B
A B I
PENDAHULUAN
Gereja
sudah seharusnya menjadi jawaban bagi dunia ini dan selamanya Gereja harus
melayani. Gereja adalah alat sekaligus wakil dari Roh Kudus untuk melaksanakan rencana
dan maksud yang telah ditetapkan Tuhan Yesus Kristus, untuk menjangkau seluruh
umat manusia ke seluruh dunia sesuai dengan Amanat Agung, "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah
semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh
Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan
kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir
zaman." Mat 28:18-20.
Dalam ayat ini Yesus sedang
berbicara kepada seluruh murid-murid-Nya untuk menjangkau jiwa-jiwa ke seluruh
bangsa. Perintah ini bukan serta merta dikhususkan kepada Pendeta, Penginjil,
Pengerja Gereja, Pengurus Gereja saja. Tetapi tugas ini adalah untuk semua yang
telah menjadi murid-Nya. Tentunya setiap orang yang percaya kepada-Nya
mempunyai kewajiban untuk memberitakan injil. Jadi, ini adalah tugas kita semua
sebagai orang percaya.
Amanat Agung ini ditujukan kepada
semua orang, yang berarti tidak mengenal suku, bangsa dan agama, tugas kita
sebagai orang percaya adalah tetap memberitakan kabar baik dengan cara yang
baik dan benar. Tentunya ini juga tugas Gereja untuk melatih jemaatnya, dalam
khotbah, pendalaman Alkitab, komunitas sel atau sekolah Alkitab, supaya dapat
memberitakan injil dengan cara-cara yang praktis dan mudah dimengerti. Sehingga
tidak hanya sekedar memenangkan jiwa saja, tetapi Gereja juga bertumbuh secara
kualitas maupun secara kuantitas.
B
A B II
PENGERTIAN PERTUMBUHAN
GEREJA DAN PENGINJILAN
A. Pengertian Pertumbuhan Gereja.
Kata pertumbuhan
memiliki kata dasar tumbuh, yang artinya adalah timbul (hidup) dan bertambah
besar atau sempurna. Sedangkan pertumbuhan itu sendiri adalah perkembangan atau
kemajuan.
Sedangkan kata Gereja adalah gedung atau rumah tempat berdoa dan melakukan
upacara agama Kristen.
Sebagaimana
kehidupan tanaman memerlukan pertumbuhan secara alami, maka gereja pun
memerlukan pertumbuhan yang berlangsung secara sehat dan alamiah. Suatu tumbuhan
dapat bertumbuh dengan baik bila terdapat ketersediaan media dan sari makanan
yang cukup. Demikian pula gereja dapat bertumbuh dengan baik bila kehidupan
orang-orang percaya di dalamnya memiliki kehidupan yang memaknai kebenaran
firman Allah dalam kehidupan sehari-hari sebagai makanan rohani bagi
pertumbuhan tersebut. Sehingga dengan demikian pertumbuhan gereja tidak dapat
didasarkan pada karya tangan manusia. Megahnya sebuah gedung ibadah, peralatan
musik, dan meriahnya suasana perkumpulan bukan sebuah indikator utama dalam
sebuah pertumbuhan Gereja.
Hal tersebut
dilihat secara obyektif bahwa ada orang-orang Kristen yang mengalami
penganiayaan, mereka berada di tempat yang sunyi dan besembunyi di balik
batu-batu untuk beribadah. Mereka memiliki iman yang tidak kalah dengan
orang-orang di perkotaan yang sering kali nyaman dengan kehidupan gereja yang
melimpah dalam hal fasilitas. Dalam pertumbuhan gereja yang sehat tidak pula
ditentukan dari banyaknya orang dan ramainya orang berkumpul dalam suatu
peribadatan yang berlangsung di hari Minggu atau tengah minggu.
