Andri berumur empat puluh dua tahun. Sebagian masa dewasanya, ia berfokus pada bagaimana menjadi mapan secara finansial. Ketika Andri berumur sembilan belas tahun, ia mulai membeli properti-properti sewaan kecil yang tidak mahal. Sampai ketika ia berumur dua puluh delapan tahun, ia dan istrinya menjual semua rumah sewaannya untuk melunasi rumah utama mereka, dan mereka masih memiliki uang sisa. Membangun di atas dasar ini, mereka selalu hidup bebas hutang dan di bawah standar yang sebenarnya mereka mampu, sehingga mereka bisa menabung dan berinvestasi untuk masa depan. Andri selalu mengatakan kepada dirinya sendiri, suatu hari ketika mereka memiliki tabungan dalam sejumlah tertentu, maka ia akan merasa aman. Tetapi setiap kali ia mencapai garis batas keamanan khayalannya, garis itu berpindah. Apa yang sebelumnya kelihatan lebih dari cukup, tiba-tiba rasanya jauh dari cukup. Setelah berdoa dan merenungkan, Andri menyadari apa yang dilakukannya. Ia sedang menaruh kepercayaannya dalam uang dan bukan dalam Tuhan. Istrinya pun berkata, bahwa mereka sebenarnya berkecukupan. Kata istri Andri, "Jika kita tidak bisa bahagia dengan semua yang kita miliki, ada sesuatu yang benar-benar salah dan tidak sehat tentang kita."
Kisah di atas adalah kisah sepasang anak Tuhan. Ada satu hal yang menarik untuk dapat kita pelajari dalam kehidupan, bahwa manusia tidak pernah merasa cukup dari apa yang dimilikinya. Rasanya ingin memiliki ini dan itu, ingin mengikuti tren masa kini, tanpa memedulikan kebutuhan utama kita. Setelah kita merasa sudah cukup, pasti tiba-tiba rasanya jauh dari cukup. Seolah-olah, keinginan kita untuk suatu hal tidak akan ada habisnya! Orang yang menabung terus-menerus untuk masa depannya tidak akan pernah merasa cukup, karena kebutuhan hidup semakin naik. Harga sandang, pangan dan papan semakin melonjak, apalagi yang sudah berkeluarga.
Di negara Jepang, ada satu pepatah yang menggambarkan begitu bodoh dan naifnya orang-orang yang dikuasai keserakahan, “Biarpun Anda tidur di kamar seribu tikar, Anda hanya bisa tidur di atas satu tikar saja.” Benar juga pepatah itu. Meski kita memiliki puluhan mobil, tetap saja kita hanya bisa menggunakan satu mobil untuk berkendara. Meski kita mampu membeli makanan yang sedemikian banyak dan mewah, perut kita memiliki daya tampung yang sangat terbatas. Meski kita punya banyak materi dan uang yang melimpah, semuanya itu akan ditinggalkan ketika kita meninggal.
Kita tidak harus memiliki semua yang kita ingini, karena apa yang kita ingini belum tentu baik buat kita. Untuk itulah kita harus mensyukuri dengan apa yang kita miliki sekarang. Mengucap syukur dalam segala hal adalah kunci dari hidup berkecukupan. Tidak mengucap syukur dalam segala hal adalah kunci dari hidup berkekurangan.
Walaupun Anda memiliki puluhan kasur,
pada akhirnya Anda hanya bisa tidur di atas satu kasur.
Sumber:
1. Wisdom Of God.
2. Renungan Harian Manna Sorgawi Selasa, 29 April
2014