Setiap
manusia pasti mempunyai permasalahannya sendiri, anak kecil-pun ada masalahnya
tersendiri, seperti belajar berjalan, mengeja huruf, dll. Jadi jangan pernah
merasa masalahnya lebih berat daripada orang lain, karena setiap manusia
mempunyai porsinya masing-masing. Seperti firman Tuhan berkata “Pencobaan-pencobaan
yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan
manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai
melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan
ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.” Jadi masalah yang kita hadapi,
seharusnya kita sanggup menyelesaikannya.
Sehingga
fokus kita bukan kepada masalahnya, tetapi kepada Tuhan yang kita sembah. Dan seharusnya
kita-pun dapat menikmati masalah tersebut. Seperti judul artikel ini, yaitu Dancing in the Rain, yang artinya menari
disaat hujan. Saya mendapatkan ilustrasi ini dari film India. Keunikan dari
film India adalah, pada saat mereka ada masalah, mereka nyanyi, pada saat
mereka di guyur hujan, mereka nyanyi, sehingga seakan-akan mereka dapat
menikmati hidupnya, walaupun banyak masalah. Pertanyaannya sekarang adalah, apakah
kita dapat menari pada saat hujan (menikmati masalah)? Seberat apapun masalah kita, seharusnya kita
dapat menikmatinya, bukan menjadikannya sebuah beban karena kita punya Tuhan
Yesus Kristus. Kita tahu, bahwa hal ini akan sangat sulit, tetapi berikut ini
kita akan mempelajari, bagaimana cara menari
diatas hujan / menikmati masalah lewat kitab Matius 8:23-27.
1. Mengikuti kehendak Tuhan Yesus.
(23) Lalu Yesus naik ke dalam perahu dan murid-murid-Nyapun mengikuti-Nya.
Tuhan
Yesus sehabis pelayanan (khotbah di bukit, menyembuhkan seorang sakit kusta,
menyembuhkan perwira di kapernaum, menyembuhkan ibu mertua petrus dan orang
lain). Tentu dapat dilihat kondisi fisik Tuhan Yesus pasti sangat lelah. Murid-Nya-pun
ikut pelayanan pada saat itu, dan kondisi fisiknya juga sama dengan Tuhan Yesus.
Mereka sama-sama lelah dan capai. Murid Tuhan Yesus disini harus diteladani,
yaitu mereka tidak hanya ikut-ikutan saja, tetapi mereka benar-benar dalam
keadaan yang sangat lelah, tetapi tetap mau mengikuti kemana Yesus pergi. Jadi,
apakah kita mau mengikuti kehendak Yesus (tetap ibadah, berdoa, sukacita,
mengucap syukur), walaupun dalam keadaan sedang lelah/capai/banyak masalah
sekalipun ?
2.
Mempunyai cara pandang yang benar.
(24) Sekonyong-konyong mengamuklah angin ribut di danau itu, sehingga
perahu itu ditimbus gelombang, tetapi
Yesus tidur.
Seismos (σεισμός) adalah kata Yunani yang dipakai Matius untuk
angin ribut. Yang artinya adalah gempa bumi (earthquake). Dan kata ini merupakan akar kata seismologi yaitu ilmu
yang mempelajari tentang gempa bumi. Karena itu, angin ribut yang dikatakan di
sini (the great storm), sebetulnya
boleh dikatakan sebagai gempa bumi di laut (tsunami).
Tsunami (bahasa Jepang) 津波;
tsu = pelabuhan, nami = gelombang, secara harafiah berarti "ombak besar di pelabuhan") adalah perpindahan
badan air yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan
tiba-tiba. Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut, atau atau hantaman meteor di laut. Gelombang tsunami dapat merambat ke segala arah.
Angin ribut / tsunami / masalah yang
dihadapi terlalu besar, bahkan bagi orang yang berpengalaman seperti petrus dkk.
yang seorang nelayan. Disini kita dapat belajar, bahwa dalam mengikut Tuhan
bukannya enak tetapi pasti ada masalah, bahkan masalah itu datangnya “suddenly” artinya tiba-tiba. Pada saat
masalah datang, muridnya melihat Yesus tidur. Wajar karena Dia letih secara
jasmani, karena pelayanannya yang sangat padat sebelum kejadian ini (bisa
dibaca dipasal-pasal sebelumnya). Kita sering melihat bahwa Yesus “terlihat” tertidur pada saat masalah
menerpa hidup kita. Karena yang kita gunakan adalah mata jasmani kita. Tuhan
yang kita sembah itu Roh, seharusnya kita melihat dengan mata Roh kita bukan
melihat dengan mata Jasmani kita. Sehingga cara pandang kita seharusnya melihat
Allah yang jauh lebih besar kuasanya daripada gelombang tersebut.
3.
Mengandalkan Tuhan.
