Banyak orang percaya yang masih senang menjadi seorang gatherer atau pengumpul untuk mengumpulkan orang-orang guna memenuhi gerejanya dengan dalih penginjilan. Pada dasarnya, jika niatnya penginjilan tidak ada yang salah. Tetapi yang saya lihat, akhir-akhir ini sering kali fokusnya hanya untuk memenuhi bangku-bangku gereja yang kosong, sehingga melupakan satu hal yang jauh lebih penting, yakni menjadi seorang builder atau pembangun.
Seorang gatherer fokusnya hanya mengumpulkan massa. Setelah itu tidak ada follow-up, sehingga kerohanian orang-orang yang dikumpulkan itu tidak diperhatikan dengan baik. Jika kerohaniannya menurun, dengan mudahnya kita berkata bahwa penyebabnya adalah dosa dan kesalahannya sendiri. Jika kerohaniannya meningkat itu karena kita yang membawa orang tersebut ke gereja. Jadi fokusnya ke diri sendiri. Berapa banyak jiwa yang sudah saya bawa ke gereja? Berapa jumlah jemaat yang ada sekarang karena saya?
Seorang gatherer pun juga lebih mementingkan kuantitas dibandingkan dengan kualitas kerohanian jemaat. Semakin banyak jumlah jemaat, maka orang seperti ini merasa semakin suskses. Seolah-olah satu-satunya ukuran kesuksesan dalam penginjilan hanya dilihat dari jumlah jemaat dan menghiraukan faktor kualitas kerohaniannya. Ayat firman Tuhan hari ini seharusnya mengingatkan kita, bahwa tugas kita sebagai orang percaya sebenarnya bukan menjadi seorang pengumpul atau gatherer, tetapi menjadi seorang pembangun atau builder!
Seorang builder tahu betapa pentingnya fondasi yang kuat, sama halnya dengan rumah yang membutuhkan fondasi yang kuat. Untuk itu seorang builder akan mengorbankan apapun untuk membangun fondasi dari orang yang diajak ke gerejanya. Ia akan mementingkan kualitas kerohaniannya. Untuk itu ia berusaha mengajarkan tentang kebenaran firman Tuhan dari yang paling dasar sampai yang paling sulit. Dia tidak sekadar meluangkan waktu untuk mengajaknya ke gereja, tetapi dia akan berusaha meluangkan waktu untuk mengajar dan menasihatinya jika ada suatu hal yang dilakukan bertentangan dengan firman Tuhan. Karena fondasi itu yang nantinya menjadi sumber kekuatan bagi orang percaya baru tersebut. Suatu saat nanti, jika ada badai kehidupan menerpanya ia akan sanggup mengatasinya, karena fondasinya sudah kuat yaitu sesuai kebenaran firman Tuhan.
Untuk menjadi seorang gatherer kita hanya butuh modal kotak makanan dan mengadakan acara yang menarik sehingga dapat mengundang massa ke gereja, tetapi untuk menjadi seorang builder kita butuh modal materi, tenaga, dan waktu. Karena butuh usaha keras untuk menjadi seorang builder yang sesuai dengan firman Tuhan. Tentu fokusnya bukan kepada diri sendiri, tetapi kepada orang yang dibangun. Pilihan di tangan kita, apakah kita mau menjadi seorang gatherer atau seorang builder?
No comments:
Post a Comment