Suatu hari, kota Atena memberikan sebuah meja marmer dari Italia Selatan yang bagus sekali untuk dihadiahkan kepada Plato. Plato diberi hadiah karena diangkat sebagai warga Atena yang terhormat. Plato sangat senang, lalu ia mengundang semua teman-temannya untuk berpesta merayakannya. Semua teman-temannya datang, makan dan minum. Saat pesta itu hampir selesai, datanglah seorang teman Plato yang juga adalah seorang filsuf, dengan sepatu yang kotor karena telah berjalan berkilo-kilometer dari desanya. Dia berkata, "Saudara-saudara, saya sangat menghormati Plato. Saya tahu Plato diangkat menjadi anggota warga kota yang mulia dan terhormat, serta juga dihadiahkan sebuah marmer yang begitu indah." Kemudian dia langsung melompat ke atas meja marmer itu dengan sepatu kotornya menginjak-injak meja itu, "Supaya Plato tidak sombong, maka saya harus menginjak meja ini untuk mengingatkannya. Saya menginjak-injak kesombongan
Plato." Sesudah itu, orang tersebut turun dari meja. Apakah benar Plato sombong karena diberi marmer? Tentu tidak, dia hanya menyelenggarakan pesta untuk merayakan bersama teman-temannya. Apabila kita di posisi Plato pada saat itu, pasti kita akan marah besar. Tetapi Plato terdiam sejenak, lalu ia masuk kamar dan keluar dengan sebuah sapu, dan menyapu meja yang kotor itu. Kata Plato, "Kawanku yang agung, dengan persahabatan yang begitu hebat, kamu rela datang dari tempat yang begitu jauh untuk merayakan keunggulan kamu, aku sangat berterima kasih. Aku lebih berterima kasih lagi, karena kamu telah menginjak-injak kesombonganku, sekarang, aku harus menyapu iri hatimu".
Iri hati dan sombong itu saudara sepupu, apabila ada yang mengatakan kepada kita, bahwa kita sombong berulang-ulang, tetapi Anda sebenarnya tidak sombong, berarti orang tersebut sudah mulai iri kepada kita. Kita tidak perlu iri hati dengan apa yang dimiliki orang lain, karena sebenarnya kita memiliki kelebihannya tersendiri. Kalau ada orang yang lebih pandai dari kita, akuilah kepandaiannya dan kelebihannya, lalu belajarlah untuk bisa meraih hal itu. Pujilah dia, karena dia memang layak dipuji atas kepandaiannya. Tidak perlu iri hati, karena iri hati akan menghalangi kelebihan kita sendiri, sehingga kita tidak bisa berkembang sebagaimana mestinya. Raja Saul seharusnya bisa menjadi lebih baik daripada sebelumnya, namun karena iri hati terhadap Daud, dia tidak berkembang, bahkan sejak hari itu, Saul selalu mendengki Daud, sehingga roh jahat berkuasa atas Saul.
Pada saat kebencian berkuasa atas kita, maka roh jahat akan timbul, dan hal itu dapat menyebabkan rasa ingin menyingkirkannya dengan cara-cara yang kejam seperti membunuh. Untuk itulah, mari kita belajar untuk menerima kelebihan orang lain dengan lapang dada, dan berjuanglah untuk mendapatkan kelebihan kita sendiri.
Iri hati hanya menghalangi kelebihan kita
untuk dapat berkembang lebih baik.
No comments:
Post a Comment