Welcome....

Selamat datang teman-teman. Saya Paulus yang biasa dipanggil PaO. Saya rindu sekali untuk membuat artikel. Disinilah saya menuangkan semua hasil pemikiran. Saya beri judul pada Blog ini, Reflection Results. Ini semua hasil pemikiran, ide, refleksi dari saya sendiri. Apabila ada kata-kata atau kalimat dari orang lain, saya berikan footnote atau resensi tulisan. Saya yakin anda mendapat pelajaran yang baik pada saat anda membacanya. Bila teman-teman sedang ada waktu, boleh sekalian dikasih komentarnya dalam setiap artikel yang dibaca. Bila ada yang tidak setuju juga tidak masalah :D all praise to Jesus! praise for ever!!

Selamat Membaca. Tuhan Yesus Kristus Memberkati.

Penulis : Pdp. Paulus Igunata Sutedjo, M.Th.

Labels

Tuesday, June 9, 2015

Pilihan Hidup Rolando Dan Ronaldo - Hakim-Hakim 11:1-3

Rolando dan Ronaldo adalah anak kembar yang lahir dari keluarga broken home. Ibunya seorang penjudi, sedangkan ayahnya seorang pemabuk. Kedua orang tuanya sudah meninggal sejak mereka masih kecil. Akhirnya, mereka tinggal di panti asuhan, namun di tempat yang berbeda. Berita tentang kedua bocah ini sampai menghiasi koran berita lokal tempat lahir mereka di negara Mexico. Sampai empat puluh tahun kemudian, seorang pemimpin redaksi ingin mengetahui keberadaan kedua bocah ini. Lalu ia mengutus tim wartawan untuk melakukan liputan khusus. Tim wartawan ini akhirnya menemukan Rolando yang sedang berada dalam sebuah bar di daerah Guadelajara dalam kondisi mabuk berat dan dilihat dari penampilannya, ia terlihat sudah berhari-hari tidak mandi. Tim wartawan ini mewawancarai si Rolando, mengapa keadaannya sampai seperti ini. Rolando berkata sambil berteriak, bahwa ia menjadi seperti ini karena ayahnya yang juga seorang pemabuk. Sehingga Rolando juga menjadi seorang pemabuk. Buah yang jatuh, tidak akan jauh dari pohonnya. Itulah hasil dari wawancara dengan Rolando. Lalu bagaimana dengan saudaranya? Apakah hidup Ronaldo juga berakhir di dalam sebuah bar dan menjadi pemabuk? Tim wartawan itu menemukan Ronaldo di Mexico City. Ronaldo sudah menjadi seorang direktur di sebuah perusahaan internasional yang memiliki keluarga bahagia dan dengan harta yang berlimpah. Mereka mewawancarai Ronaldo, apa yang menjadi motivasinya sehingga dia bisa menjadi sehebat ini. "Ayahku dulu seorang pemabuk dan penjudi. Sejak dulu aku berusaha membuktikan kalau aku bisa menjadi orang hebat, walaupun aku lahir dari keluarga pemabuk dan penjudi." Tutur Ronaldo.

Hidup adalah sebuah pilihan. Kata-kata tersebut tidak asing lagi di telinga kita, dan memang benar kenyataannya seperti itu. Memang kita tidak dapat memilih orang tua kita, namun untuk menjadi orang sukses atau gagal, tergantung pilihan yang dibuatnya. Pilihan itu dimulai dari sebuah keputusan. Keputusan itu dimulai dari pikiran. Untuk itulah kita harus mengisi pikiran ini dengan hal-hal yang positif, serta mengisi pikiran kita dengan firman Tuhan. Sehingga kita menjadi sadar, bahwa kita harus tetap bergantung kepada Tuhan Yesus atas setiap keputusan yang kita buat. Bila kita tidak pernah membuat keputusan dan menentukan pilihan, maka pada akhirnya orang lain yang akan memutuskan dan menentukan pilihan hidup kita, sehingga hidup kita dikendalikan oleh orang lain. 

Yefta memang terlahir dari keluarga yang banyak masalah. Dia anak seorang perempuan sundal dan diusir saudara-saudaranya, tetapi untuk menjadi perampok adalah pilihan hidupnya sendiri. Pilihan yang kita buat sekarang ini, sangat menentukan masa depan kita. Untuk itulah kita harus lebih bijaksana dalam mengambil sebuah keputusan, karena keputusan tersebut yang akan menentukan pilihan kita. 