(25) Maka datanglah
murid-murid-Nya membangunkan Dia, katanya: "Tuhan, tolonglah, kita binasa."
Murid Yesus panik (freaking out!), karena mereka berkata “Tuhan
tolonglah kita binasa.” Yang menandakan keputus-asaan mereka. Sebenarnya, tidak
ada yang salah dengan ketakutan, rasa cemas, kesedihan yang kita rasakan,
tetapi yang salah apabila hal itu sudah menguasai kita. Hidup kita harus
berpusat kepada Tuhan, sehingga apabila ada masalah dalam hidup kita, maka
pribadi yang harus kita andalkan adalah Tuhan, bukan orangtua, saudara, pasangan,
dll.
Kita bisa meminta nasihat kepada orang
disekitar kita, tetapi tetap Tuhanlah yang harus kita temui pertama kali dengan
berdoa. Jadi bila orang disekitar kita tidak bisa menemani atau memberi nasihat
kepada kita, kita tidak kecewa, karena pusat hidup kita adalah Tuhan. Manusia seringkali
mengecewakan, tetapi Tuhan tidak akan.
4.
Percaya.
(26) Ia berkata
kepada mereka: "Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya?" Lalu bangunlah Yesus menghardik angin dan
danau itu, maka danau itu menjadi teduh sekali.
Kata “Kurang percaya”
dalam ayat ini, di terjemahan aslinya, yaitu bahasa Yunani adalah ὀλιγόπιστος
– oligopistos (ol-ig-op'-is-tos);
berasal dari kata oligos dan pistis. Artinya adalah iman yang kecil. Seringkali kita sudah melihat banyak
mukjizat dalam kehidupan kita (bernafas, dicukupi setiap hari, dll) tetapi kita
masih saja memiliki iman yang kecil bila kita sedang dihadapi masalah yang
terlalu besar. Kita khawatir terus menerus dengan masalah yang sedang kita
hadapi. Orang yang khawatir adalah orang yang memiliki iman
yang kecil, seperti orang yang tidak mengenal Tuhan. Orang seperti ini termasuk
Ateis Praktis, dia percaya kepada Tuhan tetapi bila ada masalah tidak percaya
kepada kuasa Tuhan, dia lupa yang memberikan nafas hidup itu adalah Tuhan yang
Maha Kuasa. Karena
orang seperti ini, fokus hanya pada masalahnya bukan kepada Tuhan. Ingat, Tuhan yang kita sembah adalah Allah
Maha Kuasa, Dia sanggup memulihkan kehidupan kita.
5.
Kenali Allah kita.
(27) Dan heranlah
orang-orang itu, katanya: "Orang apakah Dia ini, sehingga angin dan
danaupun taat kepada-Nya?"
Kita
harus mengenal Tuhan lebih dalam, jangan sampai Dia melakukan sesuatu yang
besar buat kita, tetapi kita tidak mengenali Dia secara pribadi. Murid-murid tahu bahwa Tuhan Yesus
berkuasa, tetapi mereka tidak mengenal lebih dalam, padahal sudah banyak
mukjizat di dalam kehidupan mereka, bahkan mereka baru menyaksikan beberapa
mukjizat di depan mata mereka sendiri.
Cara
mengenalnya adalah dengan mencari tau tentang Dia. Mencari tahu tentang Dia bukan sekedar “search” tetapi juga harus
“seek”, yang berarti mencari sampai dapat. Mencari tahu tentang Yesus tentunya
bisa kita cari lewat salah satu penyataan khusus Allah, yaitu Alkitab. Disini kita
dapat mengenal Tuhan yang kita sembah lebih dalam lagi. Tentunya tidak lupa
untuk berdoa untuk hubungan pribadi kita dengan Bapa di sorga.
Konklusi
Apabila
kita sudah melakukan kelima hal diatas, yaitu mengikuti kehendak Tuhan Yesus,
mempunyai cara pandang yang benar, mengandalkan Tuhan, percaya dan kenali Allah
kita lebih lagi, maka seharusnya kita dapat menari pada saat badai hidup datang.
Karena kita mempunyai Allah yang Maha Kuasa, dan kita mampu untuk menikmati
masalah yang ada di dalam kehidupan kita.
My quote:
Hidup bukan tentang bagaimana menunggu “hujan
lebat” berhenti, tetapi tentang bagaimana kita dapat menari pada saat datang “hujan
lebat”.
5 comments:
Terimakasih buat renungannya...!!!
semoga renungan ini dapat menyemangati untuk lebih mengenal Allah, sehingga kita semakin mengerti dan memahami semua kehendak Allah dalam perjalanan hidup kita.
Trims tulisannya menarik dan menyentuh
Terima kasih atas penjelasannya yang cukup mendalam.Tuhan memberkati
Thank you for the good devotional, I like this writings, I will continue with Him as a Power God, true God, loving God.
Memberkati
Post a Comment