Kemarin kita belajar tentang kearoganan Yohanes. Salah satunya adalah sikap Yohanes terhadap orang-orang Samaria. Ketika orang-orang Samaria tidak mau menerima Yesus di suatu desa orang Samaria, Yohanes dan saudaranya ingin membinasakan mereka! Sampai akhirnya Yesus menegurnya dan mereka pergi ke desa yang lain. Jelas sekali ketidaksukaan Yohanes terhadap orang-orang Samaria dalam kisah itu. Yohanes adalah putera Zebedeus dan ia seorang nelayan Galilea, berarti sangat mungkin Yohanes adalah orang Yahudi. Saat itu orang Yahudi dan orang Samaria saling memusuhi. Sekalipun Yohanes sudah mendapatkan pengajaran tentang mengasihi musuh oleh Yesus, nampaknya ia masih kesulitan untuk menerapkan pengajaran tersebut di dalam kehidupannya. Hal ini terlihat dari sikapnya yang ingin membinasakan orang-orang Samaria, saat mereka menolak Yesus yang notabene adalah orang Yahudi.
Namun perubahan secara radikal terjadi dalam diri Yohanes setelah Yesus terangkat ke Sorga! Dalam Kisah Para Rasul 8 dicatat, bahwa ketika Yohanes dan Petrus diutus ke tanah Samaria, mereka berdoa supaya orang-orang Samaria itu beroleh Roh Kudus. Bahkan setelah itu, dalam kepulangannya ke Yerusalem, mereka menyempatkan untuk memberitakan Injil dalam kampung-kampung di Samaria. Berarti Yohanes juga memiliki kerinduan yang mendalam supaya orang-orang Samaria banyak yang bertobat dan menerima injil. Yohanes sudah menerapkan pengajaran Yesus tentang mengasihi musuh.
Mengasihi musuh adalah hal yang sangat sulit. Tentu harus melewati proses yang sangat panjang. Yohanes pun juga melewati proses, sampai akhirnya ia berhasil mengasihi musuhnya. Musuh adalah lawan atau orang yang bertengkar dengan kita. Jadi sangat mungkin musuh itu adalah orang yang paling dekat dengan kita. Mungkin musuh itu adalah suami, istri, anak, mantu, mertua atau bisa jadi orangtua kita sendiri. Karena saat kita berelasi dengan seseorang, kemungkinan besar kita akan mengalami konflik, sehingga hal tersebut membuat kita bertengkar dengan orang tersebut. Masalahnya adalah, apakah kita tetap mampu mengasihi musuh atau lawan kita?
Suatu hari seorang hamba Tuhan menuding langsung kepada Tono yang lagi duduk di bangku jemaat dari depan mimbar. Ia mengatakan bahwa kinerja pelayanan Tono tidak baik. Saat itu banyak jemaat yang mendengarkannya. Tono tidak bisa mengasihi hamba Tuhan tersebut, karena bagi Tono hamba Tuhan itu adalah musuhnya. Namun dengan dukungan dari rekan-rekan sepelayanan, akhirnya Tono pun dapat belajar untuk mengasihi musuhnya itu, sampai akhirnya ia dapat mengampuni. Seperti kata Alfred Plummer, "Membalas kebaikan dengan kejahatan adalah tabiat Iblis; membalas kebaikan dengan kebaikan adalah tabiat manusiawi; membalas kejahatan dengan kebaikan adalah tabiat ilahi."
Kebaikan dibalas kebaikan adalah hal yang biasa.
Kejahatan dibalas kebaikan adalah kemenangan terbesar!
No comments:
Post a Comment