Masa depan kita suram atau tidak, ditentukan dari keputusan 
akan pilihan kita di masa sekarang.



Sumber:
1. Wisdom of God
2. Renungan Harian Manna Sorgawi - Sabtu, 10 Mei 2014

Friday, June 5, 2015

Builder Or Gatherer? - Roma 14:19; 1 Korintus 14:26


Banyak orang percaya yang masih senang menjadi seorang gatherer atau pengumpul untuk mengumpulkan orang-orang guna memenuhi gerejanya dengan dalih penginjilan. Pada dasarnya, jika niatnya penginjilan tidak ada yang salah. Tetapi yang saya lihat, akhir-akhir ini sering kali fokusnya hanya untuk memenuhi bangku-bangku gereja yang kosong, sehingga melupakan satu hal yang jauh lebih penting, yakni menjadi seorang builder atau pembangun. 

Seorang gatherer fokusnya hanya mengumpulkan massa. Setelah itu tidak ada follow-up, sehingga kerohanian orang-orang yang dikumpulkan itu tidak diperhatikan dengan baik. Jika kerohaniannya menurun, dengan mudahnya kita berkata bahwa penyebabnya adalah dosa dan kesalahannya sendiri. Jika kerohaniannya meningkat itu karena kita yang membawa orang tersebut ke gereja. Jadi fokusnya ke diri sendiri. Berapa banyak jiwa yang sudah saya bawa ke gereja? Berapa jumlah jemaat yang ada sekarang karena saya?

Seorang gatherer pun juga lebih mementingkan kuantitas dibandingkan dengan kualitas kerohanian jemaat. Semakin banyak jumlah jemaat, maka orang seperti ini merasa semakin suskses. Seolah-olah satu-satunya ukuran kesuksesan dalam penginjilan hanya dilihat dari jumlah jemaat dan menghiraukan faktor kualitas kerohaniannya. Ayat firman Tuhan hari ini seharusnya mengingatkan kita, bahwa tugas kita sebagai orang percaya sebenarnya bukan menjadi seorang pengumpul atau gatherer, tetapi menjadi seorang pembangun atau builder! 

Seorang builder tahu betapa pentingnya fondasi yang kuat, sama halnya dengan rumah yang membutuhkan fondasi yang kuat. Untuk itu seorang builder akan mengorbankan apapun untuk membangun fondasi dari orang yang diajak ke gerejanya. Ia akan mementingkan kualitas kerohaniannya. Untuk itu ia berusaha mengajarkan tentang kebenaran firman Tuhan dari yang paling dasar sampai yang paling sulit. Dia tidak sekadar meluangkan waktu untuk mengajaknya ke gereja, tetapi dia akan berusaha meluangkan waktu untuk mengajar dan menasihatinya jika ada suatu hal yang dilakukan bertentangan dengan firman Tuhan. Karena fondasi itu yang nantinya menjadi sumber kekuatan bagi orang percaya baru tersebut. Suatu saat nanti, jika ada badai kehidupan menerpanya ia akan sanggup mengatasinya, karena fondasinya sudah kuat yaitu sesuai kebenaran firman Tuhan.

Untuk menjadi seorang gatherer kita hanya butuh modal kotak makanan dan mengadakan acara yang menarik sehingga dapat mengundang massa ke gereja, tetapi untuk menjadi seorang builder kita butuh modal materi, tenaga, dan waktu. Karena butuh usaha keras untuk menjadi seorang builder yang sesuai dengan firman Tuhan. Tentu fokusnya bukan kepada diri sendiri, tetapi kepada orang yang dibangun. Pilihan di tangan kita, apakah kita mau menjadi seorang gatherer atau seorang builder?

Thursday, May 21, 2015

Balok Di Mataku

Mat 7:3  Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?
Mat 7:4  Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu.
Kerap kali ayat ini hanya dijadikan pedoman orang Kristen bahwa sebelum menghakimi orang lain, lihat dulu apa yang kita lakukan (balok), sehingga kita dituntut untuk menjadi orang yang sempurna terlebih dahulu, sebelum menegur kesalahan orang lain. Boleh dikatakan, jika belum sempurna, lebih baik tidak usah menegur!

Sadarlah, bahwa ayat ini bukan hanya mengajarkan kita untuk menjadi seorang yang benar-benar sempurna adanya. Karena kenyataannya, selama di dunia manusia tidak bisa menjadi sempurna, selalu ada kekurangan (balok) dalam dirinya, bahkan ada masa lalu yang tidak mengenakkan (balok).

