Welcome....

Selamat datang teman-teman. Saya Paulus yang biasa dipanggil PaO. Saya rindu sekali untuk membuat artikel. Disinilah saya menuangkan semua hasil pemikiran. Saya beri judul pada Blog ini, Reflection Results. Ini semua hasil pemikiran, ide, refleksi dari saya sendiri. Apabila ada kata-kata atau kalimat dari orang lain, saya berikan footnote atau resensi tulisan. Saya yakin anda mendapat pelajaran yang baik pada saat anda membacanya. Bila teman-teman sedang ada waktu, boleh sekalian dikasih komentarnya dalam setiap artikel yang dibaca. Bila ada yang tidak setuju juga tidak masalah :D all praise to Jesus! praise for ever!!

Selamat Membaca. Tuhan Yesus Kristus Memberkati.

Penulis : Pdp. Paulus Igunata Sutedjo, M.Th.

Labels

Friday, May 17, 2013

Penglihatan yang Salah - Matius 7:1-5


Kata Yesus di dalam Mat 7:3, "Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?" Apabila kita renungkan, berarti ada yang salah dengan penglihatan orang ini. Karena dia tidak dapat melihat balok di dalam matanya sendiri. Orang seperti ini ahli dalam melihat kesalahan orang lain, tetapi tidak ahli dalam melihat kesalahan diri sendiri. Inilah yang terkadang masih sering dilakukan orang Kristen, yaitu menghakimi sesamanya, padahal perintah Tuhan sudah jelas, yaitu kasihilah sesamamu. Dalam melihat kesalahan orang lain, sering kali kita membenci pribadinya, padahal yang harus kita benci adalah perbuatan dosanya, bukan pribadinya.    

Seorang penyanyi rohani Kristen dan juga seorang hamba Tuhan bernama Franky Sihombing bercerita tentang kekristenan di majalah Charisma. “Saya memiliki seorang sahabat yang kebetulan memiliki banyak tato di tubuhnya. Suatu ketika saya menerima sebuah kejutan yang sangat luar biasa. Ia menelpon saya dan berkata ingin bertobat, mencari Tuhan dan ingin hadir dalam kebaktian minggu. Waktu itu, teman saya ini meminta referensi gereja mana yang sebaiknya ia kunjungi. Saya pun memberikan sebuah nama gereja supaya ia dapat pergi kesana,” “Saya merasa sangat bersyukur ketika sahabat saya ini mau akhirnya ke gereja. Ini seperti sebuah jawaban doa untuk saya pribadi. Di hari minggu itu, sahabat saya dengan penuh pengharapan melangkahkan kakinya menuju sebuah gereja. Sampai di depan pintu, para penyambut tamu melihatnya dengan pandangan aneh dan tidak bersahabat. Semua menjadi jelas ketika salah seorang dari mereka berkata bahwa sahabat saya ini tidak diperkenankan untuk masuk mengikuti kebaktian, dengan alasan jemaat lain akan takut dengan penampillan sahabat saya ini.” Franky terkejut, lalu sahabatnya saat itu juga langsung menelpon dan berkata bahwa seumur hidupnya, tidak akan pernah lagi menginjakkan kaki di gereja. Apakah ini yang disebut dengan kasih? Apakah setiap orang yang datang ke gereja dengan berpenampilan kurang pantas, lalu kita langsung menghakiminya dan mengusirnya? 

Apabila kita masih suka langsung menghakimi seseorang tanpa mengenalnya terlebih dahulu, berarti ada yang salah dengan penglihatan kita. Tidak selalu orang yang berpenampilan "buruk" lalu kita dapat menghakiminya bahwa perbuatannya juga buruk. Seseorang tidak bisa dinilai langsung dari penampilannya. Kekristenan seharusnya menjadi jawaban bagi sesamanya dan mencari yang terhilang, sehingga orang yang belum percaya menjadi percaya, bukan sebaliknya. Bertobatlah apabila kita masih suka menghakimi, sehingga kasih yang Yesus ajarkan kepada kita tidak hanya menjadi slogan orang Kristen, tetapi kasih tersebut dapat diterapkan dan menjadi berkat bagi orang lain. Mari kita belajar untuk lambat menghakimi dan cepat untuk mengenal.  