Dengan demikian
sebaiknya orang Kristen melihat lebih dalam lagi untuk memahami arti
pertumbuhan yang sesungguhnya. Keseimbangan antara kualitas dan kuantitas tentu
sangatlah penting. Kualitas iman yang baik dari perkumpulan orang percaya harus
dapat menarik banyak orang datang kepada Allah. Namun sebuah realitas yang baru
harus dipahami bahwa gereja yang bertumbuh harus pula dapat mengembangkan
pos-pos pelayanan yang pada akhirnya didewasakan dan terus berkembang. Jadi
gereja yang bertumbuh harus dapat menyebar, sesuai dengan Amanat Agung.
B. Pengertian Penginjilan.
Kitab
yang menjadi pegangan utama mengenai penginjilan ke seluruh dunia dan
pertumbuhan Gereja adalah Kitab Kisah Para Rasul. Kita tidak akan salah dalam
memahami maksud penulis jika kita menerima ayat pendahuluan sebagai pernyataan
tujuan dari kitab ini, serta Kisah Para Rasul 1:8 sebagai tema utama untuk
menafsirkan bagian atau perikop pendahuluan tersebut.
John Mott
pernah berkata: “Penginjilan itu berarti
memperkenalkan Yesus Kristus, sehingga ia dikasihi, dipercayai dan ditaati”.
Menurut D.T. Niles, penginjilan itu seumpama menerangkan kepada orang yang
hampir mati kelaparan dan dahaga, dimana ia dapat menemukan makanan dan
minuman.
Singkatnya, penginjilan adalah "memberitakan Kabar Baik tentang
Kristus". Penginjilan itu lebih daripada sekadar metode; penginjilan
adalah sebuah berita. Berita tentang kasih Allah, tentang dosa manusia, tentang
kematian Kristus, tentang penguburan-Nya, dan kebangkitan-Nya. Penginjilan
adalah berita tentang pengampunan dosa dari Allah. Penginjilan adalah berita
yang menuntut suatu tanggapan menerima Injil itu dengan iman, lalu menjadi
murid Yesus. Istilah "penginjilan" mencakup segala usaha untuk
memberitakan Kabar Baik tentang Yesus Kristus. Tujuannya ialah supaya
orang-orang mengerti bahwa Allah menawarkan keselamatan dan supaya mereka menerima
keselamatan itu dengan iman, lalu hidup sebagai murid Yesus. Seperti yang
ditetapkan dalam Perjanjian Lausanne, "Menginjili ialah memberitakan Kabar
Baik bahwa Yesus Kristus mati bagi dosa-dosa kita, dan Ia sudah dibangkitkan
dari antara orang mati, menurut Kitab Suci.
Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa, penginjilan harus berpusatkan pada Kristus. Seperti
yang dikatakan oleh Samuel Boon, bahwa penginjilan bukan hanya sekedar
memberitakan tentang Kristus, tetapi tindakan atau kehidupan penginjil juga
harus menceritakan Kristus atau Injil itu sendiri. Penginjilan harus mencakup
dua aspek baik secara verbal maupun tindakan, karena orang lebih mudah
meneladani seseorang yang bertindak dibandingkan dengan yang hanya berbicara
saja. Sehingga kehidupan seorang penginjil harus dijaga dengan baik.
B
A B III
PRINSIP-PRINSIP
PERTUMBUHAN GEREJA
Prinsip
berarti asas kebenaran yang menjadi dasar berpikir maupun bertindak,
berdasarkan definisi yang disampaikan maka prinsip pertumbuhan gereja adalah
asas kebenaran yang menjadi dasar berpikir maupun bertindak dalam perkembangan
maupun perluasan tubuh Kristus baik dalam kualitas maupun kuantitas.
A. Berpusat pada Tuhan Yesus Kristus.
Alkitab
mencatat, “Gereja adalah tubuh Kristus,” (Ef 1:23; 4:12-16 dan Kol 1:24).
“Tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan”
(Kis 2:47). Jelas sekali ayat-ayat ini menerangkan bahwa orang yang
diselamatkan (Kualitas yang tidak nampak), tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah
mereka (Kuantitas yang nampak). Ini adalah makna pertumbuhan Gereja.
