Seringkali kita takut mengaku diri kita
kudus karena kata kudus seolah-olah sudah sempurna dan kekudusan itu hanya
untuk Tuhan, bukan kita sebagai manusia yang sering berbuat dosa, sekalipun
kita sudah bertobat. Untuk itulah
kita harus mengerti terlebih dahulu tentang kata kudus itu sendiri.
A.
ETIMOLOGI
Kudus dalam bahasa Ibrani adalah Qadosy dan Qodesy dan dalam bahasa
Yunani adalah hagios. Qadosy mempunyai pengertian terpisah, dikhususkan
atau terpotong dari. Hagios punya
dasar pemikiran yang sama mengenai keterpisahan dan kesucian terhadap Tuhan.
Lalu bagaimana dengan kekudusan Tuhan?
B.
KEKUDUSAN TUHAN
1Sam
2:2 Tidak
ada yang kudus seperti TUHAN, sebab tidak ada yang lain kecuali Engkau dan
tidak ada gunung batu seperti Allah kita.
Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang
kudus. Melihat kata kudus mempunyai pengertian terpisah, jadi yang dimaksud dengan kekudusan Tuhan berarti bahwa
Dia dipisahkan daripada segala yang dosa. Dengan demikian berarti Tuhan tidak
bisa berbuat dosa karena Tuhan dipisahkan dari dosa.
Begitu juga dengan anakNya yang tunggal.
Yesus Kristus pun tidak berdosa, walaupun Yesus lahir sebagai seorang manusia.
Karena, walaupun Yesus lahir dari seorang manusia yang berdosa, tetapi Yesus
dikandung dari Roh Kudus (Mat 1:18). Berikut ini adalah ayat-ayat pendukung
dari ketidakberdosaan Yesus Kristus.
- Luk 1:35 Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.
- 1Pet 1:19 melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.
- 1Pet 2:22 Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya.
- 1Yoh 3:5 Dan kamu tahu, bahwa Ia telah menyatakan diri-Nya, supaya Ia menghapus segala dosa, dan di dalam Dia tidak ada dosa.
Setelah kita mengerti bahwa Tuhan
sebagai Bapa di Sorga dan Yesus sebagai Anak adalah pribadi yang tidak berdosa,
tentunya timbul pertanyaan lain. Bagaimana dengan manusia? Apakah manusia kudus
sama seperti Tuhan Yesus Kristus yang kudus?
C.
KEKUDUSAN MANUSIA
Mungkinkah manusia menjadi kudus? Karena apabila melihat dari
pengertiannya, kata kudus dapat berarti terpisah dari dosa. Bapa di Sorga dan
Yesus Kristus tentu sudah jelas terpisah dari dosa, karena memang naturnya
tidak bisa berdosa. Permasalahannya adalah, apakah manusia bisa terpisah dari
dosa? Mari kita mengerti terlebih dahulu tentang manusia berdosa.
a.
Manusia Berdosa
Yak 1:14 Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya.
Yak 1:15 Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa
itu sudah matang, ia melahirkan maut.
Ada dua kata yang harus kita perhatikan dari ayat-ayat ini. Yang
pertama, adalah kata “keinginannya”. Dalam bahasa Inggris ditulis kata “lust”
yang artinya nafsu. Nafsu sebenarnya bukan kata yang negatif, tetapi kenapa
kata ini dapat menyeret dan memikat kita, sehingga kita dapat melahirkan dosa?
Contohnya: nafsu makan. Nafsu makan
adalah sesuatu hal yang baik, terutama bagi mereka yang sedang sakit. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa pengertian pertama dari nafsu
adalah keinginan, tetapi yang menarik adalah pengertian kedua, yaitu dorongan hati yang kuat untuk berbuat
kurang baik. Dan hal ini dipertegas dalam bahasa aslinya, yaitu bahasa
Yunani. Kata “Lust” dalam bahasa Yunani adalah epithumia (ἐπιθυμία) yang artinya kerinduan atau nafsu terutama untuk hal yang dilarang. Jadi kata
ini mempunyai pengertian keinginan yang
dilarang atau keinginan yang kurang baik. Nah, keinginan inilah yang pada
akhirnya akan melahirkan dosa apabila sudah dibuahi. Karena bila kita mengingat
perintah Tuhan yang berkata, “Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya
perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apapun yang dipunyai
sesamamu." (Kel 20:17). Maka dengan jelas perintah Tuhan mengatakan
bahwa keinginan untuk memiliki saja sudah tidak boleh, dan itu adalah suatu
larangan .