Lambatlah untuk menghakimi seseorang dan lebih cepatlah untuk mengenal seseorang.

Thursday, May 16, 2013

Misteri 18 Tahun yang Hilang - Lukas 2:51; Efesus 6:1-3


Salah satu pertanyaan yang sering dilontarkan dalam komunitas Kristen adalah apa saja yang Yesus lakukan setelah berumur dua belas tahun? Karena Alkitab mencatat bahwa tiba-tiba Yesus hadir pada umur kira-kira tiga puluh tahun (Luk 3:23). Ke mana Yesus selama delapan belas tahun? Ini adalah tahun-tahun yang hilang, yang tidak pernah diungkapkan dalam Alkitab. Yang pasti Alkitab mencatat, setelah Yesus dibaptis, Bapa di Sorga memujiNya, "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan." (Mat 3:17). Jadi sebenarnya apa yang Yesus lakukan selama delapan belas tahun, sampai Bapa memujiNya. Alkitab tidak mengatakan apapun mengenai tahun-tahun yang tersembunyi ini, kecuali satu frasa di dalam Luk 2:51, "Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka..." Kata "tetap hidup dalam asuhan", dalam bahasa Inggris terjemahan King James Version ditulis "subject unto". Kata ini dalam bahasa Yunani ditulis hupotassō (υποτάσσω), yang artinya secara reflek mematuhi atau di bawah ketaatan, tentunya dalam hal ini Yesus dibawah ketaatan orang tuaNya, yaitu Yusuf dan Maria.  

Konon dulu di Jepang ada tradisi anak akan membuang orang tua mereka yang sudah uzur ke hutan. Suatu hari seorang pria berjalan tertatih-tatih karena membopong seorang wanita tua ke hutan untuk dibuang. Wanita tua itu adalah ibu kandungnya sendiri. Ketika pria itu menggendong ibunya ke tengah hutan, di sepanjang perjalanan sang ibu mematahkan ranting-ranting kecil yang bisa digapainya. Setelah sampai di tengah hutan, pria itu menurunkan ibunya sembari berkata: “Bu, kita sudah sampai.” Sebenarnya pria itu bergumul dengan perasaan sedih di hatinya, tetapi entah kenapa dia tega melakukannya. “Nak, Ibu sangat mengasihimu. Sejak kau kecil, Ibu memberikan semua kasih sayang dan cinta yang Ibu miliki dengan tulus, bahkan sampai detik ini. Ibu tidak ingin engkau tersesat saat pulang nanti, karena itu tadi Ibu mematahkan ranting-ranting kecil di sepanjang jalan. Ikutilah patahan ranting itu maka engkau akan sampai di rumah dengan selamat.” Demikian pesan si Ibu sambil memberikan pelukan untuk yang terakhir kalinya. Mendengar itu, hati si anak menjadi hancur, ia tak bisa lagi membendung air matanya. Sambil menangis ia memeluk ibunya sangat erat. Kemudian digendongnya wanita tua itu untuk dibawa pulang. Konon, pria itu merawat ibunya dengan penuh kasih sampai ajal memanggil ibunda tercinta. Ketulusan kasih seorang ibu tidak berubah!

Firman Tuhan selalu mengingatkan kepada kita untuk taat dan hormat kepada orang tua, bahkan Yesus sendiri mentaati orang tuaNya. Orang tua adalah wakil Tuhan dalam dunia ini. Apabila kita tidak mematuhi dan tidak menghormati orang tua kita, maka kita sama dengan tidak mentaati firman Tuhan. "Hormatilah Ayahmu dan Ibumu supaya lanjut umurmu!"