Ide
pertumbuhan Gereja bukan berasal dari pikiran manusia, namun dari kehendak
Allah sendiri. Tatkala Allah menciptakan manusia, Ia memberi mereka agar mereka
berkembang biak memenuhi bumi. (Kej 1:27-28)
dan Tuhan Yesus juga memerintahkan murid-muridNya untuk pergi ke ujung bumi
untuk memberitakan Injil kepada semua orang, serta membaptisnya (Mat:28:19-20).
Maka ide pertumbuhan Gereja adalah berasal dari kehendak Allah sendiri. Karena
Allah tidak menghendaki manusia binasa, melainkan menghendaki semua orang
diselamatkan dan percaya bahwa Tuhan Yesus adalah Juru Selamat pribadi dan beroleh
hidup yang kekal (IIPet 3:9; Yoh 3:16). Sehingga pertumbuhan Gereja berpusat
kepada Tuhan Yesus Kristus bukan kepada manusia.
B. Pertumbuhan Gereja dan Pekerjaan Roh Kudus.
Gereja
bertumbuh bersandarkan pada Roh Kudus (Kis 2:37-47), seperti yang telah dikatakan
oleh Alkitab bahwa Roh Kudus di curahkan pada hari pentakosta. Setelah
peristiwa pentakosta pertumbuhan Gereja pun menjadi nyata, Alkitab mencatat
bahwa “Allah mulai menambahkan jumlah mereka” (Kis 2:47), dari sini nyata bahwa
pertumbuhan gereja itu telah terjadi sebagaimana relasi ketritunggalan Allah,
pekerjaan Roh Kudus adalah sebagai pemelihara, penghibur. Sebagaimana Gereja yang dipimpin oleh Roh Kudus harus menjadi saksi
yang sempurna bagi Tuhan Yesus, sehingga Gereja
menjadi jawaban bagi dunia. Alkitab
mengajarkan sebagai berikut, Kita harus menerima pengajaran Roh Kudus tentang
seluruh kebenaran (Yoh 14:26), taat kepada bimbingan Roh Kudus, masuk dalam
segala kebenaran (Yoh 14:26), taat pada perintah Roh Kudus, menjalankan segala
kebenaran (Rom 8:5-11), menerima teguran Roh Kudus, bertobat dari dosa (Wah
2:3), menyerahkan tubuh kita supaya di penuhi oleh Roh Kudus menjadi bait Allah
(1 Kor 3:16-17; 6:19-20).
C. Pertumbuhan Gereja dan Tanggung
Jawab Jemaat.
Tuhan
yang kita sembah adalah Tuhan yang Maha Kuasa, Dia mempunyai kekuasaan yang
mutlak dapat menjadikan segala sesuatu tanpa bantuan manusia. Misalnya dalam
penciptaan langit, bumi dan segala isinya (Kej 1:2; Maz 33:6,9). Tapi Tuhan
juga mau manusia ambil bagian dalam pekerjaanNya, khususnya dalam penyelamatan
manusia. Misalnya Dia memerintahkan nabi Nuh membuat bahtera untuk
menyelamatkan dirinya dan seisi rumahnya (Kej 6:8). Sebenarnya Allah tidak
perlu nabi Nuh untuk membuat bahtera dengan kekuasanNya, Allah sanggup
mengerjakan sendiri. Tetapi Allah menghendaki nabi Nuh bertanggung jawab juga
dalam pekerjaan penyelamatan ini. Dan pada akhirnya memang Nuh dan sekeluarga
diselamatkan, dan itu bukan karena jasanya sendiri, tetapi berdasarkan pada
firman Allah, nabi Nuh menuaikan kewajibannya menurut apa yang ia harus dan
dapat lakukan.
Ada
beberapa kebenaran pertumbuhan gereja
dan tanggung jawab anggota jemaat, yaitu jemaat mempunyai tanggung jawab untuk
memperluaskan Injil, anggota jemaat bertanggung jawab untuk bersaksi, anggota
jemaat bertanggung jawab untuk memperhatikan sesamanya, anggota jemaat
bertanggung jawab untuk menabur, dan anggota jemaat bertanggung jawab untuk
mempergunakan karunianya.