Yang kedua adalah kata “dosa” dalam bahasa Yunani adalah Hamartia, yang artinya “meleset dari sasaran”. Yang dimaksud
dari meleset dari sasaran adalah meleset
dari kehendak Tuhan Yesus Kristus. Tentunya tindakan manusia sering meleset
dari kehendak Tuhan, karena manusia masih sering dikuasai oleh keinginan yang
tidak baik. Jadi karena manusia memang naturnya adalah berdosa, sehingga sulit
sekali untuk mengerti kehendak Tuhan Yesus Kristus. Pada saat kita lahir ke
dunia pada saat itu juga kita mewarisi dosa asal (Rom 5:12). Yaitu dari orang
tua kita, dan tentunya juga dari nenek moyang kita, Adam dan Hawa. Jadi waktu
kita lahir ke dunia sekalipun, kita juga sudah berdosa.
Sehingga dapat disimpulkan, bahwa manusia tidak mungkin terlepas
atau bebas dari dosa apabila kita masih memiliki keinginan yang tidak baik. Siapa
pun yang sudah bertobat dan bahkan pendeta sekalipun terkadang masih memiliki
keinginan yang tidak baik, yang akhirnya akan melahirkan dosa. Jadi selama kita
masih di dalam dunia, selama itu juga kita tidak bisa sepenuhnya terpisah dari
dosa. Tidak seperti Yesus Kristus pada saat masih di dunia yang tidak berdosa.
b.
Bebas & Merdeka Dari Dosa
Rom 6:6 Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita
telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan
kita menghambakan diri lagi kepada dosa.
Rom 6:7 Sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa.
Rom 6:8 Jadi jika kita telah mati dengan Kristus,
kita percaya, bahwa kita akan hidup juga dengan Dia.
Rom 6:18 Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran.
Memang kita sebagai manusia tidak bisa terpisah dari dosa. Namun,
seharusnya kita harus mengingat akan karya Tuhan Yesus di dunia. Bahwa Dia
datang ke dunia untuk menebus kita dari dosa. Sehingga pada saat itu kita sudah
dimerdekakan dari dosa.
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa pada saat kita menerima Yesus
sebagai Tuhan dan Juru Selamat, lalu mematikan kehidupan kita yang lama, pada
saat itulah kita bebas dari dosa. Karena kita sudah menjadi milikNya dan
menjadi hambaNya, berarti kita sudah dimerdekakan dari dosa. Tetapi bukan
berarti kita sepenuhnya terpisah dari dosa, hanya saja berarti kita sudah
mematikan manusia lama kita yang berdosa. Jadi kekudusan manusia dapat
dikatakan kekudusan progresif.
Maksudnya, kekudusan manusia itu melewati proses ke arah yang
lebih baik, walaupun mungkin pernah jatuh. Bila tadinya suka berkata kasar,
maka setelah menerima Tuhan Yesus, kita tidak melakukannya lagi. Tetapi,
setelah itu mungkin terkadang kita masih suka kelepasan berkata kasar tanpa
disengaja. Karena kita tahu bahwa itu tidak baik, maka kita berusaha untuk
mengendalikan lidah kita sampai kepada titik, kita tidak berkata kasar lagi.
Tentu bagi orang yang sudah kebiasaan akan memakan waktu yang cukup lama,
karena bisa jadi, hal itu sudah menjadi karakter orang tersebut. Untuk itulah
dibutuhkan usaha yang lebih keras untuk menghilangkan kebiasaan yang tidak
berkenan kepada Tuhan. Sehingga kita dapat memuliakan nama Tuhan. Itulah yang disebut
dengan kekudusan progresif. Jadi, sebagai ciptaan baru, kita masih sangat
mungkin jatuh dalam dosa, tetapi kita tetap harus memperjuangkan hidup kudus
itu. Karena kekudusan adalah suatu keharusan.
c.