Kita tidak perlu selalu setuju dengan yang dikatakan orang tua, tetapi dengan mendengarkan kita sudah menghormati.

Wednesday, May 8, 2013

Led them to Jesus



Apa yang terlintas di pikiran anda, apabila mendengar nama Petrus? yang namanya disebutkan 263 kali dalam Alkitab? Tentu banyak cerita tentang Petrus dalam Alkitab karena ia salah satu murid Yesus yang terkenal. Lalu bagaimana dengan murid Yesus yang lain, yang juga saudara dari Petrus, yang bernama Andreas? Tidak banyak cerita tentang Andreas dalam Alkitab. Bahkan namanya hanya 14 kali disebutkan di dalam Alkitab. Jadi, kira-kira siapa yang lebih hebat menurut anda, antara Petrus dengan Andreas? 

Mari kita melihat terlebih dahulu, kelebihan yang dimiliki oleh Rasul Petrus:
  • Petrus berjalan diatas air, walaupun hanya sebentar. Setidaknya dia pernah menggores sejarah manusia, bahwa seorang manusia mampu berjalan diatas air (Mat 14:29).
  • Petrus adalah salah satu dari tiga sahabat terdekat Yesus. Buktinya adalah pada saat Yesus berubah rupa dan wajahNya seperti matahari, hanya Petrus, Yakobus dan Yohanes saja yang diajak dari sekian banyak murid-muridNya (Mat 17:1-2). Dan masih banyak kejadian lain, yang menceritakan tentang hal ini: Mar 5:37-38; Mar 9:14; Mar 14:33-34; Luk 8:51; Luk 9:28.
  • Petrus menulis dua surat dalam Perjanjian Baru, yakni: 1Petrus dan 2Petrus.
  • Khotbah pertama Petrus menghasilkan kira-kira tiga ribu jiwa (Kis 2:41).
  • Petrus menyembuhkan orang lumpuh (Kis 3).
  • Petrus menyembuhkan Eneas dari lumpuh selama 8 tahun dan membangkitkan Dorkas (Kis 9:32-43).


Bila kita melihat kelebihan yang dimiliki oleh Petrus, tentu kita seperti melihat Yesus dalam diri Petrus. Karena kelebihan Petrus yang sudah dijabarkan diatas, seperti mengingatkan kepada Yesus pada saat Dia di dunia. Seperti berjalan diatas air, berkhotbah, menyembuhkan orang lumpuh dan bahkan membangkitkan orang mati. Lalu bagaimana dengan Andreas? apa yang dapat kita pelajari tentang Andreas dalam Alkitab? Tidak banyak cerita yang menarik seperti Petrus. Tetapi bila kita coba teliti kembali, ada satu cerita yang sangat menarik tentang Andreas. Tentunya cerita ini masih berhubungan dengan saudaranya, yaitu Petrus. Mari kita simak dalam Yohanes 1:40-42.

Yoh 1:40  Salah seorang dari keduanya yang mendengar perkataan Yohanes lalu mengikut Yesus adalah Andreas, saudara Simon Petrus.
Yoh 1:41  Andreas mula-mula bertemu dengan Simon, saudaranya, dan ia berkata kepadanya: "Kami telah menemukan Mesias (artinya: Kristus)."
Yoh 1:42  Ia membawanya kepada Yesus. Yesus memandang dia dan berkata: "Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas (artinya: Petrus)."

Ayat 41-42, dalam Alkitab terjemahan The Message diterjemahkan seperti ini:
Joh 1:41.The first thing he did after finding where Jesus lived was find his own brother, Simon, telling him, "We've found the Messiah" (that is, "Christ").
Joh 1: 42.He immediately led him to Jesus.

