SURAT KEPADA JEMAAT DI SARDIS
3:1a Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Sardis.
Keadaan Kota Sardis sangat strategis. Geografis kota tersebut membawa beberapa keuntungan yang sangat menonjol bagi mereka. Lima jalan yang bertemu di Sardis membawa kekayaan perdagangan ke pasar Sardis. Sungai Paktolus yang mengalir dari Gunung Tmolus dan melewati pasar Sardis, pada zaman kuno membawa bubuk emas dari sumbernya. Di lading-ladang Frigia yang tidak jauh dari Sardis banyak domba diternak sehingga wolnya juga dipasarkan di Sardis. Sebelum kitab Wahyu ditulis, lokasi Kota Sardis yang sebelumnya sudah terlalu sempit, sehingga sebuah “kota baru” dibangun di lembah. Di lereng Gunung Tmolus sebelah utara, masih ada reruntuhan dari Sardis yang lama. Kota Sardis yang lama itu aman sekali.
Oleh karena benteng Sardis dianggap mustahil dikalahkan, maka Sardis berkembang sebagai ibu kota dari Kerajaan Lydia, dengan segala macam kemewahan. Dalam persaingan antara budaya Eropa (atau Yunani) dan Asia, Sardis mewakili Asia. Kota Sardis diserang oleh banyak kota Yunani di sebelah barat, tetapi Sardis mengalahkan mereka.
Pada waktu kitab Wahyu ditulis, benteng Sardis di lereng Gunung Tmolus sudah tinggal reruntuhan saja. Ternyata perdamaian yang diadakan di seluruh kawasan Kekaisaran Romawi (Pax Romana) berarti bahwa benteng yang mustahil dikalahkan itu tidak berfaedah lagi.
Tampaknya keadaan Kota Sardis terlalu enak, sehingga zaman itu penghuninya dikenal sebagai orang yang malas, suka berpesta, tetapi tidak suka bekerja keras.
Keadaan jemaat Kristus di Sardis, juga enak sekali. Di dalam jemaat tidak ada guru palsu yang mengancam kemurnian ajaran dan kehidupan mereka. Penyembah Kaisar tidak kuat di Sardis, sehingga kemungkinan besar mereka tidak mendapat ancaman penganiayaan.
Dalam ayat ini ditulis sebagai perkenalan jemaat di Sardis, dan saya memberi keterangan sejarah keadaan kota Sardis pada waktu itu. Diambil dari Buku Tafsiran Kitab Wahyu dari bahasa Yunani – Dave Hagelberg.
Bahwa ternyata keadaan kota Sardis adalah keadaan kota yang tenang dan nyaman karena keadaan kota yang sangat strategis. Sering kita menghadapi sepertinya hidup kita aman-aman saja dan tidak ada masalah yang harus diselesaikan, karena keadaan kita yang sudah enak dan nyaman.
3:1b inilah Fiman Dia, yang memiliki ketujuh Roh Allah dan ketujuh bintang itu.
Dalam pembahasan pasal 1:4 di atas, sebutan ketujuh Roh Allah diidentifikasikan sebagai Roh Allah sendiri. Demikian juga dalam pembahasan pasal 1:20 di atas, sebutan ketujuh bintang diidentifikasikan sebagai utusan dari ketujuh jemaat yang saat itu sedang mengunjungi Rasul Yohanes.
Jadi dalam ayat ini jemaat di Sardis diingatkan bahwa Tuhan Yesus adalah tempat jawaban atas semua yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Dan jemaat Sardis sungguh sangat membutuhkan Roh Tuhan dalam setiap keperluan dalam hidupnya.
3:1c-2 Aku tahu segala pekerjaanMu : engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati ! Bangunlah, dan kuatkanlah apa yang masih tinggal yang sudah hampir mati, sebab tidak satu pun dari pekerjaanmu Aku dapati sempurna di hadapan Allah-ku.
