Ajiz seorang pegawai swasta yang baik menurut beberapa orang. Mungkin dia dianggap seorang yang baik, karena ia rajin ke gereja dan rajin pelayanan. Tetapi orang dapat dikatakan baik atau tidak bukan dilihat rajin ke gerejanya, namun dari perbuatan sehari-harinya. Suatu hari, Ajiz diberi tanggung jawab memegang kas kecil oleh atasannya. Jumlah uang yang dipegang lumayan banyak. Kurang lebih ia memegang Rp. 5 juta setiap bulannya. Ia diberi kepercayaan untuk mengelola uang tersebut untuk kebutuhan kantor sehari-hari. Hari pertama tidak ada masalah, minggu pertama pun juga tidak ada masalah. Bulan berganti bulan sejak ia memegang kas kecil, tetap tidak ada masalah. Namun setelah satu tahun lebih memegang kas kecil, Ajiz mulai tergoda untuk menggunakan uang tersebut untuk kebutuhan pribadinya. Tetapi, setelah ia mendapatkan gaji bulanan, ia mengembalikan uang yang dipinjam tanpa seizin atasannya itu ke kas kecil.
Setelah kejadian itu, Ajiz mulai terbiasa meminjam uang dari kas kecil yang dipegangnya, tanpa seizin atasannya. Ia mulai terbiasa hidup tidak jujur. Sampai suatu hari, ia merasa membutuhkan uang yang lebih banyak. Saat itu ia meminjam uang lima ratus ribu rupiah dari kas kecil. Ia merasa kebutuhan bulanannya semakin meningkat, sehingga ia menunda untuk mengembalikan uang yang dipinjamnya tersebut. Akhirnya, ia bertekad untuk tidak mengembalikan uang tersebut! Ajiz yang rajin ke gereja ini merasa gelisah hampir setiap hari. Ia hidup dengan rasa bersalahnya. Ia sudah merasa tidak kuat lagi, sehingga sampai satu hari ia sadar bahwa perbuatannya salah. Ia mengaku dosa kepada Tuhan, ia berjanji tidak akan melakukannya lagi.
Janjinya pun diuji kembali. Suatu hari, ia menjual barang kepada seorang pembeli. Pembeli ini mentransfer uang hasil barang yang ia beli, sampai dua kali kepada Ajiz. Ajiz yang sudah berjanji kepada Tuhan, tidak ragu-ragu untuk mentransfer kembali uang kelebihannya tersebut. Ia sudah belajar untuk hidup jujur.
Pada dasarnya, ada dua macam kesempatan dalam hal kejujuran. Kesempatan untuk berbuat jujur dan kesempatan untuk berbuat curang. Pilihan dikembalikan ke tangan kita. Sebagai seorang pegawai swasta, Ajiz pernah memilih untuk berbuat curang, namun dia sadar bahwa yang dilakukannya salah, akhirnya ia memilih berbuat jujur. Tuhan bergaul erat dengan orang yang berbuat jujur. Contohnya seperti Raja Hizkia, ia melakukan apa yang benar di hadapan Tuhan karena ia jujur dalam menuaikan tugas tanggung jawabnya.
Kejujuran adalah hal yang hampir punah zaman sekarang ini, karena kejujuran membutuhkan pengorbanan yang lebih. Untuk itu, alangkah baiknya sebagai orang percaya kita melestarikan budaya hidup jujur, apapun profesi kita saat ini. Sehingga kejujuran menjadi gaya hidup orang percaya!
Kejujuran yang menyakitkan jauh lebih baik daripada dusta yang paling manis.
No comments:
Post a Comment