Tujuan Tuhan ialah agar manusia ikut bertanggung jawab dalam pekerjaan Tuhan
Yesus, dan dalam bekerjasama dengan Tuhan dapat menikmati kuasa dan kenyataan
hidup kekal.
Pertumbuhan gereja merupakan kehendak Allah
sehingga berbagai upaya dalam pertumbuhan gereja harus berpusat pada Tuhan
Yesus Kristus. Pertumbuhan gereja juga bersandarkan pada Roh Kudus yang akan
memimpin dan memberikan pertumbuhan tersebut. Selain
Allah Tritunggal, manusia juga terlibat dalam mitra kerja Allah untuk
pertumbuhan gerejaNya. Sehingga setiap warga jemaat diwajibkan untuk ambil
bagian dalam pertumbuhan gereja.
B
A B IV
PRINSIP-PRINSIP
PENGINJILAN
DARI AMANAT AGUNG
Amanat
adalah pesan atau perintah.
Biasanya amanat diberikan karena orang tersebut akan meninggalkan dalam jangka
waktu yang tidak bisa ditentukan. Bisa jadi amanat diberikan waktu seseorang
merasa usianya sudah tidak lama lagi di dunia. Sebelum Yesus terangkat ke
Sorga, Ia memberi pesan sekaligus perintah kepada murid-muridNya. Perintah ini
lebih sering dikenal dengan nama Amanat Agung. Perintah Yesus untuk mewartakan
kabar gembira ke semua orang di seluruh dunia. Inilah yang seringkali disebut
dengan penginjilan. Ada beberapa prinsip penginjilan yang dapat kita pelajari
dari Amanat Agung ini (Mat 28:18-20).
A. Target
Jiwa.
Alkitab
mencatat bahwa target penginjilan adalah “semua bangsa” (Mat 28:19). Mungkin
terlihat mustahil untuk menginjil ke semua bangsa di seluruh dunia ini, karena
terlalu banyak jumlah penduduknya. Tetapi dalam Kis 1:8 diingatkan kepada kita
untuk memulai dari tempat kita terlebih dahulu. “…kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan
Samaria dan sampai ke ujung bumi." Yerusalem pada saat itu adalah
tempat murid-murid Yesus berada. Artinya dalam menginjil, kita tidak harus
selalu ke tempat yang jauh, tetapi dari lingkungan sekitar terlebih dahulu.
Tentunya masih banyak orang yang belum percaya di lingkungan kita.
B. Empat perintah (amanat) Tuhan Yesus.
Dalam
Amanat Agung terdapat empat kata perintah secara langsung yang Yesus katakan
kepada murid-muridNya. Kata ini mengandung makna yang sangat mendalam dalam penginjilan.
B.1. Ay.19. Pergilah!
Yesus
dengan jelas memberi perintah kepada murid-muridNya untuk pergi menjangkau
jiwa. Untuk memenuhi Amanat Agung kita tidak bisa tinggal di dalam zona
kenyamanan kita. Tetapi kita harus pergi mencari jiwa yang terhilang. Kita
harus pergi memberitakan kabar gembira. Tentunya seperti yang sudah dibahas
sebelumnya, itu semua dimulai dari lingkungan sekitar kita. Kita harus membuat
tujuan secara spesifik, kemana kita akan memulai penginjilan kita. Mungkin dari
pembantu di rumah, atau dari saudara kita yang belum percaya. Kita bisa
menjalin persahabatan terlebih dahulu sebelum menguraikan kebenaran firman
Tuhan, karena biasanya orang akan dengan mudahnya menolak tawaran kita, apabila
belum mengenalnya. Untuk itulah kita harus memulai dengan menjadi sahabatnya
terlebih dahulu, sehingga kita bisa juga menyisipkan kebenaran firman Tuhan
dalam setiap percakapan.
B.2. Ay.19. Jadikanlah semua
bangsa murid-Ku!