Jadi bukan berarti kita berusaha supaya tidak ada “balok” dalam diri kita, tetapi berusaha supaya kita menyingkirkan “balok” itu dari mata kita dengan cara mengakui segala kekurangan kita. Sehingga kekurangan serta masa lalu yang buruk itu tidak menjadi batu sandungan di saat kita sedang mengajar orang lain.

Mengakui kekurangan, kesalahan, keterbatasan diri, dan masa lalu yang buruk membutuhkan hati yang besar! Namun orang seperti ini akhirnya mampu memenangkan hati orang lain!
http://paulusutedjo.weebly.com/my-blog/balok-di-mataku

Saturday, February 21, 2015

Buah Jatuh Tidak Jauh Dari Pohonnya

Buah Jatuh Tidak Jauh Dari Pohonnya adalah mitos yang masih sering didengungkan. Saat buah itu jatuh, memang tidak jauh dari pohonnya. Tapi saat buah itu masuk ke dalam tanah, lalu bibitnya bertumbuh menjadi tunas yang baru, dan tunas itu menjadi pohon dewasa yang baru. Maka Pohon yang baru itu jelas berbeda dengan pohon asalnya.

Orang tua kita mungkin adalah seorang perampok, pelacur, atau pemakai obat-obatan terlarang. Namun bukan berarti kita pasti menjadi perampok, pelacur, atau pemakai obat-obatan terlarang!

Kelahiran itu bicara tentang PREDESTINASI, sedangkan menjadi tunas yang baru yang benar-benar berbeda dari asalnya adalah bicara tentang FREEWILL.

Jika kita tetap memilih menjadi seorang perampok, itu berarti kita membiarkan diri untuk TETAP BERGAUL dengan perampok. Kita tetap menjalin relasi yang erat dengan para perampok. 

Jadi ada perbedaan besar antara BIBIT dan RELASI. Mungkin kita bibit yang berasal dari seorang perampok, tetapi jika kita menjalin relasi dengan orang jujur, maka bibit itu bertumbuh menjadi satu pribadi yang baru, yang benar-benar berbeda dari asalnya!

So, stop judging someone just because he comes from the seeds of evil!


1Kor. 15:33, Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik. 

Jelas sekali ayat ini mengatakan, bahwa yang merusak segala sesuatu yang baik dari kita adalah PERGAULAN atau RELASI yang buruk, bukan BIBIT yang buruk! Untuk itu, mari menjalin RELASI dengan orang yang baik & benar, supaya kita bertumbuh menjadi  pribadi yang baik & benar. 

Jbu

Monday, December 15, 2014

Hal Menghakimi

JANGAN MENGHAKIMI GUE!
Acap kali kita menggunakan kata-kata JANGAN MENGHAKIMI (Mat 7:1) supaya tindakan kita yang salah tidak dihakimi, sehingga kata JANGAN MENGHAKIMI menjadi tameng atas kesalahan kita. Padahal jika kita melakukan suatu kesalahan, alangkah baiknya jika ada yang mengoreksi, supaya kita tidak melakukan kesalahan yang sama di kemudian hari.

JANGAN MENGHAKIMI DIA!
Kata-kata ini pun sering kita gunakan untuk membela orang lain yang telah melakukan kesalahan atau berbuat dosa, supaya kita yang menghakimi dapat menyadari, bahwa kita tidak lebih baik dari orang itu, untuk itu jauh lebih baik menegur orang tersebut dengan penuh kasih. Saya setuju! Tetapi ingatlah, kasih Tuhan itu mendidik! Ada saatnya seseorang harus ditegur dengan keras! Jadi jika ada teman atau sahabat yang berbuat dosa, kita harus menegurnya, jika tidak, maka kita yang akan berdosa (Yak 4:17).

Maksud saya, jangan terlalu cepat menggunakan ayat  “JANGAN MENGHAKIMI” untuk membela diri kita sendiri ataupun membela untuk orang lain, karena jika memang kita harus menghakimi atau mengadili, ya lakukanlah dengan bijaksana sesuai dengan kitab Mat 18:15-17. Tegurlah terlebih dahulu, jika masih auban bawalah beberapa saksi, jika tidak berubah juga... Ya sudah... orang bebal kudu didoain aja.  

Setiap orang pernah berbuat salah, jika tidak ada yang menegur, maka dia selalu berbuat salah!

1 Tes 5:14. “ ... tegorlah mereka yang hidup dengan tidak tertib ... ”