Welcome....

Selamat datang teman-teman. Saya Paulus yang biasa dipanggil PaO. Saya rindu sekali untuk membuat artikel. Disinilah saya menuangkan semua hasil pemikiran. Saya beri judul pada Blog ini, Reflection Results. Ini semua hasil pemikiran, ide, refleksi dari saya sendiri. Apabila ada kata-kata atau kalimat dari orang lain, saya berikan footnote atau resensi tulisan. Saya yakin anda mendapat pelajaran yang baik pada saat anda membacanya. Bila teman-teman sedang ada waktu, boleh sekalian dikasih komentarnya dalam setiap artikel yang dibaca. Bila ada yang tidak setuju juga tidak masalah :D all praise to Jesus! praise for ever!!

Selamat Membaca. Tuhan Yesus Kristus Memberkati.

Penulis : Pdp. Paulus Igunata Sutedjo, M.Th.

Labels

Tuesday, November 6, 2012

SALVAGE THE SUNDAY - Ibrani 10:19-25 – part 2.



II. To Do !
Setelah kita menyadari bahwa Ibadah adalah anugerah dalam Salvage the Sunday part 1, maka selanjutnya, penulis akan membahas tindakan praktis yang dapat kita lakukan.

1.   Persiapan sebelum ibadah.
Ibr. 10:21  dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah.
Ibr. 10:22  Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.

Dalam beribadah kita akan menghadap Imam Besar yang sekaligus kepala Rumah Allah, yaitu Tuhan Yesus Kristus. Sehingga kita harus mempersiapkan diri dengan baik sebelum bertemu dengan Raja segala Raja. Mempersiapkan diri dalam penampilan sangat penting, tetapi yang terutama adalah mempersiapkan hati kita! (ay.22).

Appearance is important, but more important is the heart.

Banyak hal yang dapat kita lakukan untuk mempersiapkan hati sebelum beribadah. Berikut ini adalah beberapa contoh praktis yang dapat kita lakukan untuk mempersiapkan diri, dengan meneladani dari beberapa penulis buku yang terkenal.

1.  John Piper percaya, bahwa mematikan televisi adalah salah satu cara terbaik mempersiapkan hati kita untuk menerima firman Allah.

2.  Joshua Harris menyarankan agar kita mempersiapkan hati untuk menerima firman Allah tidak hanya dengan menghindari hiburan duniawi, tetapi juga menetapkan waktu pada sabtu malam untuk membaca Firman Tuhan dan berdoa.

3.  Pada saat kita sudah sampai di Gereja, jauh lebih baik kita berdoa terlebih dahulu. Sehingga hati kita tenang dan siap untuk beribadah.


2.   Pada saat Ibadah.
Setelah kita mempersiapkan diri lewat penampilan dan hati kita. Maka selanjutnya kita juga harus memperhatikan pada saat ibadah. Ada beberapa hal yang harus kita perhatikan dan lakukan.

A. Berharap kepada Tuhan.
Ibr. 10:23  Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia.

Kita dapat mengutarakan seluruh harapan kita pada saat Ibadah. Karena memang isi Firman Tuhan  adalah janji-janji Tuhan. Kita dapat mengeluarkan isi hati pada saat pujian dinaik-kan, pada saat menyembah Dia atau-pun pada saat berdoa.

B. Memuji Tuhan lewat nyanyian.
Maz. 148:13  Biarlah semuanya memuji-muji TUHAN, sebab hanya nama-Nya saja yang tinggi luhur, keagungan-Nya mengatasi bumi dan langit.

Pada saat ibadah dimulai, ingatlah bahwa tujuan kehadiran kita bukanlah untuk dihibur, Gereja bukan gedung bioskop. Kita bukan bagian dari penonton, tetapi kita adalah bagian dari jemaat yang merupakan satu tubuh Kristus. Sehingga kita mengeluarkan suara nyanyian untuk memuji Tuhan. Kita bernyanyi bukan karena suara kita bagus, tetapi karena hanya Tuhan-lah yang layak menerima pujian tersebut. Jadi fokus pada saat kita bernyanyi bukan kepada diri kita, tetapi kepada kebesaran Tuhan dan kemuliaan hanya bagi Tuhan.