Perintah
yang kedua adalah menjadikan semua bangsa murid Yesus. Yang artinya kita harus
memuridkan target jiwa tersebut. Sebelum memuridkan orang lain, tentunya kita
juga harus menjadi murid Yesus terlebih dahulu. Untuk itulah pengetahuan
tentang Alkitab sangat penting. Kita sebagai mahasiswa Teologi bertanggung
jawab untuk mengajar anak-anak Tuhan yang tidak belajar Teologi secara
akademis. Sehingga kita bisa memberi pengajaran kepada anak-anak Tuhan yang
rindu menginjil melalui pendalaman Alkitab dalam suatu Gereja. Dan setelah
mereka belajar menjadi murid, mereka juga bisa memuridkan orang lain. Semua
bangsa bukan pekerjaan yang mudah, tetapi dengan bantuan jemaat Tuhan yang
rindu melayani, pasti akan mempengaruhi penginjilan kita.
B.3.
Ay.19. Baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus!
Baptisan air
melambangkan kematian kita terhadap dosa, dan bersama dengan Kristus kita
dibangkitkan untuk hidup baru (Rom.6:3-4). Kita dilahirkan kembali oleh air dan
Roh (Yoh.3:5). Baptisan menandai hidup baru itu dan bahwa kita dibersihkan dari
dosa (1Ptr.3:21). Maka makna baptisan adalah tindakan iman bahwa kehidupan lama
dengan seluruh dosa kita dikuburkan bersama kematian dan penguburan Yesus
Kristus Tuhan dan dibangkitkan bersama dengan Kristus Yesus oleh kemuliaan
Allah, dan memperoleh hidup baru didalam Yesus Kristus.
Perintah ketiga
adalah perintah untuk membaptis. Apabila Tuhan Yesus menyempatkan diri untuk
memberi pesan sebelum naik ke sorga berarti hal ini sangat penting bagi
kehidupan orang percaya. Baptisan sangat penting, karena apabila baptisan tidak
penting, maka tidak mungkin Yesus yang tidak berdosa (Luk 1:35; Ibr 4:15; 1Yoh
3:5) menyempatkan diri meminta diriNya sendiri untuk dibaptis. Berarti Yesus
sudah menjadi teladan yang baik dalam hal ini. Untuk itulah kita juga harus
mengajar target jiwa kita untuk memberi dirinya dibaptis.
B.4. Ay.20.
Ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu!
Perintah
keempat yang Yesus berikan kepada kita adalah perintah untuk mengajar.
Pengajaran sangat penting untuk mengkokohkan iman seseorang, untuk itulah kita
juga harus mengorbankan waktu, tenaga dan materi untuk mengajar target jiwa
kita. Karena pengenalan yang dangkal terhadap Tuhan Yesus Kristus, keraguan
yang timbul dan pertanyaan- pertanyaan yang tidak terjawab hanya akan membuat
orang-orang tersebut tidak dapat berdiri dengan teguh pada kebenaran yang
kudus. Karena itu, perlu ada pengajar-pengajar yang terus meneguhkan dan
mengokohkan iman percayanya kepada Tuhan, sehingga mereka dapat terus bertumbuh
dan tidak mudah digoyahkan oleh apa pun juga. Tugas kita tidak berhenti sampai
tahap pengenalan kepada Yesus Kristus saja, tetapi tugas kita juga harus sampai
kepada pengajaran tentang Yesus Kristus supaya mereka tidak tersesat lagi.
Untuk itulah kita juga harus selalu belajar Alkitab, sehingga bisa menjadi
jawaban bagi mereka yang mempertanyakan iman Kristen.
C. Janji Tuhan Yesus.
Yesus
tidak hanya memberi amanat lalu lepas tangan, tetapi Yesus juga berjanji kepada
kita bahwa Dia akan menyertai kita senantiasa sampai kepada akhir zaman (Mat
28:20). Mungkin kita merasa khawatir karena ketidakmampuan kita dalam
menginjil, tetapi dalam ayat 20, Yesus berjanji kepada kita untuk selalu
mendampingi kita. Untuk itulah kita harus menginjil sesuai dengan kemampuan
kita. Apabila kita bertindak maka Tuhan juga akan melakukan bagianNya. Sehingga
kita tidak perlu khawatir lagi, karena Tuhan beserta kita.
