak tegas tanpa menyakiti hatinya.


2. Tipe Martir.

Tipe Martir adalah orang yang selalu menjadi korban dan menderita karena mengasihani dirinya sendiri. Menurut survei, menjalin hubungan dengan martir ini adalah hubungan paling sulit yang menduduki peringkat kedua.

Sifatnya adalah : 
  • Pasrah, 
  • Menyalahkan diri sendiri, 
  • Tidak berdaya, 
  • Tidak masuk akal, 
  • Memikirkan hal-hal yang menyedihkan, dan selalu cemas.

     Biasanya Martir menolak orang-orang yang ingin membantunya, padahal akar dari penolakan ini adalah kebutuhan yang sangat kuat akan pengendalian dan sekaligus ketakutan terhadap ketergantungan. Semakin besar kebutuhan tersebut, semakin keras pula martir akan menolak siapa pun yang mencoba menolong.


Penyebabnya mungkin dari kecil diterapkan satu prinsip yang berbunyi “saya tidak akan menerima apa pun, dari siapa pun, karena hal itu selalu akan membawa konsekuensi yang tidak akan ada habisnya” atau “saya mampu mengatasinya sendiri”. Hal ini terlihat kebutuhan martir itu tidak membuktikan sebagai kemandirian, tetapi sebagai pengorbanan diri.

Cara Menghadapi
  • Mengakui martir dalam diri kita,
  • Jangan mengharapkan perubahan besar,
  • Buatlah martir tertawa,
  • Jangan sampai memberi nasihat (karena dia merasa mampu),
  • Cari solusi bila mampu,
  • Hindarilah perangkap rasa bersalah,
  • Ketahuilah perbedaan antara rasa mengasihani diri sendiri dan depresi,
  • Jagalah agar tangki anda selalu penuh. (tangki yang dimaksudkan adalah, keadaan hati kita sendiri, karena butuh kerja keras untuk menghadapi tipe seperti ini).



3. Tipe Tukang Gosip.
·    Banyak orang berpikir yang senang bergosip adalah ibu rumah tangga atau umumnya kaum wanita. Tetapi sebenarnya pria-pun juga suka bergosip, mungkin kapasitasnya saja yang lebih sedikit dibanding kaum wanita. 

    Sifat penggosip : banyak bicara, pura-pura dapat menyimpan rahasia, negatif, mengganggu, memperdayakan, jahat, dangkal, dan merasa lebih dari orang lain. Gosip dapat diartikan sebagai keterangan pribadi tanpa disertai bukti yang mendukung. Penggosip senang sekali mendapatkan informasi yang paling pertama dan orang lain belum ketahui, bagi mereka itu merupakan suatu perkerjaan yang menyenangkan.
·   
   Penggosip berceloteh tanpa kenal lelah karena mereka yakin bahwa dengan menceritakan rahasia yang sangat pribadi dari hidup seseorang akan membuat anda menyukai mereka. Seringkali mereka juga membumbui cerita tersebut. (Bila kayu habis, padamlah api; bila pemfitnah tidak ada, redalah pertengkaran – Amsal 26:20)

Cara Menghadapi
Untuk menghadapi tipe tukang gosip adalah dengan cara jangan pernah memberi tahu rahasia anda. Apabila orang tersebut kita kenal, jauh lebih baik kita menegurnya empat mata terlebih dahulu, bahwa perbuatannya tidak baik. Jangan pernah terpancing dengan gosip.


4. Tipe Cuek.
·     
     Ini adalah ciri-ciri khas yang menonjol dalam diri si cuek :
  • Tidak menunjuk kepada orang tertentu,
  • Acuh tak acuh,
  • Eksklusif,
  • Sulit dimengerti,
  • Membisu,
  • Tanpa Perasaan,
  • Tidak ramah,
  • Menolak.
Tidak ada seorang-pun yang suka diabaikan. Sayangnya, kita tidak dapat mengendalikan sikap orang lain. Bila mereka bersikap acuh tak acuh kepada kita, yang kita lakukan hanyalah menyesuaikan diri kepada orang tersebut.

·     Cara Menghadapi
  • Berbicara dari hati ke hati (perasaan kesepian, diabaikan, dan tidak diinginkan adalah kemiskinan yang paling parah – Ibu Teresa dari Kalkuta)
  • Jangan salah arttikan ketidakpedulian itu sebagai penolakan.


5. Tipe Pemarah.

·   
   Usia kita semakin dewasa, justru kita kurang terbiasa dengan kemarahan yang sehat. Pada dasarnya kemarahan itu sesuatu yang normal dan alamiah (Tuhan Yesus-pun pernah marah di bait Allah). Kita tidak bertanggung jawab bila merasa marah dan hanya bertanggung jawab atas cara kita menanggapi dan menggunakan kemarahan segera setelah muncul. Rasul Paulus memahami hal ini ketika berkata, “Apabila kamu menjadi marah, janganlah berbuat dosa – Efesus 4:26. Ciri-ciri mereka adalah :
  • Labil,
  • Sinis,
  • Mencari-cari kesalahan,
  • Bersengkokol,
  • Kasar,
  • Penuh dendam,
  • Egois,
  • Cenderung merasa bersalah.