Kekudusan suatu Keharusan
1Pet 1:16; Im
19:2 "Berbicaralah kepada segenap jemaah Israel dan katakan kepada mereka:
Kuduslah kamu, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, kudus.
Kekudusan Tuhan menuntut kekudusan
umatNya. Maksudnya adalah umat Tuhan yang adalah sekutu Tuhan, juga harus hidup
terpisah daripada segala yang dosa dan mempersembahkan seluruh hidupnya untuk
Tuhan. Kenapa kita harus hidup kudus? Karena tanpa hidup kudus, tidak mungkin
ada persekutuan dengan Tuhan yang kudus. Seperti yang dikatakan dalam Ibrani 12:14 “Berusahalah hidup damai dengan
semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa
kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan.” Ayat ini berkata bahwa
tanpa kekudusan kita tidak akan melihat Allah. Melihat saja tidak bisa apalagi
masuk ke dalam Kerajaan Allah. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa
kekudusan bukanlah suatu “pilihan” tetapi suatu “keharusan”.
d.
Hidup Kudus
Setelah kita mengetahui
bahwa kekudusan itu adalah suatu keharusan, maka dalam hal apa saja kita harus
hidup kudus? Tentunya dalam segala hal, tetapi paling tidak kita dapat
memperhatikan cara hidup kita sehari-hari. Yang harus diperhatikan antara lain
adalah :
- Hidup kita. 1Tes 4:1-6; 2Tim 2:22
- Penampilan. 1Pet 3:3, 4
- Berbicara. Ef 4:29, 5:4
- Bergaul. 1Tim 5:1, 2; Ef 4:31, 32
- Hidup berkeluarga. Ef 5:22-23, 6:1-4
- Bekerja. Ef 6:5-9
- Bertengkar. Ef 4:29, 4:26
- Dan lain-lain
D.
KONKLUSI
Kekudusan Tuhan dengan Kekudusan manusia
sangat berbeda. Karena Kekudusan Tuhan berarti terpisah sepenuhnya dari dosa
dan Kekudusan manusia adalah kekudusan progresif. Jadi, dalam seluruh kehidupan,
kita harus memiliki cara hidup yang terpisah (Qadosy), yang tidak sama dengan kehidupan orang belum percaya.
(2Kor 6:17-7:1; Rom 12:2). Sehingga hidup kita dapat memuliakan namaNya.
1Tes
4:1 Akhirnya, saudara-saudara, kami
minta dan nasihatkan kamu dalam Tuhan Yesus: Kamu telah mendengar dari kami
bagaimana kamu harus hidup supaya berkenan kepada Allah. Hal itu memang telah
kamu turuti, tetapi baiklah kamu melakukannya
lebih bersungguh-sungguh lagi.
5 comments:
Setujuu :D walaupun kita ga bs memiliki kekudusan Tuhan, tp ttep kita HARUS hidup KUDUS utk bs bersekutu dgn Allah
So, jgn lama2 memaklumkan diri bhwa manusia slalu ga bs trlepas dr dosa yaa.. Krn intinya itu "keinginan" kita sendiri, seperti yg udh dijelaskan di atas
-̶̶•-̶̶•̸Ϟ•̸Thank You•̸Ϟ•̸-̶̶•-̶ artikelnya, sgt memberkati.. :)
Gbu always
Yup... all praise to Jesus, praise forever!! :D
btw ini siapa ya ? hehehe
This is GREAT. Kekudusan itu hrs. Ttp mmg sulit. Stlh baca menghibur jd mau terus bangkit bro.
Selamat bangkit kembali ;D bro hrhehe
Sesulit apapun kita harus bangkit kembali!
All praise to Jesus! Praise 4 ever ♥
Kudus kudus kudus lah Tuhan
Post a Comment