Di dalam Matius 20:28 dan Markus 10:45 berisi pesan yang sangat jelas bahwa, Yesus datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani. Ini adalah salah satu tujuan Yesus diutus ke dunia.
Dilayani, bukanlah hal yang sulit untuk dilakukan, karena siapapun pasti senang dan suka untuk dilayani. Tetapi sebagai anak Tuhan, seharusnya kita meneladani sikap Yesus pada saat Ia membasuh kaki murid-muridNya. Murid Yesus merasa tidak pantas diperlakukan seperti itu, karena mereka tahu bahwa yang membasuh itu adalah Raja, Guru, Nabi dan yang pasti Dia juga Allah yang seharusnya di sembah.
Dilayani, bukanlah hal yang sulit untuk dilakukan, karena siapapun pasti senang dan suka untuk dilayani. Tetapi sebagai anak Tuhan, seharusnya kita meneladani sikap Yesus pada saat Ia membasuh kaki murid-muridNya. Murid Yesus merasa tidak pantas diperlakukan seperti itu, karena mereka tahu bahwa yang membasuh itu adalah Raja, Guru, Nabi dan yang pasti Dia juga Allah yang seharusnya di sembah.
Mari kita tanggalkan segala kesombongan dan keegoisan kita. Belajarlah dari kepemimpinan Yesus, yaitu “Servant Leadership”. Sejak usia kita masih muda, mari kita mendidik diri kita sendiri untuk mempunyai hati kepemimpinan hamba. Dari sekian banyaknya yang dapat dipelajari mengenai Servant Leadership, mari kita pelajari 3 Ciri Servant Leadership.
1. WEAKNESS
Seorang pemimpin, adalah seorang yang mengetahui kelemahannya. Apabila dia lemah dalam bidang atau perbuatan tertentu, maka ia harus mengakuinya dan berusaha memperbaiki kelemahan tersebut.
Coba renungkan terlebih dahulu, kelemahan apa yang ada dalam diri kita? apakah kita masih baca firman Tuhan setiap hari? bagaimana dengan kehidupan doa? apakah kita masih terikat dalam satu dosa? apakah masih egois? suka main perintah? berkata kasar?
Setelah kita mengetahui kelemahan diri kita sendiri, maka selanjutnya kita harus melakukan perubahan besar. Tidak ada rumus pasti, supaya kita dapat berubah. Ingatlah bahwa yang berkuasa atas diri kita adalah kita sendiri, otomatis kita juga yang harus mengambil keputusan untuk berubah total, atau membiarkan diri kita sendiri tenggelam dalam lumpur dosa. Perubahan adalah masalah keputusan.
2. CARE
Perduli terhadap orang lain, adalah salah satu ciri “Servant Leadership”. Keegoisan adalah hal yang menghambat kita untuk perduli terhadap sesama. Inilah point penting yang harus kita hancurkan dalam diri kita. Ego manusia zaman modern ini sangat berkembang, sehingga sangat mudah menular ke orang lain, sehingga keperdulian semakin berkurang-kurang. Mari kita belajar perduli terhadap sesama, ingatlah bahwa manusia adalah mahluk sosial, yang membutuhkan orang lain.
3. SACRIFICE
Pengorbanan adalah ciri terakhir yang Penulis akan bahas. Melayani identik dengan pengorbanan. Ada banyak hal yang harus kita korbankan, apabila kita menjadi seorang pemimpin.Yang harus kita korbankan untuk melayani adalah, antara lain : kesenangan, hobi, waktu, tenaga, uang, dll. Seperti Yesus yang berkorban di kayu Salib untuk kita, dan kita sebagai anakNya juga harus meneladani sikap tersebut.
Mungkin ini adalah hal yang paling susah untuk dilakukan. Tetapi kita harus ingat, bahwa dalam berkorban kita harus memberikan sesuatu, dan orang yang memberi adalah orang yang kaya. Jadi berkorban tidak akan membuat kita menjadi miskin, justru sebaliknya, kita akan menjadi kaya. Kaya yang dimaksud tidak selalu berbicara mengenai soal materi, tetapi kita bisa kaya hubungan antar sesama, kaya kerohanian, dll.