Dalam ayat ini jemaat Sardis diingatkan bahwa mereka yang mengira keadaannya yang sekarang adalah baik ternyata di hadapan Tuhan sebetulnya mereka mati. Jemaat Sardis seperti susu basi yang mempunyai kemasan menarik, yang diluarnya baik, tapi busuk didalamnya. Dan bila mereka hidup berkelanjutan seperti itu terus, akan berdampak buruk dikemudian hari. Maka disinilah Tuhan mengingatkan untuk bangkit dari kehidupan yang buruk itu. Tuhan Yesus sangat tau, bahwa pekerjaan yang dilakukannya penuh dengan dosa.
Begitu juga dalam kehidupan kita. Tidak perlu kita berbohong dengan Tuhan bahwa kita melakukan semuanya untuk kemuliaan nama Tuhan, tapi sebenarnya kita masih hidup dalam dosa, mungkin dengan sesama manusia kita bisa menutupi dosa kita, tetapi Tuhan tau semua yang kita lakukan dan pikirkan dalam kehidupan kita.
3: 3 Karena itu ingatlah, bagaimana engkau telah menerima dan mendengarkannya; turutilah itu dan bertobatlah ! Karena jikalau engkau tidak berjaga-jaga Aku akan datang seperti pencuri dan engkau tidak tahu pada waktu manakah Aku tiba-tiba datang kepadamu.
Ada peristiwa dari sejarah kota Sardis lama yang sangat berkaitan erat dengan perkataan ini. Herodotus, sejarahwan Yunani, menceritakan bagaimana Koresh mengepung dan mengalahkan Kota Sardis pada tahun 546 SM, waktu Sardis masih terletak di lereng gunung. Ternyata Kroesus, raja Lydia, pergi menyerang Koresh, raja Persia, tetapi Kroesus dipukul kalah, dan lari ke dalam benteng Sardis. Koresh mengejar Kroesus sampai ke Sardis, dan mengepung Kota Sardis. Benteng itu kuat sekali, karena lereng Gunung Tmolus sangat curam. Melihat curamnya lereng gunung yang dipakai untuk membentengi Sardis, Koresh berpikir, bagaimanakah kota ini dapat dikalahkan. Lalu dia mengumumkan adanya hadiah yang besar untuk pasukannya yang berhasil mendaki dan menyerang lereng dan benteng kota tersebut.
Mendengar janji mengenai pemberian hadia itu, seorang prajurit, bernama Hyeroeades, mengamat-amati lereng itu. Saat dia mengamati lereng ada prajurit Sardis di atas benteng itu yang topi bajanya jatuh ke bawah. Entah karena prajurit itu takut ditegur, tetapi setelah topinya jatuh dia langsung turun dari benteng, dan turun dari lereng yang curam, mengambil topi bajanya, dan mendaki kembali ke tempat semula. Semua itu dilihat Hyroeades, yang juga menghafal jalan yang dipakai orang itu. Malam itu Hyeroeades memimpin satu kelompok pasukan yang terpilih lewat jalan itu. Ketika tiba di atas, sama sekali tidak ada petugas yang jaga. Akhirnya Sardis dikalahkan oleh Koresy, karena mereka tidak berjaga-jaga, puas dengan keadaannya.
Lebih aneh lagi, pada tahun 216 SM, sewaktu Antiokhus Agung menyerang Sardis, terjadi lagi hal yang sama ! Lagoras melakukan apa yang dilakukan oleh Hyeroeades.
Dari awal dalam ayat yang ketiga ini dikatakan turutilah dan bertobatlah, itu sambungan dari ayat yang kedua bahwa hidup kita seperti telanjang di hadapan Tuhan, tidak ada satu dosa yang luput dari Tuhan. Maka kita diharuskan untuk bertobat sebelum kita kecewa dengan keputusan kita.
Sejarah yang saya ambil dari Buku Tafsiran Kitab Wahyu dari bahasa Yunani – Dave Hagelberg juga kita diingatkan untuk berjaga-jaga dalam keadaan apapun. Karena Tuhan datangnya tiba-tiba, seperti pencuri yang kita tidak tahu kapan datangnya.