Kisah ini sangat menarik, karena yang dilakukan Andreas pada saat pertama kali tahu dimana Yesus berada, dia langsung berusaha mencari Simon, saudaranya untuk memberi tahu tentang Mesias, yang sudah dinanti-nantikan bagi orang Yahudi. Setelah Andreas mengabarkan tentang keberadaan Yesus, Andreas dengan segera langsung mengantar Simon kepada Yesus. Dia tidak menunda sedikit pun. Tindakan inilah yang akhirnya mengubah hidup Petrus menjadi seseorang yang luar biasa. Orang-orang  tahu siapa Rasul Petrus, tetapi orang-orang belum tentu mengetahui apa yang telah diperbuat oleh Andreas dalam hidup Petrus.


Pelajaran!
Sebagai anak Tuhan, kita mempunyai kewajiban untuk memenuhi Amanat Agung yang Yesus perintahkan, “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Mat 28:19-20). Jadi, sederhananya, kita mempunyai kewajiban untuk mengantar mereka yang belum percaya kepada Yesus, atau mungkin bagi mereka yang sudah lama tidak datang ke Gereja. Sehingga mereka juga menjadi murid Yesus. Andreas mengantar Petrus kepada Yesus, sehingga Petrus menjadi murid yang luar biasa. Seringkali orang lupa dengan tindakan Andreas, seolah-olah perbuatannya terselimuti oleh ketenaran murid-murid Yesus yang lain. Tetapi peran Andreas sebagai murid Yesus, tidak kalah pentingnya. Dapat dikatakan, bahwa dibalik kelebihan Rasul Petrus, ada sosok yang tidak begitu terkenal, tetapi justru dia yang telah mengenalkan Petrus kepada Yesus.


Fokus Utama: Led them to Jesus!
Ingat! Fokus kita adalah mengantar mereka yang belum percaya kepada Yesus, bukan kepada Gereja tertentu, bukan kepada organisasi tertentu dan bahkan bukan kepada Gereja tempat kita berjemaat. Seandainya mereka bisa menetap di Gereja kita, sehingga menambahkan jumlah jemaat, itu hanya karena bonus dari Tuhan. Tetapi seandainya tidak pun, tetap nama Tuhan Yesus Kristus yang dipermuliakan. Bukan kita! Bukan Gereja kita! Karena Tuhan tetap akan memberkati dan menambahkan jiwa-jiwa baru kepada komunitas Gereja kita, asal fokus kita adalah mengantar mereka kepada Yesus.


Menabur dulu!
Mungkin ini memang waktunya kita untuk menabur sebagai pelayan Tuhan dimana pun kita ditempatkan. Setelah kita menabur, dengan berusaha menginjil orang yang belum percaya, sangat mungkin kejadiannya adalah Gereja lain yang akan menuainya. Dan bila hal ini terjadi, tidak perlu kecewa, karena fokus utama kita adalah membawa dan mengenalkan mereka kepada Yesus Kristus, bukan kepada hamba Tuhan atau Gereja tertentu. Dan kita harus tetap setia untuk mengantar mereka kepada Yesus. Apabila kita sudah dipercaya hal kecil dengan menjaga domba-domba yang ada, maka Tuhan akan menambahkan dengan cara-Nya. Cara Tuhan terlalu banyak untuk menambahkan jiwa-jiwa baru di Gereja kita.


Menuai kemudian :D
Cara Tuhan untuk menambahkan jiwa-jiwa di berbagai macam Gereja berbeda-beda. Tidak selalu sama. Contohnya, di Gereja tempat Penulis pelayanan (GBI AlBerTa – Sunter Indah) cara Tuhan adalah, pada saat kita sibuk dengan membesuk jemaat dan menginjil, Tuhan sudah menambahkan jiwa-jiwa di komunitas kita, tanpa kita sadari. Dan bahkan jiwa-jiwa baru tersebut, bukan hasil taburan kita. Mungkin saja ada penginjil lain, atau Gereja lain yang sudah menabur terlebih dahulu kepada mereka, sehingga kita tinggal menuai saja. Jadi fokusnya adalah mengantar dan mengenalkan mereka kepada Yesus! Tidak peduli mereka nanti akan beribadah dimana, karena itu urusannya Tuhan, bukan urusan kita.


Konklusi
1Co 3:5  Jadi, apakah Apolos? Apakah Paulus? Pelayan-pelayan Tuhan yang olehnya kamu menjadi percaya, masing-masing menurut jalan yang diberikan Tuhan kepadanya.
1Co 3:6  Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan.
1Co 3:7  Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan.
1Co 3:8  Baik yang menanam maupun yang menyiram adalah sama; dan masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan pekerjaannya sendiri.


Bagaimanapun juga, Tuhan tetap melihat pekerjaan kita. Mungkin kita sudah berkorban banyak, baik materi, waktu, tenaga dan bahkan perasaan pada saat penginjilan atau mengajak teman yang sudah lama tidak ke Gereja. Bahkan mungkin kita seperti Andreas yang namanya tidak terlalu dikenal. Percayalah! Tuhan melihat pada saat kita menabur, Tuhan juga melihat jerih payah kita. Tugas kita hanya menanam dan menyiram, dan Tuhan-lah yang akan memberikan pertumbuhan. Kita pasti akan mendapatkan upah yang sesuai dari Tuhan, asal kita juga berusaha! “Led them to Jesus!”

Thursday, May 2, 2013

Kekudusan adalah suatu Keharusan



Seringkali kita takut mengaku diri kita kudus karena kata kudus seolah-olah sudah sempurna dan kekudusan itu hanya untuk Tuhan, bukan kita sebagai manusia yang sering berbuat dosa, sekalipun kita sudah bertobat. Untuk itulah kita harus mengerti terlebih dahulu tentang kata kudus itu sendiri.


A. ETIMOLOGI
Kudus dalam bahasa Ibrani adalah Qadosy dan Qodesy  dan dalam bahasa Yunani adalah hagios. Qadosy mempunyai pengertian terpisah, dikhususkan atau terpotong dari. Hagios punya dasar pemikiran yang sama mengenai keterpisahan dan kesucian terhadap Tuhan. Lalu bagaimana dengan kekudusan Tuhan?


B. KEKUDUSAN TUHAN
1Sam 2:2  Tidak ada yang kudus seperti TUHAN, sebab tidak ada yang lain kecuali Engkau dan tidak ada gunung batu seperti Allah kita.

Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang kudus. Melihat kata kudus mempunyai pengertian terpisah, jadi yang dimaksud dengan kekudusan Tuhan berarti bahwa Dia dipisahkan daripada segala yang dosa. Dengan demikian berarti Tuhan tidak bisa berbuat dosa karena Tuhan dipisahkan dari dosa.


Begitu juga dengan anakNya yang tunggal. Yesus Kristus pun tidak berdosa, walaupun Yesus lahir sebagai seorang manusia. Karena, walaupun Yesus lahir dari seorang manusia yang berdosa, tetapi Yesus dikandung dari Roh Kudus (Mat 1:18). Berikut ini adalah ayat-ayat pendukung dari ketidakberdosaan Yesus Kristus.

  1. Luk 1:35  Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.
  2. 1Pet 1:19  melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.
  3. 1Pet 2:22  Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya.
  4. 1Yoh 3:5  Dan kamu tahu, bahwa Ia telah menyatakan diri-Nya, supaya Ia menghapus segala dosa, dan di dalam Dia tidak ada dosa.


Setelah kita mengerti bahwa Tuhan sebagai Bapa di Sorga dan Yesus sebagai Anak adalah pribadi yang tidak berdosa, tentunya timbul pertanyaan lain. Bagaimana dengan manusia? Apakah manusia kudus sama seperti Tuhan Yesus Kristus yang kudus?


C. KEKUDUSAN MANUSIA
Mungkinkah manusia menjadi kudus? Karena apabila melihat dari pengertiannya, kata kudus dapat berarti terpisah dari dosa. Bapa di Sorga dan Yesus Kristus tentu sudah jelas terpisah dari dosa, karena memang naturnya tidak bisa berdosa. Permasalahannya adalah, apakah manusia bisa terpisah dari dosa? Mari kita mengerti terlebih dahulu tentang manusia berdosa.

a. Manusia Berdosa
Yak 1:14  Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya.
Yak 1:15  Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut.

Ada dua kata yang harus kita perhatikan dari ayat-ayat ini. Yang pertama, adalah kata “keinginannya”. Dalam bahasa Inggris ditulis kata “lust” yang artinya nafsu. Nafsu sebenarnya bukan kata yang negatif, tetapi kenapa kata ini dapat menyeret dan memikat kita, sehingga kita dapat melahirkan dosa? Contohnya: nafsu makan. Nafsu makan adalah sesuatu hal yang baik, terutama bagi mereka yang sedang sakit. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa pengertian pertama dari nafsu adalah keinginan, tetapi yang menarik adalah pengertian kedua, yaitu dorongan hati yang kuat untuk berbuat kurang baik. Dan hal ini dipertegas dalam bahasa aslinya, yaitu bahasa Yunani. Kata “Lust” dalam bahasa Yunani adalah epithumia (ἐπιθυμία) yang artinya kerinduan atau nafsu terutama untuk hal yang dilarang. Jadi kata ini mempunyai pengertian keinginan yang dilarang atau keinginan yang kurang baik. Nah, keinginan inilah yang pada akhirnya akan melahirkan dosa apabila sudah dibuahi. Karena bila kita mengingat perintah Tuhan yang berkata, “Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu." (Kel 20:17). Maka dengan jelas perintah Tuhan mengatakan bahwa keinginan untuk memiliki saja sudah tidak boleh, dan itu adalah suatu larangan .

Yang kedua adalah kata “dosa” dalam bahasa Yunani adalah Hamartia, yang artinya “meleset dari sasaran”. Yang dimaksud dari meleset dari sasaran adalah meleset dari kehendak Tuhan Yesus Kristus. Tentunya tindakan manusia sering meleset dari kehendak Tuhan, karena manusia masih sering dikuasai oleh keinginan yang tidak baik. Jadi karena manusia memang naturnya adalah berdosa, sehingga sulit sekali untuk mengerti kehendak Tuhan Yesus Kristus. Pada saat kita lahir ke dunia pada saat itu juga kita mewarisi dosa asal (Rom 5:12). Yaitu dari orang tua kita, dan tentunya juga dari nenek moyang kita, Adam dan Hawa. Jadi waktu kita lahir ke dunia sekalipun, kita juga sudah berdosa.

Sehingga dapat disimpulkan, bahwa manusia tidak mungkin terlepas atau bebas dari dosa apabila kita masih memiliki keinginan yang tidak baik. Siapa pun yang sudah bertobat dan bahkan pendeta sekalipun terkadang masih memiliki keinginan yang tidak baik, yang akhirnya akan melahirkan dosa. Jadi selama kita masih di dalam dunia, selama itu juga kita tidak bisa sepenuhnya terpisah dari dosa. Tidak seperti Yesus Kristus pada saat masih di dunia yang tidak berdosa.


b. Bebas & Merdeka Dari Dosa
Rom 6:6  Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa.
Rom 6:7  Sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa.
Rom 6:8  Jadi jika kita telah mati dengan Kristus, kita percaya, bahwa kita akan hidup juga dengan Dia.

Rom 6:18  Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran.

Memang kita sebagai manusia tidak bisa terpisah dari dosa. Namun, seharusnya kita harus mengingat akan karya Tuhan Yesus di dunia. Bahwa Dia datang ke dunia untuk menebus kita dari dosa. Sehingga pada saat itu kita sudah dimerdekakan dari dosa.

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa pada saat kita menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, lalu mematikan kehidupan kita yang lama, pada saat itulah kita bebas dari dosa. Karena kita sudah menjadi milikNya dan menjadi hambaNya, berarti kita sudah dimerdekakan dari dosa. Tetapi bukan berarti kita sepenuhnya terpisah dari dosa, hanya saja berarti kita sudah mematikan manusia lama kita yang berdosa. Jadi kekudusan manusia dapat dikatakan kekudusan progresif.

Maksudnya, kekudusan manusia itu melewati proses ke arah yang lebih baik, walaupun mungkin pernah jatuh. Bila tadinya suka berkata kasar, maka setelah menerima Tuhan Yesus, kita tidak melakukannya lagi. Tetapi, setelah itu mungkin terkadang kita masih suka kelepasan berkata kasar tanpa disengaja. Karena kita tahu bahwa itu tidak baik, maka kita berusaha untuk mengendalikan lidah kita sampai kepada titik, kita tidak berkata kasar lagi. Tentu bagi orang yang sudah kebiasaan akan memakan waktu yang cukup lama, karena bisa jadi, hal itu sudah menjadi karakter orang tersebut. Untuk itulah dibutuhkan usaha yang lebih keras untuk menghilangkan kebiasaan yang tidak berkenan kepada Tuhan. Sehingga kita dapat memuliakan nama Tuhan. Itulah yang disebut dengan kekudusan progresif. Jadi, sebagai ciptaan baru, kita masih sangat mungkin jatuh dalam dosa, tetapi kita tetap harus memperjuangkan hidup kudus itu. Karena kekudusan adalah suatu keharusan.


c. Kekudusan suatu Keharusan
1Pet 1:16; Im 19:2 "Berbicaralah kepada segenap jemaah Israel dan katakan kepada mereka: Kuduslah kamu, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, kudus.

Kekudusan Tuhan menuntut kekudusan umatNya. Maksudnya adalah umat Tuhan yang adalah sekutu Tuhan, juga harus hidup terpisah daripada segala yang dosa dan mempersembahkan seluruh hidupnya untuk Tuhan. Kenapa kita harus hidup kudus? Karena tanpa hidup kudus, tidak mungkin ada persekutuan dengan Tuhan yang kudus. Seperti yang dikatakan dalam Ibrani 12:14 “Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan.” Ayat ini berkata bahwa tanpa kekudusan kita tidak akan melihat Allah. Melihat saja tidak bisa apalagi masuk ke dalam Kerajaan Allah. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa kekudusan bukanlah suatu “pilihan” tetapi suatu “keharusan”.


d. Hidup Kudus
Setelah kita mengetahui bahwa kekudusan itu adalah suatu keharusan, maka dalam hal apa saja kita harus hidup kudus? Tentunya dalam segala hal, tetapi paling tidak kita dapat memperhatikan cara hidup kita sehari-hari. Yang harus diperhatikan antara lain adalah :
  1. Hidup kita. 1Tes 4:1-6; 2Tim 2:22
  2. Penampilan. 1Pet 3:3, 4
  3. Berbicara. Ef 4:29, 5:4
  4. Bergaul. 1Tim 5:1, 2; Ef 4:31, 32
  5. Hidup berkeluarga. Ef 5:22-23, 6:1-4
  6. Bekerja. Ef 6:5-9
  7. Bertengkar. Ef  4:29, 4:26
  8. Dan lain-lain


D. KONKLUSI


Kekudusan Tuhan dengan Kekudusan manusia sangat berbeda. Karena Kekudusan Tuhan berarti terpisah sepenuhnya dari dosa dan Kekudusan manusia adalah kekudusan progresif. Jadi, dalam seluruh kehidupan, kita harus memiliki cara hidup yang terpisah (Qadosy), yang tidak sama dengan kehidupan orang belum percaya. (2Kor 6:17-7:1; Rom 12:2). Sehingga hidup kita dapat memuliakan namaNya.

1Tes 4:1  Akhirnya, saudara-saudara, kami minta dan nasihatkan kamu dalam Tuhan Yesus: Kamu telah mendengar dari kami bagaimana kamu harus hidup supaya berkenan kepada Allah. Hal itu memang telah kamu turuti, tetapi baiklah kamu melakukannya lebih bersungguh-sungguh lagi.

Wednesday, May 1, 2013

Perencanaan Yang Matang - Nehemia 2:1-8


Banyak dari kita yang sudah mengetahui dengan seorang artis bernama Jennifer Aniston. Wanita berusia 40 tahun ini adalah seorang bintang film serial friends yang populer di dunia. Di tahun 2010 ia punya rencana besar. Aktris yang bermain dalam film He’s Just Not That Into You dan The Break-Up ini kabarnya berencana membuka sebuah restoran. Ia ingin membuka sebuah restoran Meksiko di kota New York, Amerika Serikat. Sebenarnya keinginannya itu berasal dari kecintaannya pada makanan pedas. Dia suka makanan pedas, padahal kita tahu bahwa banyak orang Amerika tidak bisa makan makanan pedas. Biasanya, mereka akan menghindari makanan pedas. Kalau mereka sampai makan makanan pedas, mulut mereka akan terasa seperti sedang terbakar. Menurut Aniston, saat itu dia sudah sampai pada tahap negosiasi untuk segera merealisasikan rencana itu. 

Melalui wawancara yang dikutip dari salah satu surat kabar Inggris, Daily Mirror, Aniston mengatakan, "Jika semua berjalan baik, kuharap bisa membuka sebuah restoran masakan Mexico di New York City pada tahun 2010. Aku sangat menyukai masakan Mexico. Aku akan bergabung dengan pembeli dan jadi pelayan tamu." Jennifer Aniston mungkin memang salah satu aktris yang terkenal di Hollywood, tetapi dia masih mempunyai mimpi yang lain selain menjadi seorang aktris. Dan dia merencanakan hidupnya untuk masa depan. Mungkin selain kecintaannya pada masakan pedas, di sisi lain dia pasti juga mengetahui bahwa dia tidak akan terus menerus berkecimpung di dunia Hollywood. 

Pada saat Nehemia mempunyai mimpi untuk membangun kembali tembok Yerusalem yang sudah hancur, dia tidak hanya sekadar bermimpi saja, tetapi sebagai seorang pemimpin pembangunan tembok Yerusalem, dia memiliki perencanaan yang matang. Untuk itulah dia berkata kepada Raja Artahsasta, "Jika raja menganggap baik, berikanlah aku surat-surat bagi bupati-bupati di daerah seberang sungai Efrat, supaya mereka memperbolehkan aku lalu sampai aku tiba di Yehuda. Pula sepucuk surat bagi Asaf, pengawas taman raja, supaya dia memberikan aku kayu untuk memasang balok-balok pada pintu-pintu gerbang di benteng bait suci, untuk tembok kota dan untuk rumah yang akan kudiami." Nehemia pasti sudah mengetahui masalah-masalah yang mungkin terjadi dalam perjalanannya menuju kampung halamannya, itulah sebabnya Nehemia meminta “surat rekomendasi”, karena ia tidak mau menghadapi suatu kesulitan dalam perjalanan. Selain itu, dia juga meminta bahan bangunan, karena dia tidak mau pekerjaannya sampai tertunda karena kekurangan kayu. Untuk itulah dia sudah mempersiapkan dan merencanakan dari jauh-jauh hari sebelum berangkat. 


Mungkin kita bukan seorang pemimpin dalam suatu organisasi yang harus selalu memiliki perencanaan yang matang, tetapi paling tidak kita harus memimpin diri kita sendiri, sehingga kita memiliki perencanaan yang matang untuk masa depan kita sendiri.

Hasil yang matang, pasti melalui proses dari perencanaan yang matang.