Mari kita belajar untuk berani berkorban di usia yang masih dini. Mulailah dengan melayani di gereja sebagai aktifis, memberi bantuan dana orang tua asuh, ikut patisipasi dalam dana acara-acara di Gereja, membesuk teman yang sudah lama tidak hadir, memberi sumbangan ide untuk kemajuan Gereja, mengajak teman bermain atau teman sekolah untuk datang ke Gereja, dll.
Ciri-ciri yang sudah dijabarkan diatas dengan singkat, akan hanya menjadi teori sia-sia, apabila kita tidak pernah belajar untuk melakukannya. Mulailah dari sekarang!
1. WEAKNESS
Seorang pemimpin, adalah seorang yang mengetahui kelemahannya. Apabila dia lemah dalam bidang atau perbuatan tertentu, maka ia harus mengakuinya dan berusaha memperbaiki kelemahan tersebut.
Coba renungkan terlebih dahulu, kelemahan apa yang ada dalam diri kita? apakah kita masih baca firman Tuhan setiap hari? bagaimana dengan kehidupan doa? apakah kita masih terikat dalam satu dosa? apakah masih egois? suka main perintah? berkata kasar?
Setelah kita mengetahui kelemahan diri kita sendiri, maka selanjutnya kita harus melakukan perubahan besar. Tidak ada rumus pasti, supaya kita dapat berubah. Ingatlah bahwa yang berkuasa atas diri kita adalah kita sendiri, otomatis kita juga yang harus mengambil keputusan untuk berubah total, atau membiarkan diri kita sendiri tenggelam dalam lumpur dosa. Perubahan adalah masalah keputusan.
2. CARE
Perduli terhadap orang lain, adalah salah satu ciri “Servant Leadership”. Keegoisan adalah hal yang menghambat kita untuk perduli terhadap sesama. Inilah point penting yang harus kita hancurkan dalam diri kita. Ego manusia zaman modern ini sangat berkembang, sehingga sangat mudah menular ke orang lain, sehingga keperdulian semakin berkurang-kurang. Mari kita belajar perduli terhadap sesama, ingatlah bahwa manusia adalah mahluk sosial, yang membutuhkan orang lain.
3. SACRIFICE
Pengorbanan adalah ciri terakhir yang Penulis akan bahas. Melayani identik dengan pengorbanan. Ada banyak hal yang harus kita korbankan, apabila kita menjadi seorang pemimpin.Yang harus kita korbankan untuk melayani adalah, antara lain : kesenangan, hobi, waktu, tenaga, uang, dll. Seperti Yesus yang berkorban di kayu Salib untuk kita, dan kita sebagai anakNya juga harus meneladani sikap tersebut.
Mungkin ini adalah hal yang paling susah untuk dilakukan. Tetapi kita harus ingat, bahwa dalam berkorban kita harus memberikan sesuatu, dan orang yang memberi adalah orang yang kaya. Jadi berkorban tidak akan membuat kita menjadi miskin, justru sebaliknya, kita akan menjadi kaya. Kaya yang dimaksud tidak selalu berbicara mengenai soal materi, tetapi kita bisa kaya hubungan antar sesama, kaya kerohanian, dll.
Mari kita belajar untuk berani berkorban di usia yang masih dini. Mulailah dengan melayani di gereja sebagai aktifis, memberi bantuan dana orang tua asuh, ikut patisipasi dalam dana acara-acara di Gereja, membesuk teman yang sudah lama tidak hadir, memberi sumbangan ide untuk kemajuan Gereja, mengajak teman bermain atau teman sekolah untuk datang ke Gereja, dll.
Ciri-ciri yang sudah dijabarkan diatas dengan singkat, akan hanya menjadi teori sia-sia, apabila kita tidak pernah belajar untuk melakukannya. Mulailah dari sekarang!
No comments:
Post a Comment