Marietha berumur 37 tahun. Ia seorang biarawati yang berkarya di Kupang. Beberapa tahun yang lalu ia divonis menderita kanker payudara stadium 1B oleh dokter dari R.S. Panti Rapih di Yogyakarta. Akhirnya Marietha berusaha minum obat-obatan tradisional dan teh hijau selama 1 tahun. Namun setelah ia melakukan pemeriksaan kembali di R.S. Panti Rapih, ternyata kanker payudaranya bertambah stadiumnya menjadi 2B. Tidak lama kemudian ada seorang ibu dari Semarang menganjurkan Marietha untuk minta didoakan oleh Romo Yohanes Indrakusuma, O. Carm. Marietha pun menurut dan akhirnya ia bertemu dengan Romo Yohanes dan minta didoakan oleh beliau. Saat Romo Yohanes menumpangkan tangan di atas kepala Marietha, dia berkata, "Suster pasti meyimpan dendam yang sudah lama kepada seseorang di hati suster." Mendengar hal itu, Marietha tak kuasa menahan air matanya, lalu Ia berkata, "Benar romo, saya memang membenci ayah saya sejak SMP, karena ayah saya telah mengkhianati ibu, dua kakak, dan saya sendiri. Kami diusir dari rumah, kemudian ayah dan seorang wanita menempati rumah yang sudah bertahun-tahun kami tempati itu. Sejak saat itu ibu saya sakit dan akhirnya meninggalkan kami selama-lamanya. Setelah kejadian itu, saya memendam kebencian terhadap ayah." Romo Yohanes pun akhirnya menyatakan, bahwa penyebab penyakit Marietha adalah karena ia belum mau mengampuni ayahnya.
Romo Yohanes menganjurkan kepada Marietha untuk dapat mengampuni ayahnya, serta membuktikannya dengan perbuatan. Setelah itu, Marietha minta izin dari kewajibannya selama 6 bulan untuk merawat ayahnya yang ternyata sedang terkena penyakit stroke. Selama 6 bulan, Marietha merawat ayahnya dengan kasih yang tulus. Selama 6 bulan ia tidak minum obat. Setelah masa cuti selesai, Marietha memutuskan untuk melakukan pemeriksaan kembali di R.S. Panti Rapih. Setelah diperiksa, dokter yang merawat Marietha sangat heran dan bertanya, "Suster minum obat apa selama ini?" Marietha pun menjawab, bahwa ia tidak minum obat-obatan. Dengan heran Marietha bertanya, "Apa yang sedang terjadi dengan dirinya?" Dokter menjawab dari hasil pemeriksaan darah maupun USG, semua hasilnya menyatakan, bahwa Marietha tidak menderita kanker payudara lagi! Marietha pun yakin, obatnya adalah pengampunan. Marietha telah melepaskan pengampuan kepada ayahnya.
Mungkin kita berpendapat, bahwa mengampuni orang yang kita benci adalah hal yang mustahil, karena orang tersebut tidak layak diampuni. Kisah Marietha memberi pelajaran kepada kita, bahwa kasih yang mustahil itu pun dapat kita berikan dengan cara mengampuni.
Bahasa Yunani kata kasih dalam Mat 5:44 adalah agapao, artinya adalah kasih tanpa syarat, untuk itu berikanlah kasih tanpa syarat tersebut kepada orang-orang yang sebenarnya tidak layak mendapatkannya. Kasih yang mustahil menurut kita pun menjadi mungkin!
Mengasihi musuh adalah hal yang mustahil bagi kita.
Namun tidak bagi Tuhan, untuk itu berdoalah kepadaNya!
No comments:
Post a Comment