·    Siapa-pun bisa menjadi marah, ini adalah hal yang mudah. Namun, marah kepada orang yang tepat, batas yang tepat, saat yang tepat, tujuan yang tepat, cara yang tepat, hal ini tidak mudah dan tidak semua orang dapat melakukannya – Aristoteles. 

     Jangan megambil keputusan pada saat sedang marah. “Manusia sering mengambil keputusan dalam amarah yang meluap-luap perihal apa yang mereka kehendaki. – William Rounseville Alger."

    Kebiasaan yang dilakukan berulang-ulang akan menjadi karakter. “Setiap saat anda marah, percayalah bahwa itu bukan hanya merupakan kejahatan pada waktu itu, melainkan berarti anda telah menambah satu kebiasaan – Epictetus”. Catatlah seberapa sering anda marah. Jangan pernah lupa untuk mengampuni. – Efesus 4:31-32.

Cara Menghadapi
Tipe seperti ini, kita harus hati-hati dalam menegurnya, karena salah-salah kita yang akan kena semprot dari amarahnya yang meluap-luap, walaupun mungkin orang tersebut tidak marah kepada kita. Kita harus pandai mencari waktu yang tepat untuk menghadapi tipe seperti ini. Biasanya orang paling enak diajak bicara pada saat sedang makan bersama, mungkin ini cara yang efektif untuk menegurnya. Seandainya dia tetap marah-marah, ingatlah jangan terpancing dengan kemarahannya, karena apabila kita sampai terpancing, kita tidak jauh berbeda dengan tipe seperti ini.


6. Tipe Tukang Kritik.
·     Nada suara si pengkritik selalu menyalahkan orang lain. Dan berusaha mencari-cari kesalahan orang lain. Sifatnya adalah perfeksionis, terdorong mengkritik karena dia mengkritik dirinya terlebih dahulu sehingga melewati batas, suka memerintah, suka menyalahkan, haus kekuasaan, angkuh, mereka sungguh melelahkan, berpengetahuan luas, rewel.
·   
   Orang yang hebat dalam bidangnya pun akan tetap menjadi sasaran krtik (Yesus sebagai contohnya) Yesus disebutkan sebagai :
  • Pelahap, peminum (Mat.11:19; Luk.7:34),
  • Teman orang berdosa (Mat.9:11; Mrk.2:16; Luk.5:30),
  • Disebut sebagai seorang samaria. (sebagai orang Yahudi, itu merupakan suatu penghinaan) (Yoh.8:48).

·   
    Kekuatan kritik terletak pada kelemahan dari hal yang dikritik. Karena kelemahan kita kadang bisa menjadi kekuatan kita, dan kekuatan kita bisa menjadi kekurangan kita.

     Dalam kritikan tidak ada yang membangun, karena sifat dari kritikan adalah mencari kesalahan orang lain, tanpa memberi solusi kepada orang yang dikritiknya, berbeda dengan saran yang tidak hanya sekedar memberi tahu kesalahan, tetapi juga memberikan solusinya. Apabila dilihat seperti ini, maka mengkritik sama saja dengan menghakimi orang lain.
·     
    Cara Menghadapi
  •       Mengakui pengkritik dalam diri anda,
  •       Tempatkan diri anda dalam situasi yang dihadapi pengkritik itu,
  •       Bukalah telinga anda,
  •       Batasilah kritik yang akan anda terima,
  •       Kendalikanlah Roh Jahat dalam diri anda,
  •       Tempatkan masalah secara proposional,
  •       Pertahankanlah impian-impian anda,
  •       Pahamilah perbedaan jenis kelamin
  •       Kenalilah pengkritik anda yang paling pedas dan terimalah kasih karuniaNya.
Disney berhasil menjual seekor tikus dengan suara cempreng pada zaman film bisu, karena dia bertanya kepada sepuluh orang mengenai pendapat mereka akan gagasan barunya itu. Dan, seandainya kesepuluh orang itu menolak dengan suara bulat, dia akan mulai mewujudkannya dengan segera.


Konklusi
Setelah kita mempelajari 6 karakter orang sulit diatas, bukan berarti kita menjadi orang yang paling suci diantara teman-teman kita yang mempunyai karakter diatas. Mempelajari hal ini sebagai alat untuk menghakimi orang lain adalah hal yang sangat jelas salah. Seperti yang sudah saya singgung di intro, sebelum kita menghadapi tipe-tipe yang sudah kita bahas diatas, maka jauh lebih baik kita intropeksi diri terlebih dahulu. Karena sedikit banyak, pasti kita pernah di posisi orang sulit. Itulah sebabnya kita jangan langsung menghakimi orang lain. 

Setelah kita sudah mempelajari dan mengintropeksi diri sendiri, maka kita dapat menegur tipe-tipe seperti yang sudah dijabarkan diatas, apabila diperlukan. Tentunya dalam menegur harus dengan kasih. Ingatlah selalu, merangkul jauh lebih baik daripada menghakimi, jadi... kasihilah sesamamu!

Tuhan Yesus memberkati.


No comments: