Yang mana,
yang paling anda suka… ketaatan atau kebebasan ? Saya yakin sekali, pasti para
pembaca lebih menyukai kebebasan dibanding dengan ketaatan. Banyak orang yang suka
sekali dengan kata BEBAS, termasuk penulis tentunya. Karena kebebasan itu
terdengar unlimited (tidak terbatas),
sedangkan ketaatan terdengar limited
(terbatas).
Penulis pernah
iri (waktu masih sekolah) dengan teman-teman yang mempunyai kebebasan dalam menggunakan
waktu dan uang, seakan-akan mereka tidak mempunyai limit dalam menggunakan
kedua hal tersebut. Yang membuat Penulis iri, karena Penulis tidak memiliki
keduanya, baik kebebasan dalam hal waktu atau-pun dalam hal uang. Penulis dididik
oleh seorang Bapa, yang disiplin dalam menggunakan waktu, sehingga harus pulang
ke rumah lebih cepat dan bahkan tidak diberi uang jajan.
Jadi, pada
dasarnya manusia sangat menginginkan kebebasan, tetapi pada kenyataannya,
sangat tidak mungkin kebebasan yang unlimited
itu diberikan kepada seseorang. Mari kita lihat contoh kebebasan yang terdapat
dalam Alkitab.
CONTOH KEBEBASAN DALAM ALKITAB.
Kej. 2:15
TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden
untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.
Kej. 2:16
Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon
dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas,
Kej. 2:17 tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik
dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau
memakannya, pastilah engkau mati."
Kej. 3:2
Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: "Buah pohon-pohonan dalam
taman ini boleh kami makan,
Kej. 3:3
tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah
berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati."
Tidak
dicatat dalam Alkitab bahwa Hawa tahu dari mana tentang perintah Tuhan itu, tetapi
sebagai suami istri tentunya Adam menceritakan kepada Hawa tentang perintah
Tuhan itu. Point yang Penulis ingin tekankan, bahwa Adam & Hawa diberi
kebebasan yang sama, untuk makan semua buah di taman Eden (bayangkan kita makan di restoran yang all u can eat!), kecuali satu
yaitu buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan jahat.
Adam &
Hawa sama-sama tahu tentang sebab akibat tersebut. Yaitu, apabila mereka makan
(sebab), pasti mereka mati (akibat). Tetapi mereka memilih makan dan menanggung
akibat dari perbuatan mereka sendiri (ay.14-19). Akhirnya, kebebasan yang Tuhan
percayakan kepada Adam & Hawa telah hilang. Kebebasan hilang karena ketidaktaatan. Jadi seharusnya kebebasan harus
disertai dengan ketaatan.
KEBEBASAN YANG DISERTAI DENGAN KETAATAN.
Seorang
teolog jerman dan pendeta bernama Dietrich Bonhoeffer mengatakan, bahwa bagi
orang Kristen ada hubungan yang sangat erat antara kebebasan dengan ketaatan. Kebebasan
tanpa ketaatan adalah kesewenangan-wenangan,
sedangkan Ketaatan tanpa kebebasan, adalah perbudakan.
Keduanya sama-sama tidak kristiani.
Gal 5:1 Supaya
kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus
telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi
dikenakan kuk perhambaan.
Sebagai
anak Tuhan, memang kita telah bebas karena dimerdekakan dari belenggu dosa oleh
Kristus, tetapi kebebasan yang kita miliki, harus tetap pada jalurnya Tuhan. Tadinya,
kita adalah hamba dosa, tetapi karena kita sudah dimerdekakan dari dosa, kita
menjadi hamba Tuhan. Jadi, Kebebasan yang kita miliki sebagai anak Tuhan, juga
harus disertai dengan ketaatan.
HOW ?
Setelah
kita tahu, bahwa sebagai orang bebas kita juga harus tetap taat pada
firman-Nya, lalu bagaimana cara mewujudkan kebebasan yang disertai dengan
ketaatan? Mari kita lihat buah Roh dalam
Galatia 5:23. Fokus Penulis hanya kepada salah satu buah Roh, yaitu penguasaan
diri (ITB), Self-Control (NIV).
Penulis memakai kata pengendalian diri
dalam menterjemahkan self-control. Jadi,
untuk mewujudkan kebebasan yang disertai dengan ketaatan adalah dengan pengendalian diri.
Pengendalian
diri sangat penting, karena apa yang tidak kendalikan, maka hal itu yang akan
mengendalikan kita. Contoh: LIDAH. Karena lidah dapat menghancurkan apa yang sudah
dibangun (Yakobus 3:5-8). Dengan perkataan, kita dapat menghancurkan reputasi,
pernikahan, hubungan, bahkan masa depan seseorang, hanya dalam satu malam. Contoh
lain yang dapat mengendalikan kita adalah NAFSU MAKAN, SEKS, MATERI, MASA LALU,
dll. Jadi, kita dapat dikendalikan oleh hal yang kita tidak kendalikan.
Begitu pula
dengan kebebasan, apabila kita tidak bisa mengendalikan kebebasan, maka kebebasan-lah yang akan mengendalikan kita,dan
pada akhirnya kita tidak taat. Bicara
tentang pengendalian diri, apakah setelah kita tahu bahwa kita harus
mengendalikan kebebasan yang kita miliki, dengan semudah itu kita mampu
mengendalikannya? Tentu tidak, pengendalian diri bukan hal yang mudah, tetapi
mari kita coba belajar tentang pengendalian diri yang benar.
PENGENDALIAN YANG BENAR.
Marthin
Luther, sang reformator terkenal antara lain karena ungkapan-ungkapannya yang
paradoksal. Ketika Luther menjelaskan ttg bagaimana situasi orang Kristen
setelah ia dibenarkan oleh Tuhan, maka ia menyebutnya sebagai : simul iustus et peccator, artinya adalah
orang yang benar, namun sekaligus berdosa.
Maksudnya, kita adalah orang yang dibenarkan karena iman percaya kepada Yesus,
tetapi sekaligus kita juga manusia yang berdosa. Apabila kita masih mempunyai
potensi untuk berbuat dosa, berarti kecil sekali kemungkinan kita untuk dapat mengendalikan
diri.
Pengendalian
diri berarti, kita yang mengendalikan diri kita sendiri. ß pandangan yang kurang
tepat! Karena, apabila kendali kita yang pegang, maka sangat mungkin kita jatuh
di lubang dosa yang sama berulang-ulang. Lalu, apa yang harus kita lakukan? Apa
itu pengendalian diri yang benar?
Ada hal
yang harus kita ingat, bahwa pengendalian diri adalah bagian dari buah Roh, bukan buah roh (perbedaan di huruf besar). Di dalam Galatia 5:22, kata buah Roh
(ITB) diterjemahkan dipimpin oleh Roh
Allah (IBIS). Jadi pengendalian diri yang benar adalah berikan kendali hidup kita ke tangan Tuhan Yesus Kristus. Biarkanlah
Tuhan yang mengendalikan hidupmu!
KONKLUSI.
Kebebasan
harus disertai dengan ketaatan, sehingga kita tetap pada jalurnya Tuhan. Untuk
mewujudkannya, dibutuhkan pengendalian diri yang benar. Pengendalian diri yang
benar adalah memberi kendalinya ke tangan Tuhan. Kendali dalam tangan Tuhan
berarti, bukan lagi melakukan apa yang kita inginkan, tetapi melakukan apa yang
Tuhan inginkan.
My quote :
Self-control
is not talk about how we can control ourselves. but about give the control to
the hands of God.
No comments:
Post a Comment