C. Mendengarkan khotbah.
Mal. 2:2  Jika kamu tidak mendengarkan, dan jika kamu tidak memberi perhatian untuk menghormati nama-Ku, firman TUHAN semesta alam, maka Aku akan mengirimkan kutuk ke antaramu dan akan membuat berkat-berkatmu menjadi kutuk, dan Aku telah membuatnya menjadi kutuk, sebab kamu ini tidak memperhatikan.

Tatkala firman Allah dikhotbahkan, kita tidak sekadar menerima informasi mengenai Allah, karena Allah sendirilah yang berbicara kepada kita melalui firman-Nya. Sehingga kita harus menghormati siapa-pun yang dipakai Tuhan utk berkhotbah. Mungkin pengkhotbahnya masih muda, tidak lucu, tidak terkenal, khotbahnya singkat, dll.  

Suatu kali, saya pernah mendengarkan pengkhotbah yg biasanya menjenuhkan. Setiap kali saya tahu bahwa giliran pendeta tersebut yang berkhotbah, maka dalam pikiran saya langsung ada penolakan secara tidak langsung. Jujur saja, saya benar-benar jenuh mendengarkan khotbahnya, mungkin pembawaannya yang kurang baik, sehingga membuat orang yang mendengarnya jenuh.  Tetapi setelah saya belajar di posisi jemaat yang benar-benar mau belajar mendengarkan, saya mendapat pelajaran yang baru dari khotbah tersebut, walaupun pembawaannya masih tetap sama.

Dari cerita ini saya belajar, bahwa seringkali kita tidak mendapatkan pelajaran apa-apa pada saat khotbah, karena kita tidak mendengarkan dengan baik. Jadi letak kesalahan seringkali bukan di Pendetanya, tetapi sikap kita sebagai jemaat yang mem-vonis bahwa pendeta ini tidak pantas, tidak lucu, tidak enak didengar, dll. Sesungguhnya beban tanggung jawab yang harus ditanggung setiap ibadah berlangsung, bukanlah bagaimana penampilan sang pengkhotbah, melainkan bagaimana jemaat mendengarkan.

The important thing is not how the appearance of a preacher, but how the church listening.

Saya tidak membela siapa-pun dalam hal ini, namun para Pendeta harus berjuang keras untuk membuat khotbah mereka mudah dimengerti dan menarik, tetapi akhirnya, mendengarkan dengan saksama dan menerapkan kebenaran firman Tuhan yang mereka dengar tetap menjadi tanggung jawab jemaat. Jadi pertumbuhan rohani ditentukan bagaimana kita mendengarkan firman Tuhan dengan baik yang dipenuhi dengan rasa hormat.

D. Mempersembahkan korban bakaran.
Mal 1:7  Kamu membawa roti cemar ke atas mezbah-Ku, tetapi berkata: "Dengan cara bagaimanakah kami mencemarkannya?" Dengan cara menyangka: "Meja TUHAN boleh dihinakan!"
Mal 1:8  Apabila kamu membawa seekor binatang buta untuk dipersembahkan, tidakkah itu jahat? Apabila kamu membawa binatang yang timpang dan sakit, tidakkah itu jahat? Cobalah menyampaikannya kepada bupatimu, apakah ia berkenan kepadamu, apalagi menyambut engkau dengan baik? firman TUHAN semesta alam.
Mal 1:10  Sekiranya ada di antara kamu yang mau menutup pintu, supaya jangan kamu menyalakan api di mezbah-Ku dengan percuma. Aku tidak suka kepada kamu, firman TUHAN semesta alam, dan Aku tidak berkenan menerima persembahan dari tanganmu.

Ketika kolektan berkeliling dengan kantong persembahan, sudahkah kita menyiapkan persembahan yang terbaik? Ingatlah, bahwa cara kita memberi merupakan perhatian mendalam bagi Tuhan. Dia sangat peduli pada cara kita mempersembahkan sesuatu kepadaNya. Tuhan tidak suka dengan persembahan yang cacat. Dalam hal ini, maksudnya adalah, (Ay.8) Tuhan akan menolak persembahan yang diberikan dengan asal-asalan.  Seperti perbuatan umat Israel dalam kisahnya di kitab Maleakhi 1:7-10. Jadi berikanlah persembahan yang terbaik bukan yang termahal. Karena mungkin nominal kolekte kita tidak banyak, tetapi apabila kita mempersiapkannya dengan baik dan dengan hati yang tulus, maka kita sudah memberikan yang terbaik untuk Tuhan.


3.   Setelah Ibadah.
Yak. 1:22. Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri.
Yos. 1:8  Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung.

Setelah kita mempersiapkan diri dengan baik sebelum beribadah dan memperhatikan apa saja yang harus dilakukan dengan baik pada saat ibadah, maka yang harus diperhatikan juga adalah apa yang harus kita lakukan setelah beribadah. Hal ini tidak kalah pentingnya, yaitu menjadi pelaku firman Tuhan. Untuk menjadi pelaku firman Tuhan, tidak cukup hanya mendengar, tetapi juga harus merenungkan firman tersebut siang dan malam dan meng-aplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari.

Suatu saat ada seorang bernama Alex, dia adalah seorang karyawan dalam satu perusahaan. Ada hal yang dilakukan Alex dengan luar biasa setelah  mendengarkan firman Tuhan hari minggu. Hari senin ia datang pagi-pagi ke kantor untuk merenungkan kembali firman Tuhan yang telah diberitakan hari minggu kemarin dan mempraktekannya.

Dalam Alkitab, tidak ditulis bacalah firman Tuhan siang dan malam, tetapi renungkanlah siang dan malam (Yos.1:8). Merenung jauh lebih baik dari pada membaca, karena dengan merenung, kita tidak sekadar membaca, tetapi mengerti, mendalami, mengupas apa yang kita baca dan dalam perenungan kita akan mendapatkan pengalaman rohani yang luar biasa. Tentunya setiap individu yang merenungkan firman Tuhan akan mendapatkan makna yang berbeda. Membaca dan Mendengarkan firman Tuhan membutuhkan  tempat dan waktu, tetapi istimewa dari merenung adalah tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Kita dapat merenungkan firman Tuhan kapan saja dan dimana saja, itulah sebabnya kita harus merenungkan firman Tuhan siang dan malam. Jadi jangan pernah biarkan firman Tuhan setiap ibadah berlalu seperti angin.


4.   Berkomunitas.
Ibr. 10:24  Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.
Ibr. 10:25  Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.

Gereja dalam bahasa inggris, diterjemahkan Church, sedangkan Jemaat diterjemahkan Church. Berarti dapat diartikan, berjemaat dalam satu Gereja sama dengan Berkomunitas. Dan setiap jemaat adalah bagian dari Gereja tersebut, atau biasa yang disebut dengan tubuh Kristus, bukan pengunjung. Sehingga sesama jemaat seharusnya saling memperhatikan satu dengan yang lain. Komunitas yang benar dan baik adalah komunitas yang saling memperhatikan, saling mendorong dan saling menasihati.

Saya sering memperhatikan orang-orang yang setelah pulang dari Gereja, biasanya mereka langsung pergi tanpa memperdulikan jemaat yang lain. Karena mungkin di kota Jakarta adalah kota yang sibuk, sehingga hari minggu bagi beberapa orang, bukan sekadar ke Gereja, tetapi waktu dimana mereka liburan atau waktu bersama keluarga. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan hal itu, tetapi kita harus mengingat diri kita sebagai anggota jemaat. Kita adalah bagian dari Gereja, bukan penonton atau bahkan pengunjung, sehingga seharusnya kita meluangkan waktu sejenak dengan sesama jemaat. Karena, bagaimana kita bisa saling menasihati, apabila bertegur sapa antar jemaat saja tidak pernah. Mari kita luangkan waktu setelah ibadah selesai untuk berkomunitas.


Konklusi.
Ibr. 10:25  Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.

Selamatkanlah hari minggu atau setiap ibadah yang anda jalani dengan penuh ucapan syukur, dan dengan cara memaksimalkan 2 jam selama ibadah berlangsung. Sehingga kita tidak menjalani ibadah hanya sekadar rutinitas yang kita lakukan sebagai orang Kristen. Lakukanlah dengan giat menjelang hari Tuhan yang mendekat.

Selamat hari minggu!
Selamat beribadah!

Tuhan Yesus memberkati

No comments: