Kata Yesus di dalam Mat 7:3, "Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?" Apabila kita renungkan, berarti ada yang salah dengan penglihatan orang ini. Karena dia tidak dapat melihat balok di dalam matanya sendiri. Orang seperti ini ahli dalam melihat kesalahan orang lain, tetapi tidak ahli dalam melihat kesalahan diri sendiri. Inilah yang terkadang masih sering dilakukan orang Kristen, yaitu menghakimi sesamanya, padahal perintah Tuhan sudah jelas, yaitu kasihilah sesamamu. Dalam melihat kesalahan orang lain, sering kali kita membenci pribadinya, padahal yang harus kita benci adalah perbuatan dosanya, bukan pribadinya.
Seorang penyanyi rohani Kristen dan juga seorang hamba Tuhan bernama Franky Sihombing bercerita tentang kekristenan di majalah Charisma. “Saya memiliki seorang sahabat yang kebetulan memiliki banyak tato di tubuhnya. Suatu ketika saya menerima sebuah kejutan yang sangat luar biasa. Ia menelpon saya dan berkata ingin bertobat, mencari Tuhan dan ingin hadir dalam kebaktian minggu. Waktu itu, teman saya ini meminta referensi gereja mana yang sebaiknya ia kunjungi. Saya pun memberikan sebuah nama gereja supaya ia dapat pergi kesana,” “Saya merasa sangat bersyukur ketika sahabat saya ini mau akhirnya ke gereja. Ini seperti sebuah jawaban doa untuk saya pribadi. Di hari minggu itu, sahabat saya dengan penuh pengharapan melangkahkan kakinya menuju sebuah gereja. Sampai di depan pintu, para penyambut tamu melihatnya dengan pandangan aneh dan tidak bersahabat. Semua menjadi jelas ketika salah seorang dari mereka berkata bahwa sahabat saya ini tidak diperkenankan untuk masuk mengikuti kebaktian, dengan alasan jemaat lain akan takut dengan penampillan sahabat saya ini.” Franky terkejut, lalu sahabatnya saat itu juga langsung menelpon dan berkata bahwa seumur hidupnya, tidak akan pernah lagi menginjakkan kaki di gereja. Apakah ini yang disebut dengan kasih? Apakah setiap orang yang datang ke gereja dengan berpenampilan kurang pantas, lalu kita langsung menghakiminya dan mengusirnya?
Apabila kita masih suka langsung menghakimi seseorang tanpa mengenalnya terlebih dahulu, berarti ada yang salah dengan penglihatan kita. Tidak selalu orang yang berpenampilan "buruk" lalu kita dapat menghakiminya bahwa perbuatannya juga buruk. Seseorang tidak bisa dinilai langsung dari penampilannya. Kekristenan seharusnya menjadi jawaban bagi sesamanya dan mencari yang terhilang, sehingga orang yang belum percaya menjadi percaya, bukan sebaliknya. Bertobatlah apabila kita masih suka menghakimi, sehingga kasih yang Yesus ajarkan kepada kita tidak hanya menjadi slogan orang Kristen, tetapi kasih tersebut dapat diterapkan dan menjadi berkat bagi orang lain. Mari kita belajar untuk lambat menghakimi dan cepat untuk mengenal.
Lambatlah untuk menghakimi seseorang dan lebih cepatlah untuk mengenal seseorang.
No comments:
Post a Comment