Yohanes dikenal dengan rasul kasih, namun sebelum mendapat julukan itu, Yohanes adalah seorang rasul yang arogan. Mungkin hal ini sulit diterima, karena arogan artinya adalah sombong, congkak, dan angkuh. Bila kita melihat tulisan Yohanes dalam Injil Yohanes dan surat 1-3 Yohanes, kita akan mengenal Yohanes sebagai seorang yang penuh kasih. Namun pada kenyataannya, Yohanes adalah rasul yang arogan. Berikut kita akan melihat kearoganannya dalam alkitab.
Saat Yohanes melihat ada seseorang yang bukan pengikut Yesus mengusir setan demi nama Yesus, ia langsung mencegahnya tanpa minta izin terlebih dahulu kepada Yesus, padahal Yesus tidak mempermasalahkan hal itu. Dalam kisah yang lain, Yohanes dan saudaranya pernah mengajukan permintaan kepada Yesus, supaya mereka dapat duduk dalam kemuliaanNya kelak, yang seorang di sebelah kananNya dan yang seorang di sebelah kiriNya. Permintaan mereka itu terlalu arogan, seakan-akan hanya mereka berdua yang layak menempati di sebelah sisi kanan dan kiri Yesus. Kearoganan Yohanes belum selesai sampai di sini. Ketika Yesus mengirim beberapa utusan untuk masuk ke suatu desa orang Samaria, orang-orang Samaria itu tidak mau menerima Yesus. Saat itu Yohanes dan saudaranya dengan arogannya minta izin kepada Yesus supaya mereka dapat menyuruh api turun dari langit sehingga dapat membinasakan orang-orang Samaria itu, namun Yesus menegurnya sehingga akhirnya mereka pergi ke desa yang lain. Dari tiga kisah yang berbeda tentang Yohanes, kita dapat melihat kearoganannya. Orang yang arogan adalah orang yang merasa paling pintar dan paling hebat, sehingga susah untuk belajar dari orang lain.
Orang yang arogan biasanya menonjolkan superioritasnya, tentunya Tuhan tidak suka kita bersikap seperti ini. Memang sudah terbukti dalam beberapa kasus di dunia ini. Contohnya seorang Presiden Brazil yang bernama Tancredo Neves. Selagi kampanye, ia berkata, "Bila mendapat 500.000 suara dari anggota partai saya, maka tidak ada yang dapat mendepak saya dari posisi presiden, bahkan Tuhan sendiri!" Akhirnya, ia mendapat lebih dari 500.000 suara, tapi sehari sebelum peresmian jabatannya ia sakit dan mati. Begitu juga dengan kisah nyata seorang perancang kapal Titanic. Setelah pembangunan kapal Titanic, seorang reporter bertanya, "Seberapa amankah kapal Titanic tersebut?" Dengan nada mengejek perancang kapal Titanic menjawab, "Tuhan pun tidak akan bisa menenggelamkannya." Kenyataannya kapal Titanic tenggelam pada malam 14 April 1912 sampai pagi 15 April 1912 di Samudra Atlantik Utara karena menabrak gunung es.
"Di atas langit masih ada langit!" kalimat ini seharusnya mengingatkan kepada kita, bahwa ketika kita merasa lebih hebat atau pandai, jangan lupa masih ada orang lain yang lebih hebat atau lebih pandai dari kita.
Ketika kita tidak mau belajar dari orang lain,
kita sedang menonjolkan arogansi kepintaran kita.
No comments:
Post a Comment