B
A B V
KORELASI
PERTUMBUHAN GEREJA
Sejarah
gereja mencatat bahwa pertumbuhan gereja secara kualitas maupun kuantitas
ada karena penginjilan. Ini dapat dibuktikan dari catatan-catatan yang terdapat
dalam kitab Perjanjian Baru khususnya kitab Kisah Para Rasul. Berikut ini
bukti-bukti penginjilan yang dicatat oleh kitab Kisah Para Rasul:
1.
Alkitab
mencatat bahwa sejarah kelahiran Gereja dimulai setelah kejadian pencurahan Roh
Kudus pada hari Pentakosta. Setelah kejadian itu, Petrus berkhotbah
(penginjilan) dan orang-orang yang menerima firman itu meminta dirinya untuk
dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa
(pertumbuhan Gereja). Lalu mereka membentuk persekutuan dan bertekun dalam
pengajaran rasul-rasul, serta berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa,
seperti yang biasanya Yesus lakukan. Kis 2:41-42.
2.
Ketika Petrus
dan Yohanes sedang berbicara kepada orang banyak (penginjilan), mereka
tiba-tiba didatangi imam-imam dan kepala pengawal Bait Allah serta orang-orang
Saduki. Orang-orang itu menjadi sangat marah lalu mereka ditangkap. Tetapi di
antara orang yang mendengar ajaran Petrus dan Yohanes, banyak orang yang
menjadi percaya, sehingga jumlah mereka menjadi kira-kira lima ribu orang
laki-laki (pertumbuhan Gereja). Kis 4:1-4.
3.
Para rasul
memilih pemimpin-pemimpin untuk menolong mereka mengatur kehidupan jemaat
perdana. Tujuh orang dipilih untuk melayani orang miskin. Setelah itu firman
Tuhan semakin tersebar (penginjilan), dan jumlah murid di Yerusalem makin
bertambah banyak, juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya
(pertumbuhan Gereja). Kis 6:1-7.
4.
Filipus
memberitakan firman sampai ke kota Samaria (penginjilan), banyak orang yang
yang dengan bulat hati menerima firman itu. Dan mereka yang percaya, memberi
diri untuk dibaptis, baik laki-laki maupun perempuan, termasuk simon tukang
sihir yang dari dulu melakukan sihir di kota itu. Sesudah dibaptis, Simon
senantiasa bersama-sama dengan Filipus (pertumbuhan Gereja). Kis 8:4-13.
5.
Rasul Paulus
serta teman-temannya penginjilan ke daerah-daerah di luar Yerusalem. Alkitab
mencatat beberapa nama dari jemaat di luar Yerusalem hasil penginjilan tersebut,
antara lain adalah jemaat di Ikonium Listra (Kis 13: 43, 48), jemaat di
Antiokia (Kis 14:21), jemaat di Filipi (Kis 16:13,14), jemaat di Tesalonika
yang terdiri dari orang-orang Yunani (Kis 17: 1-4).
Sejarah gereja sesudah dunia Perjanjian Baru juga
memberikan bukti-bukti penting bagaimana peranan penginjilan dalam pertumbuhan
Gereja. Khususnya di Indonesia, Pertumbuhan Gereja di negeri ini dapat berdiri
karena penginjilan yang dilakukan oleh para penginjil dari Eropa yang bernaung
di Nederlands Zendeling Genootscap (N.Z.G.), antara lain di Maluku oleh Yosef
Kam.
Di tanah Batak yaitu Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) pada tahun 1862 oleh
Ingwer Ludwig Nomensen.
Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa ada korelasi
antara pertumbuhan Gereja dengan penginjilan. Kaitannya sangat erat sekali,
karena Gereja bertumbuh secara kualitas dan kuantitas, salah satunya disebabkan
adanya penginjilan dalam Gereja tersebut. Penginjilan sebagai salah satu tugas
esensial Gereja
mempunyai peranan penting dalam kehidupan Gereja. Gereja Tuhan di seluruh
belahan bumi ini mulai dari perkotaan sampai dengan ke pedalaman bertumbuh
karena penginjilan.