Dalam kehidupan kita juga diajar dari ayat ini untuk selalu berwaspada dalam keadaan yang tenang sekalipun. Berwaspada dalam arti merenungkan firman Tuhan siang dan malam, supaya kita semakin hari semakin tahu mana yang baik dan mana yang buruk, sehingga kita tidak jatuh dalam dosa dan kita mempersiapkan diri kita untuk layak menyambut Tuhan Yesus yang datangnya secara tiba-tiba.
3: 4 Tetapi di Sardis ada beberapa orang yang tidak mencemarkan pakaiannya; mereka akan berjalan dengan Aku dalam pakaian putih, karena mereka adalah layak untuk itu.
Walaupun seluruh jemaat Sardis tidak dipuji Tuhan, tetapi didalam ayat ini Tuhan menyatakan bahwa beberapa anggota jemaat itu tidak mencemarkan pakaiannya. Mereka menjaga kekudusan mereka, sama seperti orang yang memakai pakaian putih harus berjaga-jaga supaya pakaiannya tidak kena pencemaran. Tuhan berjanji bahwa mereka akan berjalan dengan Aku dalam pakaian putih. Warga Roma memakai pakaian putih untuk merayakan kemenangan yang besar.
Dalam kehidupan kita sehari-hari pastinya kita lebih menjaga pakaian yang bewarna putih, di banding dengan warna lain, karena pakaian bewarna putih mudah kotor, dan sekali kotor gampang bertanda, dan menimbulkan bekas, sehingga kita jadi tidak ingin memakai pakaian bewarna putih tersebut.
Begitulah dari ayat ini dijelaskan bahwa kita harus menjaga kekudusan dalam kehidupan sehari-hari kalau mau berjalan dengan Tuhan dalam pakaian putih yang menandakan kemenangan dari dosa-dosa, karena selama manusia masih hidup, selama itu pula manusia mempunyai potensi untuk jatuh dalam dosa. Jadi kita harus menjaga apa yang kita lakukan setiap hari. Tentunya meminta hikmat kebijaksanaan dari Roh Kudus. Dan hanya orang yang berhasil menjaga “noda-noda hitam” yang akan memakai baju bewarna putih (simbol kemenangan dari dosa) dan kita dilayakan untuk berjalan bersama Tuhan Yesus.
3: 5 Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian; Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan, melainkan Aku akan mengaku namanya di hadapan Bapa-Ku di hadapan para malaikat-Nya.
Bagi orang Yunani pakaian putih dapat melambangkan tiga hal, yaitu kesucian, suasana sukacita di dalam pesta dan kemenangan.
Dalam setiap peraturan yang Tuhan keluarkan, misalkan untuk saling mengasihi, untuk setia, dll. Tuhan pasti juga memberikan janji-janji yang luar biasa untuk kita, baik berkat dalam bentuk jasmani maupun rohani.
Dalam ayat yang kelima ini ada 3 janji Tuhan, yaitu :
1. Barangsiapa yang menang akan dikenakan pakaian putih, yang berarti kita mendapatkan tanda kemenangan dari dosa-dosa kita.
2. Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan, yang isinya merupakan daftar nama orang yang diselamatkan, yaitu mereka yang memiliki kewarganegaraan dalam Kerajaan Allah. Yang berarti Tuhan akan berjanji bahwa orang yang berjaga-jaga juga mengaku dosa dan menjaga kekudusan supaya tidak jatuh dalam dosa akan mendapatkan tempat di Surga nanti. Dan inilah yang menjadi kerinduan dan tujuan hidup setiap umat manusia dimuka bumi, terutama anak-anak Tuhan.
3. Aku akan mengaku namanya di hadapan Bapa-Ku di hadapan para malaikat-Nya, yang berarti kita tidak sekedar masuk surga, tapi nama kita diakui Tuhan Yesus dihadapan Bapa dan malaikat-malaikat di surga. Tidak seperti orang yang berseru-seru nama Yesus waktu masih hidup dibumi tapi pada akhirnya tidak diselamatkan. Dan Tuhan pun berkata pada orang itu, “Aku tidak mengenalmu”.
--===Jbu===--
No comments:
Post a Comment